Persepsi
( #TantanganGurusiana Hari ke 58 )
Dalam sebuah arisan komplek, tampak ibu-ibu berkumpul. Bu Mardi terpaksa mengajak 3 anaknya ikut. Yang sulung berusia 9 tahun sudah bisa ditinggal di rumah dan sedang mengerjakan tugas kelompok Bersama empat kawan SD nya. Anak kedua berusia 5 tahun, anak ketiga berusia 3 tahun dan anak bungsu masih 1 tahun. Suaminya sebagai buruh harus masuk kerja karena shift sore. Jika tidak, itu artinya upah hariannya dipotong. Sementara ada dapur yang harus tetap ngebul.
Beberapa tetangga nyinyir karena Bu Mardi sudah 3 kali tidak datang arisan dengan alas an repot mengurus anak. Akhirnya, Bu Mardi menyempatkan diri datang walau dengan kerepotan luar biasa.
“Lagian, bukannya KB juga…” komentar Bu Narto.
“Bukan nggak mau KB bu. Pakai KB apapun gagal terus…Mungkin rejeki Allah…” bu Mardi membela diri.
“Ya ditahan lah..jangan bikin melulu…” gumam Bu Narto.
Bu Mardi hanya bisa mengelus dada. Andaikan, aku bisa sepertimu Bu Narto, ucapnya dalam hati. Dikasih mobil Yaris baru sama suami, enaknya dirimu. Sementara aku? Udah 4 anak, boro-boro mobil. Setiap hari rasanya tidak cukup 24 jam. Penghasilan suami pas-pasan harus benar-benar irit. Lamunan Bu Mardi buyar Ketika mendengar anak keduanya menghampirinya sambil menunjukkan tangan ke adik bungsunya.
“Ibu..ade pup tuh…”
***
Sepulang arisan komplek, Bu Narto meletakkan tas mewahnya di sofa empuk ruang tamu. Dia bergegas memasak makanan paling enak, favorit suaminya. Tujuh tahun sudah usia pernikahannya. Ibu muda berusia 32 tahun itu paham betul, gule kambing adalah kesukaan suaminya. Dulu di awal-awal pernikahan…suaminya gemar sekali makan gule kambing bikinannya. Pak Narto yang demikian royal pada istri dan anak. Apalagi sejak kursi parpolnya menang sehingga mengantarkan laki-laki berdasi itu duduk di kursi parlemen.
Semua tampak indah. Indah sebelum perempuan sialan bernama Indah itu datang merusak keharmonisan keluarganya. Perempuan yang menjadi istri siri Pak Narto.
“Mana Papa Ma? Dinas luar lagi ya? Farah kangen…” pertanyaan bertubi-tubi dari Farah, putri semata wayang Bu Narto demikian menyayat hati.
Hancur sekali hati Bu Narto melihat kenyataan harus berbagi ranjang dengan perempuan lain. Kalau ia menolak, Pak Narto akan menceraikannya. Bu Narto tak punya pilihan lain. Andaikan dia seperti Mbak Sari….bahagia sekali. Di matanya Mbak Sari adalah sosok yang santun dan soleha, nampaknya suami Mbak Sari juga begitu. Bahagia sekali seandainya punya pemimpin seperti suami Mbak Sari yang tampak alim itu.
Ponsel Bu Narto berbunyi. Oh, ada WA dari Mbak Sari. Ia membacanya.
“Saya udah kirim pesenan baju prelovednya ya Bu…”ketik Mbak Sari.
***
Dari luar kantor pos, tampak wanita berusia 30 an menghampiri motornya di parkiran. Alhamdulilah, batinnya. Baju-baju jaman gadisku dulu, dijual preloved sudah laku semua. Namanya Mbak Sari. Beberapa hari yang lalu dia membongkar lemarinya, menjual baju prelovednya jaman gadis. Model-model baju lama sebelum dia mengubah style penampilannya. Dia pasang di status media sosial foto lamanya memakai baju-baju itu. Dia crop bagian wajahnya. Dia tahu ada pihak yang salah paham menganggap dia pamer, sok, baju ngga sesuai badan aja dipamer-pamer. Biarlah, mereka tidak perlu tahu kalau uang hasil penjualannya dipakai untuk beli kambing kurban. Dia pernah membaca buku agama bahkan di ceramah ustad disebutkan jika tangan kanan memberi, tak perlu berkoar-koar ke tangan kiri agar tangan kiri tidak tau.
Sudah lama sekali Sari ingin kurban. Tapi uang dari mana? Sekarang dia senang sekali uang hasil jualan baju-baju preloved nya cukup untuk beli seekor kambing. Hatinya mendadak bahagia mengingat senyuman anak-anak panti asuhan menyantap masakan kurban kelak.
Orang bilang ia dan suaminya sama-sama mapan dalam penghasilan sebagai abdi negara.
Tapi yang ada Sarilah yang pandai menutup aib keluarga.
Kegemaran suaminya berburu barang-barang antik dan traveling membuat ekonomi keluarga minus. Suaminya memang masih bergaya hidup seperti anak muda.
Sementara ibu dari suaminya baru saja tertipu puluhan juta, dia meminta uang tabungan Sari sambil menteror. Sari benci menyaksikan pertengkaran internal keluarganya. Ia ingin memberikan contoh keluarga ideal pada Eka, buah hati mereka yang masih usia dini. Ia tidak mau kebobrokan itu kelak diketahui Eka.
“Sabar”, bisik Astri, teman Sari sejak jaman SMP. “Kamu wanita kuat, untuk itu Tuhan mengirimmu cobaan ini.”
“Andaikan aku bisa sepertimu, Astri…”
Astri tersenyum kecut.
***
Sebagai Ibu rumah Tangga, hidup Astri terlihat demikian menyenangkan. Ia memiliki suami penyayang dan setia. Ada 2 pembantu di rumahnya. Dia tak perlu Lelah mengerjakan ini itu. Yang ada dia sering mendampingi perjalanan bisnis suaminya ke berbagai kota di Indonesia bahkan Luar Negeri. Namun, ketidakhadiran buah hati menjadi penyebab kekosongan hidup Astri. Ada dua keponakan yang dia angkat sebagai anak. Tapi, tetap saja kurang bagi Astri. Ia ingin memiliki anak dari rahimnya sendiri. Lima belas tahun pernikahan, berbagai cara telah dicoba dan hasilnya nihil.
Kata dokter ia dan pasangan sehat. Tapi mengapa tak kunjung diberi??? Astri sangat stress. Apalagi mertuanya dan ibunya sendiri selalu menanyakan kapan punya momongan???
Astri selalu iri melihat orang punya banyak anak. Ia bahkan selalu menghindar dengan pertemuan keluarga besar suami. Selalu saja pertanyaan itu-itu yang ditanyakan. Seolah-olah ia menjadi wanita tak berguna.
Astri bahkan sampai terbawa mimpi. Wanita cantik yang menikah setamat SMA itu menonaktifkan Facebooknya untuk menghindar. Dia tak tahan melihat postingan teman-temannya Bersama anak. Terakhir sebelum menutup Facebook, dia melihat postingan teman SMA nya yang bernama Andrea. Andrea kerapkali membagikan cerita bahagianya memiliki suami soleh dan mertua solehah yang sangat kompak dengan Andrea. Andaikan aku memiliki keluarga yang pengertian, keluh Astri.
***
Sementara di sebuah kota besar bernama Surabaya, ibu muda bernama Andrea tampak mengantre terapi di salah satu RS swasta ternama.
Ibu mertuanya dengan sabar menggendong cucu keduanya, Ana, usia 3 tahun. Ana tak lain anak dari Andrea. Ana menderita kelumpuhan otak setelah menjalani operasi jantung bawaan dua bulan yang lalu.
Sementara suami Andrea sibuk mendampingi anak sulung mereka, Febri, usia 5 tahun yang asik bermain dengan dunianya sendiri. Ya. Febri mengalami autisme sekaligus tuna daksa sejak lahir.
Tak terhitung banyaknya biaya yang sudah dikeluarkan pasangan itu untuk terapi kebutuhan khusus yang dimiliki kedua anaknya. Suami andrea bahkan menyewa jasa pendamping kebutuhan khusus untuk membantu Andrea merawat 2 buah hatinya di rumah. Sebab, sebagai kontraktor, suami Andrea sering tidak di rumah.
Di balik gelimang harta dan kasih sayang dari suami dan mertua, rupanya ada cerita pilu yang disimpan rapat oleh Andrea. Cerita pilu mengenai kondisi kedua anaknya.
***
Persepsi. Rumput tetangga terlihat tampak lebih hijau. Yang sering ditampilkan adalah kebahagian saja. Ketika kita berpikir ingin menjadi orang lain, pernahkah terlintas di pikiran kita bahwa ada orang lain juga yang ingin berada di posisi kita?
Jikalau rumput tetangga lebih hijau, tidakkah kita rela untuk melapangkan dada lebih lebar agar rumput hijau bernama ‘syukur’ bisa tumbuh subur di sana?
Setiap orang memiliki cobaannya masing-masing. Ada yang ringan dan ada yang berat. Kita tak bisa bertukar posisi. Yang bisa dilakukan berusaha memaksimalkan hidup kita dengan mengisinya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Benar sekali bun... terkadang kita merasa paling menderita.. padahal banyak yang lebih menderita dari kita..kita lihat orang itu hidupnya bahagia.. ternyata tidak seperti yang kita bayangkan... intinya bersyukur dengan apa yang kita punya... Keren ceritanya bun...moga sukses selalu
alhamdulilah kalo ibu suka tulisan ini :)