Nurhasanah

Nurhasanah adalah seorang guru di SDN Grogolbeningsari, Kec. Petanahan. Kelahiran Kebumen, 20 Februari 1978. Masa kecil hingga SMA dihabiskan di Tembilahan, Ind...

Selengkapnya
Navigasi Web

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

Budaya Positif

Setelah mempelajari modul 1.1, 1.2, dan 1.3, tentunya saat ini kita sudah memahami bahwa sebagai seorang guru diibaratkan sebagai seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Guru akan memastikan bahwa ‘tanah’ tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Menurut Ki Hajar Dewantara : "Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan tadi dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya dan dapat kita teruskan pada anak cucu kita yang akan datang. "

Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga seorang guru perlu mengusahakan agar sekolah menjadi sebuah lingkungan yang menyenangkan, aman, nyaman untuk bertumbuh, serta dapat menjaga dan melindungi setiap murid dari hal-hal yang kurang bermanfaat, atau bahkan mengganggu perkembangan potensi murid. Dengan demikian, salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.

Dalam rangka menciptakan lingkungan positif, salah satu strategi yang perlu kita tinjau kembali adalah penerapan disiplin positif di sekolah kita. Apakah telah efektif, apakah masih perlu ditinjau kembali. Disiplin positif adalah disiplin yang kita tanamkan kepada murid berupa motivasi dari dalam dirinya sendiri berdasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal dalam melakukan semua aturan-aturan yang telah disepakatinya di sekolah. Tujuan akhir dari disiplin diri adalah agar siswa memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, dan bertanggungjawab terhadap pilihan mereka sendiri. " Dimanapun ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat self discipline' yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya tetapi kalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplinkan kita dan peraturan seperti itu harus ada di dalam suasana yang merdeka." Ki Hajar Dewantara.

Budaya seringkali mengakar pada diri manusia namun sebagai pendidik kita diharapkan untuk bisa merefleksikan dan memilah apakah budaya yang selama ini kita jalankan adalah budaya yang bersifat positif atau negatif. Sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dan budaya positif . Dalam dunia pendidikan budaya positif dapat membuat semua komponen sekolah baik guru, murid, tendik, dan orang tua dapat merasakan atmosfer positif yang membangun serta memperkuat karakter.

Menurut Ki Hajar Dewantara anak bukanlah tabula rasa. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan pendidikan adalah menuntun, memfasilitasi, membantu untuk menebalkan garis samar-samar tersebut agar dapat memperbaiki lakunya menjadi manusia yang lebih baik. Menebalkan garis yang masih samar-samar tersebut salah satunya dengan cara menanamkan budaya positif pada anak- anak. Budaya positif dengan menerapkan disiplin positif akan membuat murid berada dalam posisi yang lebih baik secara mental dan emosional untuk belajar.

Budaya positif yang dapat diterapkan di sekolah antara lain, berpakaian yang rapi dan sopan,rajin beribadah, memakai masker, senyum sapa salam , mengantri, meletakkan barang sesuai tempatnya, mengerjakan dan mengirim tugas tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, mengurangi sampah, membantu orang tua di rumah, menjaga kejujuran, menghormati, menghargai orang lain, dan datang tepat waktu. Pembiasaan baik ini akan berlangsung lama dan menyenangkan jika keteladanan ini termotivasi dalam diri sendiri dengan keyakinannya pada hal-hal kebaikan bukan karena untuk menghindari ketidaknyamanan seperti terkena sanksi jika dilanggar ataupun mengharapkan hadiah / pujian dari orang lain.

Budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan hidup , posisi kontrol guru, segitiga restitusi dengan dimulai dari disiplin diri. Disiplin membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan apa yang dia hargai namun dalam budaya kita makna kata disiplin telah berubah menjadi suatu yang dilakukan seseorang kepada orang lain untuk mendapat kepatuhannya. Kita sering kali memandang bahwa hukuman dapat membuat seorang anak menjadi disiplin padahal hukuman dan disiplin memiliki arti yang berbeda dan memberikan efek yang sangat berbeda dalam pembentukan diri murid.

Setelah saya mempelajari modul 1.4, saya seperti disadarkan akan kesalahan yang selama ini saya buat. Terkadang saya menghukum siswa hanya karena hal sepele seperti tidak membawa buku atau tidak membuat PR. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari fasilitator dalam ruang elaborasi dan diskusi, saya sadar jika hukuman itu sangat jelek efeknya bagi murid. Hukuman dapat mengakibatkan berbagai reaksi murid seperti diantaranya berbohong, tidak peduli sebagai bentuk penolakan terhadap hukuman maupun melanggar kembali sebagai bentuk perlawanan, murid menjadi merasa tersakiti, kurang percaya diri, rendah diri karena merasakan dipermalukan di depan teman-temannya. Efek kepatuhan akibat adanya hukuman tidak akan bertahan lama. Demikian pula halnya dengan pendisiplinan melalui penghargaan atau reward hal ini dapat membuat murid melakukan hal- hal baik tersebut bukan termotivasi dari dirinya sendiri melainkan motivasi dari luar yaitu berharap mendapatkan hadiah.

Sebagai calon guru penggerak yang selama pendidikan tetap menjalankan perannya di sekolah dan sekaligus menerapkan pengetahuannya yang didapat dari ruang pembelajaran maka diharapkan dapat pula menjalankan peran guru penggerak yaitu menularkan kepada rekan-rekan guru menjadi coach bagi guru lain, menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antara guru serta mewujudkan kepemimpinan murid dengan nilai-nilai guru penggerak yakni kolaboratif, reflektif, inovatif, mandiri dan berpihak pada murid.

Fokus dalam mengoreksi dan mendidik, mendorong tanggung jawab dan disiplin diri, saling menghormati, mengidentifikasikan alasan dan keyakinan di balik perilaku tersebut, komunikasi yang efektif pada pemecahan masalah, memberikan dorongan untuk proses perubahan dan peningkatan perilaku, serta jangan pernah merusak atau membahayakan martabat anak supaya mereka dapat membangun harga diri mereka masing-masing

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post