Nurfadhillah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

HASBUNALLAH (CUKUP ALLAH BAGIKU)

Hari - hari menjadi dosen sangat saya nikmati. Berinteraksi dengan mahasiswa mejadi hal yang bergengsi, gaya dan sesuatu banget. Bayangkan, saya seorang wanita yang memiliki tinggi 145 cm mengajar mahasiswa. Itu sesuatu banget bagi saya. Rasa bangga itu diam-diam juga dirasakan oleh bapak saya. Suatu ketika, bapak saya mengantarkan saya dengan becaknya pergi ke kampus, ketika ia berjumpa dengan temannya dia mengatakan "aneuk lon ka jeut ke dosen" (anak saya sudah jadi dosen). Bangga sekali dia akan diri saya, karena dia hanya seorang tukang becak, anaknya bisa jadi dosen. Sebesar itulah rasa bangganya, padahal dahulu ketika saya kuliah dia tidak setuju, karena akan menghabiskan biaya saja, nanti tidak ada uang untuk beli beras.

Waktu berlau begitu cepat, SK yayasan dan NIDN (nomor induk dosen nasional) sudah saya miliki. Namun jam mengajar masih tumpang tindih, sudah menjadi rahasia umum, jika dosen2 baru seperti saya harus "merengek" minta jam. Ya pandai2 lah kita merengek, klo tak pandai merengek ya tergilas. Ia itu lah namanya usaha. Ya menjadi haram ketika kita harus merengek dengan cara menyikut teman, atau memanipulasi jam. Ah......tak usah lah saya bahas, pastilah kita sudah tau sisi gelap dari kampus. Lama kelamaan saya tidak mendapatkan jam lagi, akhirnya saya pindah kampus tetangga, mengajar di fakultas teknik, tapi masih namnya menggantikan dosen lain yanb tidak masuk, ya asistenlah. Tetap saya bersyurkur, mungkin ini namanya proses. Namun saya masih tercatat sebagai dosen di kampus sebelumnya.

Kehidupan saya, saya jalani dengan mengajar dan mengurus keluarga, saya membagi waktu dengan baik antara keluarga dengan mengajar. Namun masalah lain muncul, saya tidak diperkenankan lagi mengajar karena tidak memiliki ijazah s2. Saya pun berniat melanjutkan pendidikan saya melalui beasiswa dosen, syaratnya hatus memiliki NIDN.Saya pun kembali ke kampus lama saya, saya merasa masih memiliki NIDN. Namun, kabar yang saya terima NIDN saya telah di non aktifkan. Jederrrrrr saya pun kecewa, segala upaya saya lakukan,,,, bayangkan saya mengajar dari 2008 sampai 2016. Dan NIDN saya dihapus tanpa sepengetahuan saya. Padahal saya masih ada jam mengajar di prodi lain walau hanya 2 sks. Miss komunikasi, tak pandai merengek, tak selalu hadir di kampus, itu beberapa kesalan saya.

Saya pulang kerumah dengan air mata kekecewaan. Tak sanggup membayangkan wajah orang tua saya yang sangat bangga dengan status saya sebagai dosen. Lagi-lagi saya berwhuduk, shalat dan mengaji, saya menagis di hadapan Allah, saya mengucapkan "hasbunalla wa ni'mal wakil ni'malmaula wanni'mal wakil" cukup Allah jadi penolong. Saya berdiskusi dengan orangbtua saya, saya juga berdiskusi dengan suami dan keluarga besar saya, saya istikharah, akhirnya orang tua saya yang tukang becak itu bersedia membiayai kuliah s2 saya. Mereka meyakinkan saya bahwa mereka mampu. Malunya saya menerima bantuan tersebut, bagaimana tidak bapak saya membeli becak bekas, diperbaiki dan dijual kembali, uangnya untuk bayar uang masuk kuliah saya.

Berlanjut.....

BNA, 17 APRIL 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post