Nur Faridah, S.S, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pondasi Agama Kuat, Generasi Kita Selamat

Pondasi Agama Kuat, Generasi Kita Selamat

Hati nurani siapa yang tidak terusik tatkala beredar berita yang tidak mengenakkan tentang rusaknya moral generasi muda yang terpaksa menikah karena sudah hamil duluan. Remaja usia sekolah yang seharusnya masih sibuk dengan kegiatan belajar, masih harus mengenyam pendidikan guna bekal masa depan, namun harus putus sekolah karena salah pergaulan. Remaja-remaja yang tinggal di daerah ini telah berani melakukan seks di luar nikah hingga hamil. Tentu saja menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan. Seakan-akan mereka tidak mendapatkan pembelajaran agama dan akhlak di sekolah serta pantauan ketat dari orang tua.

Kemudahan informasi yang di dapat tidak hanya di kota-kota besar bahkan hingga ke pelosok Indonesia ternyata berdampak buruk bagi generasi muda. Dahulu gambaran pemuda dari desa yang lugu, santun, dan pekerja keras terbiasa kita lihat. Berbanding terbalik dengan pemuda yang hidup di kota besar. Namun kenyataannya semua sudah berubah. Kita hampir tidak lagi menemukan pemuda desa yang dulu. Mereka sudah sama saja seperti pemuda lainnya. Gaya bicara, cara bergaul, bahkan gaya berpakaian mereka. Akses internet yang masuk dan mudahnya mereka memiliki gawai telah membuka peluang mereka mendapatkan informasi baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sudah bukan rahasia lagi bahwa dari gawai kecil di tangan, mereka dapat menonton apapun bahkan menyangkut pornografi. Itu salah satu dampak buruk dari bebasnya mengakses berita dari benda kecil nan canggih. Rasa ingin tahu dan ingin mencoba dari setiap hal yang ditonton membuat terjadinya pergaulan bebas di kalangan remaja. Mereka telah dibutakan oleh hasrat yang menggebu dan tidak ada yang membentengi mereka untuk berbuat sesuatu yang buruk. Melakukan hubungan intim saat masih berpacaran menjadi hal yang lumrah. Sungguh ini menjadi sesuatu yang mengerikan di negeri kita.

Menyalahkan masuknya internet ke desa-desa bukanlah sesuatu yang bijaksana. Yang harus dipikirkan dan harus ditindak lanjuti segera adalah mengatasi pergaulan bebas yang sudah terlanjur terjadi pada remaja bahkan orang dewasa. Pertama yaitu kita kembalikan pentingnya pendidikan dini di keluarga. Peran orang tua yang telah dititipkan, diamanahkan anak, berkewajiban untuk membimbing dan mendidik anak dengan benar. Bukan perkara yang mudah dalam mendidik anak di zaman yang berbeda dengan orang tuanya. Hendaknya kita kuatkan pondasi ajaran agama dalam keluarga inti agar anak-anak kita memiliki bekal yang kuat dan keimanan yang mantap. Dalam Islam sudah dijelaskan cara mendidik anak baik dalam Al Quran maupun dalam hadis. Peran orang tua terhadap pendidikan anak dapat dilakukan dengan bentuk pembiasaan, keteladanan, pemberian motivasi, nasehat, mengawasi anak dari pergaulan buruk, dan memberi hukuman yang mendidik. Ketegasan orang tua kepada anak terutama dalam hal bergaul dengan lawan jenis sangat diperlukan.

Salah satu hadis tentang pentingnya pendidikan agama di keluarga yaitu Sabda Rosulullah SAW, “Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama daripada pendidikan tata krama.” (HR Imam At Tirmidzi- Imam Al-Hakim).

Hadis tersebut menjelaskan bahwa pendidikan agama dan akhlak itu sangat penting. Ketika anak sudah diajari penerapan akhlak yang baik, maka akan tertanam dan menjadi kebiasaan hingga dewasa.

Pendidikan seks sejak dinipun harusnya sudah diajarkan oleh orang tua. Mulai dari pengenalan jenis kelamin, memisahkan tidur anak laki-laki dan perempuan, cara berpakaian, dan kegunaan dari alat kelamin baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Semua sudah lengkap dalam ajaran agama. Pengajaran tentang seks diberikan secara bertahap dan tidak vulgar seperti yang mereka dapatkan dari gawai mereka. Peran orang tua sebagai sahabat saat anak-anak tumbuh remaja untuk menjaga keimanan dan akhlak serta siap menjelaskan hal yang dianggap tabu kepada mereka. Mengingat dunia luar yang penuh dengan muslihat dan orang-orang yang bobrok imannya, maka anak-anak harus dibekali dengan pendidikan agama yang kuat untuk menjaga mereka dari pengaruh buruk dari orang lain maupun dari dunia maya. Tidak ada kata terlambat bagi kita menanamkan tata krama yang baik kepada generasi muda agar selamat dari pergaulan bebas.

Biografi Penulis

Nur Faridah, lahir di Jakarta pada 19 Maret 1973, hingga kini menetap di Jakarta. Pengarang menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Cipinang Cempedak 02, kemudian melanjutkan di pendidikan menengah di SMPN 36, kemudian di SMAN 53, Jakarta. Menempuh pendidikan S‐1 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Roman, kemudian melanjutkan pendidikan S‐1 PGSD, di Universitas Terbuka, Jakarta, guna melengkapi ilmu keguruan sebagai seorang pengajar di SDN Cipinang Cempedak 01 sebelum mengajar di SDN Cipinang Cempedak 02. Karya yang sudah diterbitkan antara lain buku antologi Surat Kangen untuk Siswa, Antologi Puisi bersama guru berjudul Rinduku Membahana, antologi puisi Pendar Cahaya Ramadan, antologi pentigraf tema pendidikan berjudul Mewarnai Mimpi, Antologi Maen ke Jakarta Nyok, serta dua buku solo berjudul Pintu Surgaku yang Hampir Tertutup dan Petualangan Geng Topeng. Penulis bisa dihubungi melalui: [email protected] dengan nomor kontak 087882758372

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post