Pribadi baik yang selalu menginspirasi orang lain. Namanya Khansa Athaya, usianya sekitar 6 tahun. Anaknya kecil, imut, dan cerdas. Sejak awal bertemu sudah terkesan dengan kecerdasannya. Khansa pindahan dari Batam, ikut ibunya yang lanjut sekolah di Makassar. Walaupun tinggal di Batam, Khansa suku bugis asli, berasal dari Bone. Bisa terdengar dari logatnya yang sangat kental, logat bone yang meliuk-liuk saat berbicara, seperti punya nada.

Bergabung di kelas yang saya ajar sekitaran akhir semester awal. Meskipun terhitung murid baru tetapi ia cepat beradaptasi dengan anak-anak lainnya. Satu kesyukuran juga karena pada awalnya banyak pesan yang ibunya sampaikan ke saya. Salah satunya soal Khansa yang terbiasa main sendiri, belajar sendiri di rumah, ibunya sedikit khawatir dengan hal itu. Saat pertama anaknya agak canggung namun lama kelamaan akhirnya bisa punya banyak teman. Dan sekarang Khansa menjadi salah satu yang terfavorit. Banyak teman yang senang main bersamanya.

Selain pintar ia juga anak yang baik di kelas. Dia selalu memberikan contoh positif dan tak segan untuk menasehati temannya yang berbuat kesalahan. Kehadirannya juga bisa memotivasi anak-anak lainnya, seperti contoh, keseriusannya saat membaca do'a, dan saat menghafalkan Asmaul Husna. Hal itu membuat iri dan akhirnya murid lain berusaha untuk mengalahkan atau setidaknya menyamai Khansa.

Bukan hanya di sekolah, ketekunan Khansa dalam belajar menarik perhatian ibunya, bahkan kadang membuat ibunya khawatir. Sepulang dari sekolah ia melanjutkan belajarnya di rumah, apa yang saya ajarkan selalu ia ulangi di rumah. Hafalan do'a, surah serta hadis, lagu-lagu shalawat dan praktek kegiatan percobaan sains sederhana yang biasa saya berikan selalu ia pelajari kembali. Banyak bertanya sudah menjadi kebiasaannya, saat ibunya sibuk dan tidak bisa membantu Khansa belajar, ia tak kehilangan akal, membuatnya mencari cara lain. Kadang meminta handphone ibu atau pamannya, buka google dan mencari jawabannya di sana.

Bukan hanya kepintaran tetapi ketekunanlah kunci utama dari sebuah keberhasilan. Banyak orang pintar namun bermasa bodoh dan bermalas malasan. Saya banyak belajar dari Khansa, tentang kesabaran, kerja keras, serta kebaikan-kebaikannya. Kadang saya merasa tidak melakukan apa-apa untuk anak ini, dia bisa karena kemampuannya sendiri. Dia bisa karena ada seorang ibu hebat yang mengajarinya di rumah. Sampai sekarang kekagumanku tidak pernah pudar untuk seorang anak kecil bernama Khansa Athaya.

Pintar dan cerdas bukan menjadi penilaian utama saya untuk Khansa. Yang paling utama dari semuanya adalah akhlak. Akhlak baik menjadi penyempurna. Hal itulah yang sangat diharapkan oleh seorang guru. Mendidik anak yang tidak hanya pintar tapi juga berakhlak mulia. Semoga Khansa bisa menjaga itu sampai ia dewasa. Menjadi pribadi yang baik, berguna bagi agama dan bangsanya.

Saat jam istirahat Khansa terlihat murung, tidak biasanya.

"Khansa kenapa nak?", tanyaku lembut.

"Saya sedih bu guru, Al memberikan saya biskuit tapi melarang saya membagikannya ke teman yang lain, saya tidak bisa makan biskuit ini sendirian", dengan suara lirih sambil menunduk sedih.

Anak sekecil ini tetapi mempunyai hati yang begitu besar.

Membawaku dalam do'a, "Sisakan satu yang seperti ini Ya Allah, hingga saat Engkau percayakan amanah itu untuk kami, aamiin".