Nur Faridah, S.S, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Semoga Tidak Ada Kata Terlambat

Semoga Tidak Ada Kata Terlambat

Tahun ini usia ibuku berdasarkan KTP tertanggal 18 Desember 78 tahun. Namun berdasarkan cerita ibu saat ibu masih sehat, beliau sudah ada saat Jepang datang dan merasakan kekejaman tentara Jepang kepada penduduk pribumi bahkan ibu dan keluarga sempat mengungsi ke Citerep. Jadi diperkirakan usia ibu sudah lebih dari 80 tahun.

Melihat kondisi fisik ibu yang terus menurun terutama ingatan dan kesehatan kakinya, dianggap wajar karena usia beliau yang sudah renta. Perlu kesabaran yang luar biasa bagi kami, anak-anak ibu yang masih serumah saat mendampingi dan menjadi kaki tangan bagi beliau setiap hari.

Ibu sudah beberapa tahun tidak kami biarkan berjalan sendiri karena kaki beliau sudah tidak kuat berdiri lama dan bentuk tulang kakinya pun sudah berubah. Dengan berat hati beliau mau duduk di kursi dorong dan menunggu bantuan untuk sekedar berpindah dari ranjang atau dari kloset ke kursi roda. Mungkin tidak terbayang oleh beliau harus berada di kursi roda seperti sekarang, namun demi keselamatan ibu maka kami melarang ibu berjalan sendiri karena takut beliau jatuh.

Ibu pun kini sudah pikun. Ingatannya pada masa lalu seakan baru saja terjadi sedangkan kejadian lima menit yang lalu hilang begitu saja. Pada awalnya kami sangat sedih menghadapi keadaan ibu, karena beliau mulai lupa nama kami anak-anaknya, cucu serta cicitnya. Ingatan ibu kembali ke masa lalu. Tingkah ibu kembali seperti anak- anak yang kadang rewel, suka tidak sabaran dan suka sekali diajak jalan-jalan.

"Abah udah dibangunin, belum? Mau solat Jumat nih!" Seringkali kalimat itu terlontar dari mulut ibu. Padahal abah kami sudah pergi sebelas tahun lalu.

"Mpok Khodijah udah lama ga kemari, kemana ya?" Pertanyaan yang mungkin aneh bagi cucu-cucu ibu karena Sang nenek menyebutkan kembali nama orang-orang yang sudah lama pergi.

Maafkan kami ibu, keadaan ibu yang seperti ini kadang suka jadi bahan candaan. Niat kami hanya untuk menghibur dan membuat ibu tertawa. Saat kami tertawa melihat jawaba atau perbuatan ibu, ibu malah ikut tertawa juga. Ibuku sayang...

Saat memandangi wajah ibu yang semakin tirus karena berat badannya semakin turun, hatiku tercekat. Dipastikan mataku pun berembun tanpa bisa aku tahan.

"Ya Allah, terima kasih atas kesempatan yang Engkau berikan kepadaku untuk dapat merawat ibuku hingga saat ini."

Semoga kami selalu diberi kesabaran dalam mendampingi ibu di masa tuanya. Karena kami menyadari sebagai manusia kadang khilaf menjadi tidak sabar dan mengeluarkan kalimat yang tidak baik kepada ibu.

Semoga kami selalu bisa membahagiakan ibu walaupun ibu sudah tidak bisa lagi mengingat dan merasakan semua yang kami berikan. Paling tidak kami masih diberi kesempatan untuk memberikan yang terbaik yang kami mampu untuk membahagiakan ibu.

Selamat Hari Ibu !

Jakarta, 23 Desember 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post