GURU TIDAK MEMBUAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Guru adalah sosok yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru berinteraksi langsung dengan siswa. Ketika seorang guru datang ke sekolah tujuan utamanya adalah melaksanakan tugas mulia dalam rangka mendidik, mentransfer materi, serta melakukan pengembangan diri. Inti dari interaksi antara guru dan siswa adalah proses pembelajaran. Sama halnya dengan profesi lain pasti memiliki tugas pokok yang menjadi ciri suatu profesi. Misalnya seorang dokter menjalankan tugas intinya yaitu berinteraksi dengan pasien untuk melakukan proses penyakit. Seorang dokter pada saat melaksanakan proses penyembuhan memerlukan kecerdasan pikiran, bantuan sarana prasarana serta trik yang jitu dalam menentukan resep pengobatan.
Berbeda dengan dokter profesi guru berinteraksi dengan peserta didik sebagai manusia yang hendak dibimbing, dibentuk budi pekertinya dan diberi pengetahuan tentang segala hal. Tugas guru sama berartinya dengan tugas dokter. Proses interaksi antara guru dan peserta didik melibatkan tiga hal itu guru, peserta didik dan isi materi yang akan diajarkan. Proses interaksi tersebut biasa disebut proses pembelajaran. Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran seorang guru perlu mengadakan perencanaan pembelajaran.
Menurut Sumiati dan Asra seorang guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran yang meliputi 1) perencanaan pembelajaran, 2) pelaksanaan pembelajaran, 3) mengevaluasi pembelaran, dan 4) memberikan umpan balik. (2009: 7). Keempat peran tersebut merupakan satu rangkaian dalam proses pembelajaran, satu dan lainnya saling berkaitan dan saling berurutan. Setiap guru memiliki kewajiban melaksanakan perannya dalam proses pembelajaran.
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran hal pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah merencanakan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang biasa disebut (RPP) dibuat sebagai antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran sehingga tercipta situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut sumiati dan Asra menguraikan hal-hal yang ada dalam perencanaan pembelajaran yaitu :
a. Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran. Rumusan tujuan dibuat berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan, kebutuhan dan harapan. Oleh karena itu tujuan dibuat dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri, serta ilmu pengetahuan dan teknologi (budaya)
b. Materi pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan. Materi pembelajaran merupakan pengalaman yang akan diberikan kepada siswa selama mengikuti proses pendidikan atau pembelajaran
c. Bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan oleh guru agar siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini meliputi kegiatan, strategi, dan metode dalam proses pembelajaran.
d. Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat evaluasi untuk mengetahui atau mengukur ketercapaian tujuan. Evaluasi banyak bergantung pada tujuan pembelajaran. Hal ini sangat penting sebagai umpan balik dalam mengadakan perbaikan. (2009: 5)
Begitu pentingnya suatu rancangan pembelajaran untuk memberi arah pada proses pembelajaran. Kesalahan besar jika seorang guru datang ke kelas dengan tangan kosong tanpa perencanaan pembelajaran. Ada yang mengatakan “ibarat dalang tidak pernah kehabisan lakon”. Guru pun bisa seperti itu datang ke kelas dengan membawa sejuta cerita pada peserta didik. Tentu tidak akan bisa seperti itu karena guru melakukan proses pembelajaran harus berdasarkan skenario atau perencanakan yang telah disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
Tanpa perencanaan guru tidak bisa melakukan proses pembelajaran dengan baik. Guru tidak memiliki gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai. Guru juga tidak bisa menentukan arah dan cara yang dipakai dalam mencapai tujuan pembelajaran. Bisa dibayangkan jika dalam suatu kegiatan tidak terencana dengn jelas tidak dirumuskan tujuannya maka akan menjadi membingungkan. Oleh karena itu perencanaan juga harus disusun secara jelas.
Banyak cara yang dilakukan oleh guru dalam menyusun rencana pembelajaran (RPP) Idealnya RPP disusun ketika hendak melakukan pembelajaran sehingga bisa lebih teliti dalam melihat hal-hal yang dibutuhkan peserta didik pada kelas tingkatan dan dan karakteristik yang berbeda. Beberapa kasus yang dilakukan guru banyak yang tidak memmbuat perencanaan pembelajaran (RPP). Mereka menganggap bahwa RPP itu tidak penting dan hanya sebagai syarat administrasi saja. Sehingga membuat perencanaan pembelajaran hanya untuk kepentingan administrasi belaka. RPP dibuat setiap satu semester atau setiap satu tahun sekali dengan tanda tangan kepala sekolah diketahui oleh pengawas sekolah.
Pembuatan RPP dengan tujuan seperti itu tentu saja tidak mencerminkan kebutuhan pada proses pembelajaran yang hendak dilakukan. Sistem pembuatan RPP sebagai syarat administrasi guru hanya dilakukan satu kali untuk seluruh siswa dan seluruh kelas yang menjadi tanggung jawabnya. RPP yang seperti itu tentunya tidak mencerminkan pada kebutuhan peserta didik di kelas. Banyak kasus pembuatan RPP dilakukan oleh beberapa guru dalam musyawarah guru mata pelajaran sehingga yang lain tinggal copy paste hasilnya RPP dibuat secara seragam.
RPP yang dibuat secara seragam tadi tentu saja tidak akan bisa dipakai oleh guru karena kondisi peserta didik pada masing-masing sekolah, masing-masing kelas sudah pasti tidak sama. Ketidak samaan itu menuntut guru harus membuat perencanaan yang berbeda juga. Kembali lagi mengumpamakan peserta didik sebagai pasien yang menderita penyakit tertentu. Seorang dokter pasti memiliki cara yang berbeda terhadap pasien dengan jenis penyakit yang berbeda, resep yang dituliskan dokter juga menyebutkan obat yang berbeda sesuai dengan keluhan dan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Begitu pula dengan seorang guru harus bisa mengumpamakan bahwa peserta didik memiliki karakteritik dan kebutuhan belajar yang berbeda satu sama lain. Layaknya dokter guru juga harus memberi perlakuan yang berbeda, guru harus merencanakan pembelajaran dengan teknik dan metode yang berbeda pula. Jika satu resep tidak bisa digunakan bersamaan pada beberapa pasien, maka satu perencanaan pengajaran juga tidak bisa digunakan sama pada semua peserta didik dengan karakter yangberbeda-beda.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Guru adalah dokter bagi pendidikan murid. kalau dokternya guru, siapa bu?....... he he he. semoga sehat selalu dan salam literasi.