BERBAGI CERITA PENGALAMAN KORBAN CYBERBULLYING
CHAPTER12
#TantanganGurusiana Hari ke-20
Belakangan, dengan semakin maraknya social media dikalangan remaja, semakin banyak pula terjadi kasus cyberbullying. Bahkan tidak hanya kaum remaja yang mengalaminya, orang dewasa, public figure, dan artis pun juga mengalaminya.
Yuk, berbagi cerita tentang masa-masa menjadi korban cyberbullying. Barangkali bisa menginspirasi mereka yang pernah dan sedang menjadi korban cyberbullying, untuk lebih kuat mengatasi bullyan di social media. Cerita di bawah ini diambil dari berbagai sumber. Bagaimana dengan ceritamu ? Tulis di kolom coment…
Ariana Grande
Selain aktif di Twitter, Ariana juga suka meng-update akun You Tube-nya dengan berbagai macam video. Dulu dia beberapa kali posting aktivitasnya bersama mantannya, Jai Brooke. Ariana memang senag posting di You Tube karena bisa ditonton ulang dan membuat dia senang. Tapia da konsekuensinya. Ariana jadi sering mendapat komentar pedas dan negatif. Ariana berusaha untuk tidak menanggapinya. “Cyberbullies itu cuma orang-orang yang enggak tahu mau ngapain. Mereka bosan dengan hidup mereka sendiri, jadi mereka mengganggu orang. Mereka mem-bully karena mereka iri dan engggak PD”(Kawanku, p 95)
Diajeng Larasati Sekar Arum, 26 th, Guru TK
Sebenernya bukan cyberbully yang terlalu parah. Cuma ini pertama kali saya dikucilkan dan dihina oleh satu kelompok (atau geng?). Jadi akar masalahnya saya di- invite ke sebuah grup WhatsApp bernama Rukun Warga (RW). Mereka ini kumpulan anak Twitter yang terkenal suka bully orang. Waktu saya dimasukkan ke grup itu saya bingung kenapa saya dipilih oleh mereka, ternyata karena dulu saya kalo nge-tweet suka nyinyir (mungkin sekarang masih).
Bergabung dengan grup itu saya akhirnya jarang ikut dalam obrolan mereka. Banyak nama yang mereka sebut di grup itu, mereka enggak suka Si Ini, Si Itu dan bahkan enggak jarang mereka buat plot untuk menyerang dan bully orang lain. Saya diam dan tidak pernah mau ikut. Hanya sekali-dua kali saja saya menyapa mereka. Pernah suatu hari mereka memasukkan satu orang ke grup kemudian mereka bully dan katain dia seharian. Sampe akhirnya dia left group dan mereka invite lagi. Akhirnya dia merasa terganggu dan left. Setelah itu mereka tertawa di grup itu. Saya diam. Dan akhirnya suatu hari semua anak Rukun Warga di- unfollow oleh satu selebtweet, entah apa alasannya. Dan satu per satu mereka left group tersebut. Akhirnya saya left dan merasa bebas. Namun ternyata mereka membuat grup lagi untuk ngata-ngatain saya. Salah satu anak RW memberikan beberapa screenshot chat mereka yang sedang ngatain saya. Ternyata mereka curiga bahwa saya yang menghasut selebtweet tersebut untuk unfollow mereka. Padahal saya tidak pernah sekalipun chat/ngobrol dengan dia. Kami hanya saling follow.
Setelah itu saya japri salah satu pencetus bahwa sayalah penyebab mereka di- unfollow oleh sang selebtweet. Saya bilang ke dia bahwa saya tidak pernah sekalipun menghasut siapapun, saya minta dia untuk minta maaf karena di grup itu dia sudah membuat meme tentang saya dan menjadikan saya bahan tertawaan. Chat saya cuma di- read dan akhirnya kelompok itu sangat marah (enggak kenapa harus marah, ya) karena mereka kaget kok saya bisa tahu. Satu per satu dari mereka japri saya dan mendesak untuk kasih tahu siapa yang kasih tahu saya tentang semuanya. Saya tetap diam dan akhirnya mereka mem-bully saya di twitter. Mereka mengatai saya dengan sebutan "dianjeng”, "anjing" sambil mention saya. Akhirnya saya menyerah dan hapus Twitter selama seminggu. Saya cerita ke beberapa teman dan mereka meyakinkan saya bahwa saya tidak salah dan menyuruh saya untuk balik ke Twitter. Untuk mengembalikan keberanian sangat-sangat berat (padahal cuma dikatain anjing, enggak bisa bayangin yang dikatain macam-macam setiap hari). Akhirnya saya balik ke Twitter dan block mereka satu per satu. Selesai.
Point-nya sih masalah kecil kayak gini aja membekas banget buat saya, enggak bisa bayangin yang di-bully setiap hari. Kalau saya pasti enggak sanggup.
(https://www.rappler.com/indonesia/liputan-khusus/186930-cerita-korban-cyberbullying)
Jauza Alayya, 20 th, mahasiswi
Pengalaman cyberbullying saya terjadi ketika SMP. Berawal dari suatu grup di Facebook dengan judul ABC yang diakhiran saya tahu bahwa ABC merupakan singkatan “Aku Benci Caca” (Caca nama panggilan saya). Grup ini berisi sekelompok orang yang diakhiran saya tahu merupakan teman sekelas saya yang merasa tidak suka dengan saya. Di sana mereka bergosip tentang saya: Saya lesbi, saya ansos, saya perempuan genit, dan semacamnya.
Mereka mengundang semua perempuan di kelas untuk kemudian bergabung di sana. Hampir semua perempuan di kelas tergabung di grup itu. Gosip dan omongan jelek pun makin marak beredar. Saya sempat tidak punya teman selama beberapa bulan. Saya harus pindah duduk di kelompok laki-laki. Bermain dengan hanya teman laki-laki. Kemudian teman laki-laki saya yang curiga menanyai beberapa anak, “Ada masalah apa sih ama dia?”, “Ada gosip apa sih?"
Hingga akhirnya beberapa anak perempuan mengaku bahwa ada grup ABC. Singkat cerita masalah selesai, beberapa anak mengaku bergabung di grup hanya karena tidak ingin jadi seperti saya. Beberapa mengaku tidak tahu kalau grup ABC adalah Aku Benci Caca, mereka kira “Aku Benci Cinta”. Dan alasan-alasan lain. Singkat cerita, saat ini saya memiliki sedikit trauma dan krisis kepercayaan pada teman perempuan. Semenjak kelas 2 SMP, teman-teman perempuan saya hanya bisa dihitung dengan satu tangan, yakni 5 jari.
Saya menutup koneksi dengan perempuan, sangat memperhatikan penampilan saya karena takut mendapat hinaaan lagi, menghindari kontak dengan perempuan, dan semacamnya. (https://www.rappler.com/indonesia/liputan-khusus/186930-cerita-korban-cyberbullying)
Support dan doa dari teman-teman yang berada di belakang kita sangat berarti sekali. Lingkungan positif yang selalu mereka berikan tentu berdampak besar bagi kehidupan dan diri kita. Kita akan menjadi pribadi yang lebih percaya diri, more talkative, respect the others.
Satu pelajaran yang bisa diambil dalam kehidupan pasti ada orang yang suka dan tidak suka, semua tergantung bagaimana diri kita menyikapinya. Abaikan semua komentar negatif, ambil sisi positifnya dan jadikan pembelajaran agar kita menjadi manusia yang baik kedepannya.
CYBERBULLYING… SIAPA TAKUT ?!
#TantanganGurusiana Hari ke-20
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa, tulisannya Bu Nur Handayani
Maturtengkyu bu guru cantik..
samasama, Bu Nur Handayani
Keren
Hihi.. Maturnuhun teh..
Hehe.. Ayo nulis lagi.. Njenengan sudah menerbitkan berapa buku ?
Sip Bu... Mantap
Alhamdulillah bu.. Masuk hari ke 20.
MANTAP..
Terimakasih Pak..
Mantul