Nurhadi

Lahir Pati, 21 Agustus 1964. Pendidikan MI (SD) 1977, Mts (SMP) 1981, MA (SMA) 1983 ketiganya di Madrasah Darun Najah Margoyoso Pati. S1 Pendidikan Bahasa dan s...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengajar Lahir Batin

Mengajar Lahir Batin

Mengajar Lahir Batin

(Tantangan 514/591)

Pak Harno ingin menikmati kacang kedelai kesukaannya. Tadi pagi dia mengajak putrinya belanja ke tukang sayur langganannya. Setelah merapikan ruang depan dan teras, putrinya disuruh merebus kacang kedelai yang baru saja dibelinya. Sekitar 30 menit rebusan kedelai masak. Masih panas dan tampak ngebul asap dari kedelai. Sambil minum air rebusan rimpang yang terdiri jahe, sereh, kunyit, dan lengkuas, Pak Harno mencari ceramah di medsos kesukaanya.

Kiai yang dikagumi sejak masa remaja di kampung ditemukan melalui youtube. Meskipun sering ditontonnya, tema yang sukai pagi ini dinikmati kembali. Kadang gaya cerita yang disampaikan Sang Kiai tersebut, ditirunya dengan modifikasi sana-sini ketika mengajar murid-muridnya. “Cung sok nek awakmu duwe anak syukur duwe santri, nek mulang njobo jero yo (Nak, kalau kamu nanti punya anak, syukur punya santri, kalau mengajar lahir batin ya).” Sang Kiai mengawali ceritanya. “Saya tidak paham apa yang dimaksud mengajar lahir batin.” lanjut Sang Kiai. “Ayah saya bilang, Kamu tahu apa yang saya lakukan selama ini terhadap para santri?” Sang Kiai mengisahkan bagaimana ayah beliau hormat dan sayang kepada santrinya.

Rupanya Sang Kiai yang youtube-nya sedang dinikmati pak Harno melanjutkan kisah Kiai lain. “Dulu ada seorang Kiai yang banyak santrinya memanggil lurah pondok. Kemudian Kiai ini meminta lurah pondok untuk menulis nama-nama santri yang nakal dan diranking. Mulai dari yang ternakal, sangat nakal, nakal, dan agak nakal. Betapa senangnya lurah pondok. Dengan senangnya lurah pondok menulis sesuai perintah kiainya. Dalam hatinya dia merasa lega selama ini anak-snak ini susah diatur sekarang akan ditangani langsung oleh kianya.” kisah Sang Kiai dalam youtube. Kemudian dilanjutkan, “Kira-kira hampir satu minggu lebih anak-anak yang ditulis tadi tidak dipanggil kiainya. Kemudian lurah pondok sowan ke kiainya. ‘Maaf Kiai, mengapa anak-anak yang saya sampaikan kemarin kok tidak diusir dari pondok’ tanya lurah pondok. ‘Kenapa diusir?’ tanya kiai. ‘mereka kan melanggar aturan Kiai’ kata lurah pondok. ‘Karena mereka nakal itulah dibawa ke pondok sini.’ jawab Kiai.’ itulah enaknya belajar di pondok.” jelas Sang Kiai dalam Youtube. “Di pondok atau pesantren, santri atau murid dibiasakan belajar dan mengulang pelajaran meskipun tidak mau ujian. Kalau mau ujian atau kegiatan yang lain minta didoakan dan berikutnya, mereka patuh dan taat sama kiai. Tidak kalah kalah pentingnya selain kiai mendidik mereka, kiainya mendoakan. Jadi di pesantren itu belajar njobo jero (lahir batin).” akhir ceramah yang ditonton Pak Harno.

Sabtu, 12 Agustus 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah inspiratif. Semoga kita bisa meneladani sikap Pak Kyai dalam mendidik anak-anak bangsa.

13 Aug
Balas

Amin

19 Aug

Mohon izin follow, Pak Nur. Salam literasi.

13 Aug
Balas

Siap

19 Aug



search

New Post