Bermitra dengan Allah dalam Bisnis
Bermitra dengan Allah dalam Bisnis
(Tantangan 012/117)
Belajar dengan orang yang sukses di bidang ekonomi, pendidikan, olahraga, dan sebagainya adakah belajar yang nyata sebagai pengalaman. Karena sebuah pengalaman berarti benar-benar dilakukan atau dialami sang pelakunya. Selain itu dapat dipelajari sebagai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut kisah seorang yang patut dijadikan teladan dalam kesuksesan dunia akhirat. Kisah Ir Sholah Athiyah pemuda mesir dikutip dari ttps://news.act.id/berita/kisah-sholah-athiyah-yang-jadikan-allah-mitra-bisnisnya
Ada kota kecil di Mesir bernama Tafahna Al Asyraf di Provinsi Daqahliyah. Kota yang sunyi dan akses ke mana pun terbilang sulit. Satu pemuda berasal dari kota itu bernama adalah Sholah Athiyah. Dosennya di Universitas Al-Azhar Syekh Dr. Mustafa Dasuki Kasbah bahkan mengatakan ketika kuliah Sholah hanya mempunyai satu celana panjang.
Setelah lulus dan menjadi insinyur, Sholah mengajak 9 kawannya sesama lulusan fakultas pertanian untuk berbisnis bersama. Mereka pun membuat bisnis peternakan unggas. Namun selayaknya bisnis, ada yang tidak berjalan begitu baik, salah satu benturannya adalah modal. Mereka pun mengumpulkan modal dari penjualan tanah, perhiasan istri-istrinya, sampai meminjam agar bisnis berjalan. Bersamaan itu juga mereka mencari mitra ke-10 agar bisnisnya mampu berjalan.
Satu kali Sholah menuntaskan pertanyaan teman-temannya tentang mitra ke-10 tersebut. “Aku sudah menemukannya,” katanya. Rasa penasaran pun menghampiri, ”Siapa?” tanya mereka. “Allah,” jawab Sholah singkat. “Allah akan menjadi mitra usaha kita yang ke-10. Allah akan mendapat 10% dari usaha kita. Dengan perjanjian, Allah yang akan memberikan perlindungan dan pemeliharaan, keamanan dari segala wabah penyakit,” lanjutnya. Saking seriusnya mereka dengan perjanjian tersebut, mereka bahkan menuliskan perjanjiannya dan diserahkan kepada notaris, lengkap dengan peran-peran dari Sang Mitra ke-10.
Dan Sang Mitra Terbaik tak pernah ingkar pada janjinya. Dalam satu musim, bisnis itu pun meroket. Sejalan dengan pesatnya bisnis, keuntungan Sang Mitra terus dinaikkan dari 20% sampai 50%. Pembagian hasil itu bermuara kepada pembangunan sekolah dari SD hingga SMA untuk putra dan putri. Tapi keuntungan terus bertambah hingga akhirnya terbesit sebuah ide untuk membangun universitas di sana, sebuah perkampungan kecil.
Tak tanggung, demi membangun sebuah universitas yang mudah diakses, mereka juga membangun universitas itu lengkap dengan jalur kereta yang gratis bagi mahasiswa. Asrama putri berkapasitas 600 orang dan asrama putra berkapasitas 1.000 orang serta rumah sakit berdiri di dekat kampus dengan 5 fakultas itu. Universitas Al-Azhar Tafahna namanya.
Akhirnya 100% usaha tersebut diberikan Sholah kepada Allah. Manfaat wakaf masuk ke kehidupan masyarakat mulai dari bantuan pangan, membuka lapangan pekerjaan di aset-asetnya, menyediakan hidangan buka puasa, hingga memberikan perabotan bagi perempuan yatim yang hendak menikah. Masyarakat begitu mencintai Sholah Athiyah karena kepeduliannya. Konon menurut Ustaz Jalaludin, ketika ia wafat pada 2016 lalu, bahkan ada sekitar 500.000 orang dari kampung tersebut yang mengantar kepulangannya.
Berdasarkan kisah inspiratif di atas banyak pelajaran yang dapat dijadikan acuan dalam berbagai kehidupan. Pertama, Kemiskinan tidak menghalangi untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Ketika selesai belajar sebaiknya mandiri dengan teman-teman sekelas atau yang memiliki misi yang sama, mandiri menciptakan pekerjaan sesuai ilmu yang didapat di bangku sekolah. Berwirausaha lebih baik daripada mencari pekerjaan yang bermodalkan ijazah yang diperolehnya.
Kedua, kisah tersebut memberi pelajaran bahwa kalau sedang berbisnis, jangan melupakan Tuhan. Setiap laba yang diperoleh diinfakkan ke jalan Allah. Sampai-sampai untuk melibatkan partner yang sangat penting, diceritakan partner yang kesepuluh adalah Allah. Meskipun tampak aneh, yaitu membuat perjanjian di akta notaris untuk pembagian keuntungan saham sari mulai 10%, 50% hingga 100% untuk jalan Allah. Sedangkan Ir Sholah menjadi karyawan.
Ketiga, Berusaha atau berbisnis menyisihkan keuntungan sebagai kewajiban membayar zakat dan tambah dengan infaq, shadaqah, dan sejenisnya akan mendapatkan keuntungan yang berlimpah ruah. Bukan sekadar laba yang berupa keutungan keuangan semata. Nilai manfaat sangat tampak pada kisat tersebut. Bukan hanya pribadi, keluarga, dan kawan-kawannya, tetapi orang lain bahkan dikisahkan satu kampung terimbas dari ide yang dilakukan oleh Ir. Sholah.
Kisah tersebut jika digali nilai-nilai keteladanan yang patut dijadikan acuan tentu banyak sekali. Mulai kisah kehidupan yang serba kekurangan hingga kuliah. Bagaimana mengajak kawan-kawan untuk berwirausaha, menginfakkan keuntungan untuk kemajuan kampungnya. Bagaimana mendidik para pemuda di kampung tempat ia tinggal, dan lain sebaginya.
Kamis, 28 April 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar