Kelas Istimewaku
#Tagur hari kesatu#
Menjadi guru di kelas 1 memang penuh suka dan duka. Cerita seru menghadapi tingkah anak usia 6-8 tahun menghiasi hari-hari di kelas.
Bagiku ini pengalaman pertama mengajar secara tatap muka di kelas 1. Dahulu pada masa pandemi, aku full mengajar kelas 1 secara daring. Ternyata tidaklah semudah mengajar di balik layar! Pengalaman mengajarku harus diuji disaat aku diberikan tugas menjadi guru kelas 1. Menjadi guru yang sabar saja tidaklah cukup. Harus ada syarat lain agar berhasil menjinakkan hati mereka.
Apa dan bagaimana? Aku akan ceritakan setiap hari.
Tahun ajaran 2022/2023 ini, aku mengajar di kelas 1A dengan jumlah murid 32 orang. 15 perempuan dan 17 murid laki-laki. Ini kali kedua aku mengajar di kelas dengan jumlah murid laki-laki lebih banyak. Tahun 2021 aku mengajar di kelas 6. Jumlah murid perempuan 9 dan laki-laki 22. Suasana kelas bisa dibayangkan dong. Ocehan murid laki-laki yang dominan di kelas mengalahkan 9 murid perempuan!
Kembali lagi ke kelasku. Selama MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, aku sudah menngawasi dan sedikit banyak sudah dapat gambaran karakter dari murid-muridku. Namun ada satu siswa yang belum bisa hadir selama MPLS dikarenakan sedang sakit. Aku hanya melihat dari foto yang dikirim orangtuanya saja. Namun aku sudah tahu sedikit info dari identitasnya. Muridku ini usianya paling tua di kelasku. Namanya Muhammad Daffa, berusia hampir 9 tahun. Aku ingin sekali mengenalnya.
Diminggu kedua, setelah kami masuk kelas, aku melihat seorang anak laki-laki berseragam SD, namun badannya besar dan tingginya sama denganku. Sepintas aku sudah bisa menerka bahwa Daffa adalah anak istimewa.
Saat aku menyapanya, dia hanya tersenyum dan pandangan matanya tidak fokus. Ekor matanya menjelajahi seiisi ruangan. Gerakan badannya canggung dan sedikit kaku. Anak tampan ini tidak menjawab sapaanku dan pertanyaanku. Mamanya yang selalu menjawab setiap kali aku melayangkan pertanyaan kepada Daffa. Ya. Daffa mengalami" Speech delay"( keterlambatan bicara) dan juga autis.
Syukur alhamdulillah mamanya menerima keadaan putranya dan bersemangat membimbing Daffa selama di rumah, sehingga Daffa sudah bisa menulis dan membaca tingkat dasar tanpa bersekolah di jenjang TK.
Bagaimana menghadapi Daffa dan kawan-kawannya di kelas istimewa? Akan dilanjutkan besok.
Jakarta, Januari 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar