Dari kecil sampai sekolah menengah atas Mia tidak pernah berpisah dari kedua orang tuanya, jika pergi Mia selalu naik sepeda motor atau mobil bak belakang yang terbuka dengan kedua orang tuanya dan saudara – saudaranya . Namun pada saat Mia lulus sekolah menengah atas Ia memutuskan untuk pergi ke rumah abangnya yang ada di Palembang. Awalnya Mia mendengar abangnya membutuhkan asisten rumah tangga untuk menjaga kedua putrinya yang masih balita. Tanpa berpikir panjang Mia menyodorkan diri untuk mengasuh kedua keponakanya itu. “Mak daripada mencari orang lain? Kan lebih baik awak aja yang mengasuh mereka”ucap Mia kepada sang ibu. Tanpa berfikir panjang sang ibu menyetujuinya.

Pengalaman baru buat Mia naik bus antar provinsi. Sebenarnya Mia tidak bisa naik bus atau kendaraan yang tertutup, pastinya Ia akan mual dan muntah. Namun dengan kebulatan tekad dan keinginan yang kuat akhirnya Mia jalani dengan rasa syukur dan gembira. Bukan hitungan satu jam atau dua puluh empat jam Mia akan menghabiskan waktunya di dalam bus melainkan tiga hari dua malam atau bekisar lima puluh jam Mia menghabiskan waktunya di jalan dan di dalam bus. Sesekali bus akan berhenti di stasiun untuk menurunkan penumpang dan barang – barang, berhenti di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak dan berhenti istirahat (sopir dan penumpangnya) untuk makan,mandi dan shalat. Disetiap bus berhenti Mia selalu gembira “Alhamdulillah akhirnya busnya berhenti” (gumamnya dalam hati). Pada saat bus berhenti yang Mia lakukan hanyalah muntah dan muntah. Mia seorang gadis yang ramah,sangking ramahnya pak sopir sangat tanda denganya. Tiba di stasiun kota Jambi, pak sopir hanya sebentar menurunkan seorang penumpang, namun dengan sigap Mia pun turun dari bus untuk muntah dan menghirup udara segar.

Sang sopir memutarkan busnya untuk melanjutkan perjalan, pada saat itu pak sopir teringat dengan Mia yang turun di Palembang. “Loh mana anak yang muntah itu?” tanya pak sopir kepada sang kernetnya, “oia… ya…. Bng kemananya anak itu?”Tanya si kernet kembali. Bus berhenti untuk mencari si Mia, “turunlah kau cok, coba kau lihat anak itu di stasiun tadi mana tau dia ketinggalan disana” perintah sang sopir “ok bang” sang kernet turun dan berlari ke satsiun. Mia dengan santai duduk di stasiun menunggu busnya untuk berbelok pikirnya dalam hati, dengan santai Ia menegur bang Ucok kernet bus yang Ia tumpangi, “eh bang Ucok ngapain abng lari – lari, busnya aja belum berangkat” ucap mia spontan, “apa kau bilang? aku lari – lari kayak gini itu untuk mencari kau” jawab bang ucok. Dengan terkejut Mia bertanya “loh bang bukan yang ini bus kita?,eh dek lain kali kau lihat baik – baik plat BK nya ya…..agar kau tak ketinggalan bus lagi” jawab bang ucok kesal. “udah yok kita ke bus,disana busnya” ucap bang Ucok sambal menunjukan letak bus nya. Dengan rasa bersalah Mia meminta maaf kpd seluruh penumpang, sopir dan kernet bus.

Semenjak saat itu Mia sangat berhati – hati dan permisi kepada sopir dan kernet bus jika Ia mau turun (untuk muntah). Tak lama kemudian Bus sampai di kota Palembang, kota baru dalam hidup Mia. Dengan Bismillah Ia langkahkan kaki turun dari bus antar provinsi itu. Setelah Mia turun dari bus, tak lama kemudian sang abang datang Bersama keluarga kecilnya untuk menjemput Mia dengan mobil. Mulai cerita muntah yang baru ne…………ujarnya dalam hati.

Peserta adalah Alumni SAGUSABU Binjai 1