#Pentigraf

#TantanganMenulisGurusiana Hari Ke-169

Sepeda tandem Poly*on dibeli yu Darti th 2019. Sepeda ini baru dipakai tiga kali. Karena kang Punto, suami yu Darti kalau pulang ke Jogja hanya Sabtu dan Minggu. Selebihnya makaryo di Bogor.

Kalau kang Punto mudik Jogja, hari Sabtu digunakan untuk tenis dengan teman-temannya. Kemudian hari Minggu digunakan untuk aktifitas lainnya. Sehingga sepeda tandemnya nganggur di gudang. Padahal naik sepeda tandem bikin tambah mesraah hubungan suami istri. Hal ini yang menjadi alasan yu Darti membeli sepeda tandem. Istri gak perlu takut tertinggal, selalu setia di belakang misua. Ngobrol sambil gowes gak perlu teriak. Aman karena tidak berjejer, dan lebih nyaman karena bisa mengawasi misua melirik apa saja.

Terpaksa yu Darti menjual sepeda tandemnya, karena sudah hampir satu tahun mangkrak di gudang. Saat ini waktu yang terbaik untuk menjual sepeda tandemnya. Kota Jogja telah berubah menjadi kota sepeda, karena sudah mulai diberlakukan new normal. Pagi, sore, atau malam jalanan kota Jogja selalu terlihat para ghoweser. Sambil membersihkan sepedanya yu Darti berkaca-kaca, tak terasa ada bulir-bulir hangat di pipinya. Sedih, karena tak kesampaian bisa bersepeda dengan misua tercinta. Tetiba gawainya berdering, terdengar suara kang Punto menyapa istrinya: “Kok kamu posting sepeda tandemnya di halaman depan? Sudah besuk Sabtu kita ghowes, jangan dijual tandemnya”. Yu Darti suka cita, diciuminya stang sepedanya seakan-akan mencium kang Punto.