Nur Handayani

Guru BK SMA Negeri 9 Yogyakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web
JALAN PANJANG

JALAN PANJANG

Malam datang menjelang. Satu hari yang indah berlalu lagi. Semburat merah di kaki cakrawala sempurna digantikan gelap. Langit mendung. Gumpalan awan hitam menutupi gemintang dan purnama. Pertanda akan turun hujan. Burung layang-layang yang ramai terbang di atas kota tadi sore sudah memberitahukan kabar itu.

Sejak pukul dua tadi malam, di sepertiga waktu terbaik yang dijanjikan. Ratri menghabiskan sisa malam dengan bersimpuh menangis di atas sepotong sajadah. Membuat basah ujung-ujung mukenanya. Berharap Tuhan berbaik hati memberikan jalan-keluar baginya, ketenangan kalbunya.

Ditengah-tengah rapat di kantornya, handphone Ratri berbunyi kencang. Terasa berat suara Kunto mengabarkan pada istrinya, kalau dinyatakan reaktif dari hasil PCR (Polymerase Chain Reaction) atau swab mandirinya. Padahal suaminya terlihat sehat-sehat saja dan sudah tiga kali menjalani rapid test mandiri dengan hasil non reaktif. Mata Ratri pun berkunang-kunang seakan tak percaya saat Kunto menelponnya. Akhirnya Covid-19 pun menghampiri keluarganya.

Semua karena Kunto pun harus kembali bekerja di ibukota, saat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang diterapkan Pemda DKI Jakarta di cabut. Sebagai dokter hewan, dia harus menghandel perusahaan multinasional itu agar tidak terpuruk di tengah pandemi Covid-19. Persyaratan untuk bisa mendapat tiket pesawat di kotanya, mewajibkan calon penumpang menunjukkan hasil PCR yang non reaktif.

Bersama anaknya Ratri harus melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Sudah dua hari ini tubuhnya merasa tidak nyaman. Sebenarnya Ratri tahu semua baik-baik saja, tapi perasaan yang semakin sesak, membuat fisiknya tidak nyaman. Sedikit demam, sedikit pusing, sedikit perih tenggorokannya, dan badannya terasa lemas. Kondisi ini dirasakan sejak suaminya masuk rumah sakit, untuk menjalani isolasi. Ratri sadar harus menjaga kesetabilan emosinya, agar imun tubuhnya juga tetap bagus.

Perjalanan panjang menuju rumah sakit telah membuat dada Ratri semakin sesak. Sambil menyetir, dzikrullah lirih terdengar dari mulutnya atau murottal dari sound mobilnya. Kenyataan bahwa Kunto dirawat di rumah sakit yang berjarak 30 Km dari rumahnya. Padahal 10 Km dari rumahnya ada rumah sakit yang menjadi rumah sakit pusat penanganan Covid-19 di propinsi itu. Jarak yang cukup jauh menyulitkan Ratri menengok Kunto setiap harinya. Dibutuhkan waktu hampir satu jam agar Ratri bisa bertemu lelaki yang telah memberinya tiga gadis kecil. Walau hanya melambaikan tangan dan saling menatap, terpenting Kunto bisa menikmati masakan istrinya. Masakan rumah sakit bagi lidah Kunto yang sehat tidak membuat selera makannya naik. Berharap dengan menyantap yang disukainya akan menaikkan imun tubuhnya.

Ratri mengehela nafas, berusaha untuk memaafkan Kunto yang memutuskan dirawat di rumah sakit itu. Riuh gemuruh rasa memenuhi rongga-rongganya. Ketika secuil laku membeku. Gurau senda lesap terbawa ego. Seakan menjadi saksi luapan terpendam. Rasa cemburu yang membuncah pada suaminya yang memilih untuk dirawat mantan kekasihnya di sekolah menengah. Seorang dokter yang bertugas di rumah sakit itu. Mereka berkomunikasi di grup WA almamaternya. Ratri harus ikhlas dan pasrah atas ketentuanNya. Selama WFH Ratri sibuk dengan dunia barunya, sehingga keasyikan Kunto berteman di dunia maya dengan teman-temanya di sekolah menengah, luput dari perhatiannya.

Ratri mencoba mendekatkan pada Robbnya dan melakukan terapi Tapping yang sudah lama ditinggalkannya. Mengetuk-ketuk titik-titik meredian tubuh sambil mengucapkan, "Saya menerima dengan ikhlas dan pasrah". Dilakukan Ratri dengan tekun menunggu kepulangan Kunto setelah 3 kali tes PCR nya dinyatakkan non reaktif.

Kepulangan Kunto ke rumah membuat Ratri berjanji untuk selalu menemaninya. Pada sang bayu, semilirkan kesejukan. Di antara dedaunan dan bunga yang berseri indah menyambutnya.

Cerpen/fiksi (Kelas Menulis Cerpen 1)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang keren, dengan diksi yang indah dan menggugah. Semoga kuncup tulis segera bermekaran. Salam sukses Bunda, Sudah saya follow, terimaksih kunjungannya ke blog saya pagi ini. Salam kenal ibuku....

22 Sep
Balas

Kereeen cerpennya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi

14 Sep
Balas

Maturnuwun pak Dede. Salam balik literasi.

17 Sep

Cerpen yang keren Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

15 Sep
Balas

Syukron bunda. Barokallah juga utk bunda Ropiah.

17 Sep

Mantap, cerita yang hebat. Sukses selalu.

15 Sep
Balas

Maturnuwun pak Jufri, sukses balik utk panjenengan.

17 Sep

Mantap Bu cerpennya

14 Sep
Balas

Maturtengkyu ya bunda Erni. Salam literasi.

17 Sep

Keren say.. salam Literasi

14 Sep
Balas

Bunda Hasnaa... maturnuwun nggih.. salam balik literasi.

17 Sep

Cerpen keren. menawan dan indah untuk dibaca. salam.

25 Sep
Balas

Keren ceritanya Bu

12 Feb
Balas

keren..kisah Ratri yang ditata dengan kalimat yang runtut..apik bu

23 Sep
Balas

Aduh, Ratri juga harus diisolasih selama 14 hari....mantap kisahnya

01 Oct
Balas

Kereenn

14 Sep
Balas

Terimakasih bunda cantik, sudah menyempatkan mampir.

17 Sep

Keren tulisan Bunda, salam literasi

14 Sep
Balas

Cerpennya keren bun ...salam kenal ijin folllow bu

15 Sep
Balas

terimakasih bunda. Sudah sy follow balik nggih..

17 Sep

Cerpennya keren bun ...salam kenal ijin folllow bu

15 Sep
Balas

Inggih...Suwun bunda.

17 Sep

Cerpennya keren bun ...salam kenal ijin folllow bu

15 Sep
Balas

Indah sekali bu Handa...wah ternyata ya bakat terpendam..saat ada kesempatan muncul...tulip tulip itu pun bermekaran.

14 Sep
Balas

Syukron, Semoga istiqomah dlm menulis. Ini fiksi lho bu Nur ... hihihi...

17 Sep

Kersn cerpennya bunda..sukses selalu.salam literasi.Ijin follow ya bun..

22 Sep
Balas

cerpen yang keren bu Nur semoga sukses selalu, ijin follow dan follow back ya

06:31
Balas



search

New Post