Merayap Tetap Jalan

(Tantangan 667)

Suasana sore itu cerah. Obrolan empat sekawan kelihatan hangat. Tertawa dan senyuman empat sekawan menghias obrolan. Meskipun tidak ada penentuan teman, kali ini membahas bagaimana menghadapi hidup. Obrolan tersebut tampaknya serius, tetapi tidak seperti pembicaraan formal, santai dan penuh canda tawa memenuhi cengkrama sore itu.

“Wah nikmat banget kopinya!” kata Warno. “Bisa aja kan Iman membagakan tuan rumah.” sahut Teguh yang rumahnya ditempati obrolan yang seolah-olah terjadwal itu. Warno, Teguh, Ruli dan Ali sebagai peserta tetap nongkrong sore di rumah Teguh. Rumah Teguh memang lebih luas dan nyaman daripada rumah kawan-kawannya dan termasuk paling bagus dibanding rumah di desanya. “Kita ini kadang diibaratkan dalam kehidupan ada yang lari, jalan cepat, jalan biasa, bahkan ada yang tertatih-tatih dalam menghadapi kehidupan rumah tangga dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga.” kata Ruli. Dia memang yang paling tua diantara kawan-kawannya yang sering nongkrong sore.

Setelah saling meledek dan bercanda tentang kehidupan mereka masing-masing, muncul kesadaran diri untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Ruli yang banyak kenalan orang-orang hebat dan tenar bukan saja di desanya saja. Maka dia yang banyak menyampaikan pengalaman hidup berkeluarga. “Betul Kang Ruli. Kita harus tetap berjalan meskipun merayap bahkan tertatih-tatih sekuat tenaga menjalankan kewajiban dan ibadah-ibadah lain, termasuk ibadah bersosial.” sambung Ali.

Jumat, 27 Oktober 2023