Nur Handayani

Guru BK SMA Negeri 9 Yogyakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web

JOERAGAN KOELIT

#TantanganMenulisGurusiana Hari Ke-232

Tahun ’70-an pak Iskak Poespodiharjo menjalani masa pensiun sebagai PNS di Kementrian Keuangan DIY di Jl. Reksobayan, utara Gedung Agung Yogyakarta. Memasuki usia 56 tahun, pak Iskak masih memiliki tanggungan 9 anak yang masih harus dibiayai pendidikannya. Dua anaknya sudah menikah dan tinggal di Surabaya dan Banyuwangi.

Biaya kuliah di kota gudeg bagi enam anaknya tidaklah sedikit, ditambah tiga anaknya yang sekolah di pendidikan menengah dan sekolah dasar. Bersama dengan anak-anaknya yang sudah dewasa pak Iskak mencoba mempelajari usaha dagang kulit. Bukan kulit rambak sapi yang enak di makan, tapi kulit sapi, kambing, dan domba yang diproses menjadi kerajinan tangan. Tas, sepatu, sandal, sabuk, dompet, gantungan kunci salah satu yang ingin dikembangkan keluarga pak Iskak.

Akhirnya dibagilah peran bagi gen Poespo yang beranggotakan 5 anak laki-laki, 6 anak perempuan, ayah dan ibu. Tomi yang bekerja di Banyuwangi dengan dibantu istrinya bersedia memasarkan produk kerajinan kulit di wilayah Jatim dan Bali. Sedang bagian desain dan produksi diserahkan pada Itang. Bagian pemasaran dikeroyok bareng-bareng oleh Munir, Zani, Heru, Atik, dan Emi. Pak Iskak sendiri menghandle keungan, maklum sebagai pensiunan Kementrian Keungan tidak jauh dari angka-angka.

Dimulailah gen Poespo memproduksi kerajinan kulit dengan modal uang pensiun dan pinjaman di sebuah kampung dekat Malioboro dan Kraton Yogyakarta, Kauman. Diambillah tukang pengrajin yang sudah sangat berpengalaman untuk memproduksi tas, sepatu, sandal, dompet, sabuk, gantungan kunci. Kebanyakan tukang pengrajin ini berasal dari desa-desa di Bantul, selatan kota Yogyakarta dan kampung Keparakan Yogyakarta.

Disela-sela kesibukan mengikuti perkuliahan dan sekolah menengah, anggota gen Poespo memasarkan kerajinan kulit dengan gigih. Kota-kota besar di Jawa dan beberapa kota di Sumatera, Bali, Kalimatan sudah menjadi pelanggan setianya.

Tanpa rasa malu dan tanpa malas anggota gen Poespo kompak mengembangkan kerajinan kulit sambal menyelesaikan Pendidikan mereka di kota pelajar. Bagaimana dengan tugas anggota gen Poespo yang masih kecil ? Ikut memasarkan produk kerajinan kulitnyakah ? Ternayat tugasnya bagian menyapu bengekl kerja kerajinan kulit gen Poespo. Perlu hati-hati dan waspada karena banyak paku untuk membuat sepatu dan sandal, serta cairan pewarna fdan lem latex yang baunya aduhai bikin mabok.

Satu persatu anggota gen Poespo berhasil meneyelesaikan pendidikannya di kampus yujiyem, eng ing eng, dan karangmalang. Sehingga saat pak Iskak Poespodiharjo wafat tahun 1987 estafet usaha yanag pernah membersarkan nama gen Poespo sebagai Juragan Kulit pun akhirnya tenggelam dikarenakan para pelaku usaha sudah bekerja di bidang masing-masing sesuai dengan gelar kesarjanaannya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post