Orang tua adalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Sangat melekat kasih sayangnya dalam ingatan. Mereka rela melakukan apa saja demi kehidupan kita. Memperjuangkan masa depan kita yang lebih baik darinya. Walau mereka menekuni pekerjaan yang dianggap rendah oleh manusia pada umumnya, seperti tukang becak.

Wajah lelahnya menyiratkan betapa tua usianya. Masih ingat di benak ku bagaimana mereka mendayung sepeda ketika hujan untuk berjualan nasi guru di pinggir jalan. Masih ku ingat bagaimana mereka memecahkan cobek pecal ketika mereka berjualan saat ramadhan 20 tahun lalu. Semua itu mereka lakukan demi kami anak-anaknya.

Jiwa pantang menyerah itu lah yang kami wariskan. Sejak di bangku sekolah tingkat pertama kami telah berjualan di kelas. Begitu pula dengan saudara2 saya yang lainya. Kami berusaha keras mengubah nasib kami. Kadang kami tak berpakain yang bagus seperti anak lainnya. Kadang kami tak memiliki uang jajan. Tapi kami tidak pernah mengeluhkan keadaan kami kepada kedua orang tua kami. Kemiskinan tidak menjadi sebab bagi kami untuk meminta-minta.

Keberhasilan itu memang melalui perjuangan yang melelahkan. Benarlah bahwa Allah azzawajalla tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika ia tidak mengubahnya. Saat ini kami telah berada dalam keadaan yang lebih baik. Mereka memiliki kios sendiri untuk mereka berjualan, tanpa harus mereka berjualan di pinggir jalan lagi. Semua anak2nya telah memiliki usaha sendiri. Ada yang memiliki toko pembuatan perabot, toko pembuatan trali besi, warung nasi guri, membangun sekolah tahfizh, dan saya sendiri guru di MIN 10 kota Banda Aceh. Alhamdulilah.

Saat ini kita pun harus mengajarkan anak2 kita menghargai proses. Jangan terlalu memanjakan mereka dengan benda2 yang tidak pantas mereka miliki. Seperti anak saya, jika mereka ingin mobil remot saja, mereka harus menghafal Al quran minimal 1 juz, dan itupun 1 mobil untuk bertiga. Bukan tidak sanggup membelinya tapi biar mereka belajar berkongsi.

BNA, 10 april 2020