TNGP yang Menginspirasi

Sejujurnya saya sedikit grogi saat akan berangkat menghadiri Temu Nasional Guru Penulis. Di kepala saya berkecamuk perasaan antara senang, takut, dan tidak PD. Mengapa demikian? Karena ini kali pertama saya ikut dalam perhelatan besar MGI yang diselenggarakan di Jakarta. Tidak ada satu pun yang saya kenal, namun ada rasa senang bahwa nanti saya akan bertemu muka dengan rekan- rekan guru yang sudah lama berkecimpung dalam dunia tulis-menulis di MGI serta yang tidak kalah menyenangkan saya akan bertemu dengan CEO dan Pamred MGI yaitu pak M. Ihsan dan pak Eko yang menjadi idola saya.

Ketika saya menginjakkan kaki di pelataran gedung JCC, kegugupan saya semakin memuncak. Tangan saya sempat dingin bukan saja karena AC, namun juga karena kegugupan tadi. Saya tebar senyum kepada semua orang yang memakai batik yang sama dengan saya. Kegugupan itu pun mulai mencair. Program 3 S saya aplikasikan dengan baik hari itu. Senyum, salam, kemudian sapa menjadi senjata yang super ampuh. Berkenalan dan berfoto menjadi hal yang seru seakan kita sudah lama saling kenal. Apalagi saat saya membantu panitia dari Jakarta menjaga meja tamu, saya menjadi leluasa bertatapan dengan guru-guru penulis yang selama ini tulisannya saya kagumi. Tidak lupa saya pun mengabadikan pertemuan itu dalam foto-foto ceria.

Rasanya seperti mimpi saya menjadi bagian dari komunitas besar nan keren menewen seperti MGI. Ada rasa bangga dan haru menjadi anak buah pak Ihsan yang selalu memiliki ide yang menarik untuk diangkat sebagai tema lomba setiap bulan. Saat itu saya pun bertekad akan lebih semangat mengisi blog saya di Gurusiana yang menjadi media untuk terus berlatih menuangkan ide dalam tulisan yang menarik seperti yang diperlihatkan oleh pak CEO dan Pamred dalam goresan pena beliau berdua.

Saya bersyukur TNGP diselenggarakan di Jakarta, sehingga saya bisa menghadirinya. Saya senang mengenal dan berbagi cerita dengan guru-guru yang datang dari luar Jakarta. Kedatangan mereka ternyata tidak sia-sia. Mereka tampil sebagai pemenang dalam beberapa kategori. Sangat terasa aroma pesta kemenangan. Sekali lagi sayapun menyempatkan diri berfoto dengan para pemenang literasi. Aduh. Tambah kecillah hati saya. Saya orang Jakarta, namun nama saya tidak tercantum dalam satu kategoripun. Bagaimana bisa saya ada di atas panggung, tulisan saya masih jauh dari sempurna. Keikutsertaan saya dalam kegiatan kelas menulis masih dihitungan jari tangan kanan, belum kedua tangan. Saya sempat mengkhayal saat duduk disudut kursi, diruangan dingin di Lt.3 Perpustakaan Kemendikbudristek, saya berdiri di atas panggung, di samping pak Eko yang siap membagikan piagam penghargaan sebagai penulis produktif kepada saya. Saya tersenyum semringah dengan penuh kebanggaan. Namun lamunan saya buyar ketika ibu Emi mencolek pundak saya.

“Bu Nur, tolong bawakan air mineral untuk mas Eko dan mas Yasin.”

“Siap, Bu!” dengan sigap saya meraih dua botol itu dan bergegas ke arah panggung.

Semoga semangat TNGP akan terus ada di hati saya agar saya terpacu untuk lebih giat menulis dan mudah-mudahan bisa menjadi salah satu pemenang. Nantinya sebutan sebagai guru penulis akan saya sandang dengan penuh percaya diri.

Biodata Penulis

Penulis lahir di Jakarta dan saat ini bertugas di SDN Cipinang Cempedak 02, Jakarta. Telah bergabung di blog Gurusiana sejak tahun 2020.

Penulis dapat dikontak di no. Wa 0878 8275 8372 dengan email [email protected]