Maju Bersama
( #TantanganGurusiana Hari ke 80 )
9 Tahun yang lalu, aku disibukkan skripsi dan mengejar target lulus tepat waktu. Dosen pembimbing skripsi di kampusku ada 2 dosen tiap 1 mahasiswa. Yang menentukan pembagiannya adalah dosen ketua jurusan kami. Mahasiswa ngga bisa milih. Untuk bisa melenggang ke kursi ujian skripsi, tiap mahasiswa harus dapat acc dari 2 dosen pembimbingnya.
Salah satu dosen pembimbingku sangat sulit ditemui. Selain itu,ibu dosen X ini ngga mau menerima sms maupun telepon dari mahasiswa bimbingan. Naskah skripsi yang kita susun pun ngga diperbolehkan ditinggal di meja beliau lalu diambil beberapa hari kemudian. So gimana bimbingannya ?
Satu-satunya cara adalah,
Mahasiswa harus standby depan ruang dosen nunggu beliau. Kapan? Ya kapan saja.
Nunggu berjam-jam bahkan setengah hari tanpa kepastian adalah pemandangan lumrah bagi mahasiswa di bawah bimbingan Ibu X.
Kesal? Gondok? Bersiaplah lulus makin lama. Rekor kakak Angkatan kami yang dapat dosen Ibu X, lulusnya paling cepat empat setengah tahun.
Temanku seangkatan , Haya, punya ide bagus . Aku dan dia sama-sama dapat Ibu X. Dia mulai start skripsi akhir semester 6, Juni 2010. Sedangkan aku awal semester 8, Januari 2011.
Februari 2011.
Letih, Lelah, kami hadapi Bersama. Haya demikian sabar menyemangati aku. Dia sungguh sabar. Skripsinya lebih cepat dariku. Dari sinilah aku pasang target, aku harus yudisium 4 tahun 0 bulan . Kalaupun gagal , aku sudah berusaha maksimal dan aku ngga akan kecewa.
Saat itu, ada sekitar 10-15 teman seangkatan yang juga dapet Ibu X. Kami biasa menunggu dari jam 8 pagi. Saat jam 1 siang satu persatu temanku mulai Lelah….
“In aku tak bali disik yo. Kesel awake…”
“Aku udahan ya, besok lagi.”
“Wes ah…wegah…”
Sampai temanku yang bukan bimbingan Ibu X ngerasa kasihan sama kami, dia bilang “Ina mau sampe jam berapa sama Haya? Udah to pulang aja, besok lagi…”
Kami berdua senyum aja. “Aku masih mau di sini. Besok temen2 harus nemenin aku ma haya! Ayo donk…jangan sebel…kita harus lulus bareng…”
“Sopo sing ndak mangkel to In nek ngene iki???!”
“Yowes to…kalo ndak dilakoni kapan rampunge?Kan sambil ngenteni iso ngobrol ngelucu bareng2..piye to…”kataku yang disambut ketawanya Haya.
Akhirnya teman-teman luluh. Kami mulai semangat start dari jam 7 bahkan 6 pagi.
Yang bimbingan duluan adalah yang datang paling awal. Biasanya Ibu X hanya mau meladeni 5-10 mahasiswa tiap hari.
Sampai beberapa kakak kelas yang belum lulus dan sama-sama dapat Ibu X sempat senewen. Merasa adik-adik juniornya mendahului mereka.
“Adik Angkatan ngalah donk! Kita aja 5 taun, 6 taun, 7 taun, belum lulus!”
Aku berusaha menengahi semampuku “Mbak..mas..kalo kami ngalah itu artinya sama aja kami makin bebani ortu kami dengan bayar kos, bayar SPP lebih lama. Kalo Mbak Mas mau lulus cepet ya kita bareng-bareng aja. Bagi hari deh. Angkatan kami kamis jumat. Angkatan kakak kelas boleh coba dateng tiap hari.”
Kakak kelas setuju. Kalau habis bimbingan aku mau jalan ke perpus cari bahan, aku nyapa sambil ngajak mereka juga. Lama-lama situasi mencair.
Bahkan September 2011 sebagian dari angkatan kami dan banyak kakak kelas sesama bimbingan Ibu X ,wisuda bersama, saling mengucapkan selamat satu sama lain dengan tulus.
***
Pernah merasa 'panas' karena orang di dekatmu lebih maju? Bangkit dan bergeraklah. Itu yang akan kuajarkan pada anakku kelak. Untuk berbesar hati jika temannya punya kelebihan. Untuk mau menjadikan keberhasilan temannya sebagai motivasi. Untuk tetap rendah hati. Dan untuk mau belajar mengembangkan diri.
Karena setiap individu memiliki potensi. Ada teman kita yang pandai memasak, ada yang pandai menyanyi, ada yang pandai mengaji. Selagi itu positif, kenapa engga? Pasti di dalam diri kita juga ada potensi yang bisa kita asah untuk maju. Gimana kalo kita gampang banget merasa insecure bahkan iri ? Itu berarti saatnya bersihkan hati. Mungkin kita terlalu gampang suudzon , nyinyir dan gampang mengomentari negatif orang lain,
“Kok si A gitu sih hobinya sok sibuk, ribet..”
“Si B kerjaannya ngurus anak mulu. Biar apa sih!”
“Si C jalan-jalan melulu ngapain sih.”
“Idih ribet banget si D masak mulu tiap hari…”
"Kok si anu seleranya beda ya. Idih..."
Memiliki sifat cemburu terhadap kemampuan orang lain memang wajar. Namanya juga manusia.
Tapi kita bisa mengolah rasa itu menjadi perilaku baik agar diri kita makin baik juga.
Tak perlu takut tersaingi karena tiap manusia berjalan sendiri di rel nya sesuai kemampuannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bund.. Sll semangat utk meraih impian. Smg sukses.
Tulisan yang keren, motivasi diri yang sangat bagus. Sehat dan semangat selalu Bu.