Nurbaiti

Wanita berhijab ini, tinggal di Jakarta Timur, aktifitasnya sebagai pendidik dan pengajar di SMA Negeri 61 Jakarta. Kepo dengan ilmu yang berhubungan denga...

Selengkapnya
Navigasi Web

Shalat Tarawih di Mesjid Agung Bireuen

Perjalanan dari Jakarta ke Aceh lumayan melelahkan. Tapi asik. Malam ini kami salat tarawih di Masjid Agung, Pusat kota Bireuen.

Tadinya sangat ngantuk bawaan capek masih aja bersemayam di badan, tapi bulan Ramadan tinggal di ujung. Sayang rasanya kalau tidak bisa mengisi beberapa hari lagi. Sementara di dalam perjalanan aku tak banyak beribadah. Tidak selalu bisa tarawih.

Kesempatan untuk ber tarawih di penghujung Ramadan Jangan sampai hilang. Seperti malam ini, kami keluar dari rumah menuju masjid agung sekitar 10 menit dari rumah naik mobil tentunya.

Kami datang, Imam sudah membaca surah al-fatihah pertama. Aku setengah berlari masuk ke dalam mesjid. Aku sudah wudhu dari rumah, tapi tidak bisa mengejar di rakaat pertama akhirnya aku masuk. Tidak apa-apa. Alhamdulillah Kami sampai di masjid walau ketinggalan satu rakaat dengan imam, tapi bisa mengikuti salat tarawih 20 rakaat + 3 rakaat witir. Alhamdulillah.

Rasa ngantuk ku tiba-tiba hilang, ketika mendengar suara imam begitu jelas, merdu. Bacaan ayatnya merinding. Bagus banget. Suara imam seperti suara anak muda, sayangnya aku nggak tahu wajah Imam.

Masjid ini lumayan ramai. Jelas aku menghitung satu shaf aja untuk ibu-ibu kurang lebih 100 berbanjar ke belakang ada yang 4 baris, jadi secara kasar kuperhitungkan ibu-ibunya aja ada 400-an padahal sudah di akhir ramadhan.

Tidak hanya imam yang suaranya merdu, tapi muadzin pun tak kalah bagus suaranya. Mereka saling mengimbangi. Apalagi ketika mengisi suara doa dan selawat di antara dua rakaat dua rakaat salat tarawih. Yang jelas rasakan tubuh Hilang terbang jauh ke awan.

Aku tidak tahu berapa lama salat itu, Aku tidak melihat jam, apalagi HP. Ku simpan benda pipih itu di dalam tas dan aku nonaktifkan.

Tadi kata teman, salat di masjid ini Paling betah buat makmum, walaupun tidak dipasang ASI tapi kipas anginnya begitu banyak, sehingga para jamaah tidak merasa gerah atau panas. Ini aku alami sendiri tadi. Di depanku ada dua kipas angin, di belakangku juga ada dua kipas angin. Kipas angin ini dipasang di tiang-tiang masjid.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

08 Apr
Balas

Ulasan yang sangat menarik

07 Apr
Balas



search

New Post