Trik Menulis Pertama
Dari hasil literasi, ini beberapa yang mungkin bermanfaat
Kadang untuk menulis kita nunggu waktu yang tepat, seperti nunggu seseorang yang kita rindukan. Padahal gak harus gitu.
1. Mulai dari satu kalimat jujur
Coba kita jawab pertanyaan ini:
“Apa yang paling kita rasakan hari ini?”
Misalnya:
“Hari ini capek banget, tapi bahagia.”
"Hari ini ada yang ulang tahun"
“Tiba-tiba kangen almarhum ibu, ayah, anak atau suami.”
“Siswa lucu banget, bikin ngakak sekelas.”
Nah, dari satu kalimat jujur itu, kita tarik benang ceritanya. Itu awal dari sebuah tulisan.
2. Gunakan kata-kata sendiri, bukan kamus Oxford
Gak perlu ngotot pakai kata "konstruksi naratif" atau "semiotika" kalau sehari-hari kita ngomong,
"Eh, jangan gitu dong, perasaan aku tuh kayak kebanting batu bata."
Tulis pakai gaya kita. Tulis kayak kita lagi cerita ke sahabat. Karena pembaca suka tulisan yang jujur dan alami.
3. Tulis dulu, edit belakangan
Kalau ngetik kalimat langsung dihapus karena “kok jelek ya?”, akhirnya kita gak akan pernah selesai.
Tulisan pertama itu bukan buat pembaca. Itu buat kita. Yang penting: selesaikan dulu nulisnya.
4. Gunakan pola 3W: What, Why, Wow
Contoh:
What: Hari ini aku sedih lihat anakku pulas tidur.
Why: Karena aku baru sadar, dia tumbuh dengan segala kekuranganku sebagai ibu.
Wow: Tapi dia tetap manis, tetap sayang, tetap peluk aku sebelum tidur.
Nah, dari tiga baris itu, jadilah tulisan reflektif nan menyentuh.
5. Jangan nunggu mood datang, tapi pancing dia nongol.
Kalau nunggu mood, yaa bisa-bisa nunggu musim durian datang lagi. Kita bisa pancing kedatangannya. Misalnya dengan:
- Dengerin lagu yang kita suka
- Duduk di tempat favorit
- Minum teh hangat atau dingin
- Lihat foto-foto lama
- baca tulisan teman yang udah berani mulai
Jadi mood itu bisa kita cipta. Gak harus menunggu dia datang.
6. Setiap tulisan kita adalah warisan
Besok, setahun lagi, lima tahun ke depan…Anak-anak kita, sahabat kita, atau bahkan diri kita sendiri yang sedang patah semangat, bisa baca tulisan yang kita tulis dan berkata:
"Ternyata aku pernah sekuat ini."
Itulah kenapa kita harus menulis.
7. Menulislah dengan doa
Sebelum menulis, kita ucapkan: "Ya Allah, mudahkan aku menulis yang membawa kebaikan.”
Karena tulisan yang baik bisa menembus hati, dan hati yang tulus menulis, pasti nyampe ke hati yang baca.
Terakhir: Jangan Takut Gagal, Takutlah Kalau Gak Pernah Nyoba
Kalau kita gagal bikin tulisan yang indah, kita masih bisa belajar. Tapi kalau kita gak pernah nyoba…kita gak akan pernah tahu seberapa besar keajaiban yang kita punya.
Yuk, mulai nulis dari sekarang. Boleh jelek, boleh salah, boleh pendek. Yang gak boleh: menyia-nyiakan kisah hidup kita yang berharga.
Pondok Bambu, Kamis, 24 Dzulqa'dah 1446 H (22 Mei 2025)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar