RENUNGAN MENYAMBUT HARI IBU
RENUNGAN MENYAMBUT HARI IBU
Ibu.....Ibu.... Ibu.....
Kasih ibu sepanjang kepada beta,
tak terhingga sepanjang masa,
hanya memberi, tak harap kembali,
bagai sang surya menyinari dunia.
Syair sederhana yang pasti dihafal oleh semua orang memiliki makna begitu dalam. Tiada seseorang pun di dunia ini yang mencintai kita dengan penuh ketulusan, pengorbanannya tak pernah surut, yang rela menangis hanya untuk melihat putra-putrinya tersenyum. Ibulah sosok wanita sempurna yang diciptakan Allah ke dunia. Sang ibu tidak pernah sedikitpun mengharap imbalan atas apa yang sudah diberikan kepada putra-putrinya. Namun janganlah pernah lupa bahwa meski tidak pernah meminta kita tetap punya kewajiban untuk menghormatinya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Dalam sebuah hadist dikemukakan,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Dalam sebuah kisah Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Tentu bukan hal yang berlebihan jika kita memahami pengorbanan seorang ibu dan tidak berlebihan juga jika memiliki kewajiban menghormatinya. Namun sudahkah kewajiban itu kita penuhi? Yang bisa menjawabnya hanya diri kita masing-masing. Menghormati ibu bukan hanya merayakannya saat tanggal 22 Desember namun lebih dari itu sebagai anak setidaknya bisa melakukan tiga hal besar yaitu 1) membuat ibu kita tetap tersenyum bahagia, 2) jangan membuatnya marah, dan 3) jangan durhaka padanya. Tiga hal tersebut tidak memerlukan materi yang begitu besar namun memerlukan kesanggupan bagi setiap anak. Kesanggupan untuk benar-benar melaksanakan kewajiban kita bagi sang ibu.
Renungan bagi kita semua sebagai sosok yang dilahirkan ke dunia ini oleh seorang ibu. Mari kita tatap wajah ibu yang nampak sudah tidak muda lagi, garis-garis lembut di sekitar matanya membuatnya tampak dimakan usia. Namun masih nampak sekali sosok wanita yang begitu kuat dan bersahaja. Ibu terlihat bahagia jika kami bahagia, oleh karena itu jangan sekali-kali menampakkan kesedihan kita di hadapannya. Semasa muda ia telah banyak berkorban, menangis penuh derita demi membuat kita bahagia. Sebagian dari kita masih bisa melihat senyumnya, mendengar omelannya itu adalah karunia yang luar biasa. Tanda bahwa masih banyak kesempatan untuk berbakti pada ibunda tercinta. Jika kelas Allah mengendaki ibu untuk berpulang pada Nya do’a kita tetap dinantikan olehnya. Sebelum kita terlambat dan menyesal marilah kita laksanakan kewajiban kita pada orang tua terutama ibunda tercinta.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar