Tamu Istimewa
# Tantangan hari ke-8
"Maaf, Bu. Ada tamu yang ingin bertemu." Penjaga sekolah menghampirilu saat menuruni tangga setelah selesai mengajar di lantai dua.
"Siapa, Pak?"tanyaku seraya bergegas ke ruang guru.
Namun belum sampai ruang guru aku melihat dua orang anak muda yang berjalan ke arahku.
"Ibu Nur!" Sapa mereka sambil menyebutkan namaku.
"Iya, benar. Maaf, kalian siapa?"tanyaku setelah mereka menyalamiku.
Serentak mereka membuka masker, sehingga aku bisa melihat senyum mereka.
Kepalaku sampai menengadah ke atas saat berbicara dengan mereka larena tinggi badan mereka sepertinya lebih dari 170 cm.
"Saya Adit, Bu. Anak muda yang lebih tinggi itu sedkit membungkukkan badan memperkenalkan dirinya.
"Ya Allah, Adit!" Ujarku takjub. Aku pegangi tangannya. Langsung saja aku terbayang tampang Adit ketika masih di sekolah dasar.
"Wah,kamu tinggi sekali, seperti orang tuamu, ya."kataku disambut tertawa Adit.
"Saya Hafiz, Bu." Yang satunya lagi memperkenalkan dirinya.
Aku perhatikan dia dengan seksama.
"Kamu waktu SD kan gemuk. Sekarang sudah ganteng juga seperti Adit." Kataku.
"Yuk, kita duduk di ruang tari!" Ajakku.
Saat duduk kami mengenang masa kecil mereka. Dulu ketika almku masih mengajar bahasa Inggris di sekolah lama tempat mereka sd, mereka termasuk murid yang ikut les di rumahku. Saat masih honor aku sempat membuka les bahasa Inggris di rumah.
"Ibu masih seperti dulu aja." Kata Adit.
"Ibu tidak bertumbuh lagi, sedangkan kalian sudah berubah dan sudah dewasa."
Kami pun tertawa bersama.
"Saya ingin mohon doa restu kepada guru-guru SD saya, Bu. Saya mendapat info ibu sudah mutasi ke SD ini. Lalu kami menemui ibu disini. Maksud tujuan kami ke sini karena minggu depan saya akan melanjutkan studi ke Australi."ujar Adit
"Terima kasih atas ilmu yang ibu berikan kepada saya, karena sangat berguna bagi saya." lanjut Adit dengan tutur kata yang sopan.
Hatiku diliputi rasa haru. Mantan muridku masih mengingatku dan datang memohon restuku sebagai mantan guru SD nya.
"Tentu saja ibu merestui dan akan selalu mendoakan kelancaran studi kalian."kataku penuh haru.
"Kalau Hafiz kuliah di jurusan Sastra Inggris, Bu."jawab Hafiz saat aku tanyakan studinya.
"Saya masih ingat gaya mengajar ibu. Semua yang ibu ajarkan masih sangat saya ingat, sehingga saya memutuskan mengambil jurusan Sastra Inggris."lanjut Hafiz yang membuat hatiku berbunga.
"Maaf kalau ibu suka galak ya sama kalian, ya," kataku.
"Marah ibu masih wajar, Bu. Tidak berlebihan, sehingga kami tidak tertekan belajar bersama ibu."jelas Adit.
Cukup lama kami berbincang sampai akhirnya mereka pamit, karena Adit akan menemui guru SMPnya juga.
"Terima kasih atas kunjungannya ya. Salam untul kedua orang tua kalian." Pesanku.
Jakarta, 3 Februari 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar