Nurhayati

Lahir di Desa Buniseuri kecamatan Cipaku Kab.Ciamis Sekolah SDN SUKAMAJU Cijoho MTsN Buniseuri SPGN Probolinggo IKIP PGRI UT PGSD Menulis untu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merajut Asa di Ujung Senja

Merajut Asa di Ujung Senja

Bismillahirrahmanirrahim,

#Hari ke-28

#cerpen

 

 

Merajut Asa di Ujung Senja (7)

 

 

Jumat sore, Kemal memacu motornya menuju ke Panti asuhan An-Nur. Ini adalah kunjungan pertamanya memberikan kajian agama Islam di panti itu. Atas saran dari bapaknya, dia bersedia dengan ikhlas membimbing anak-anak yatim dengan cuma-cuma. 

"Assalamu'alaikum. . . ", Kemal mengetuk pintu panti.

"Waalaikum salam .. . . . Oh silahkan Pak ustadz, eh Mas ", Sambut Bu panti ramah.  "Kemal saja Bun", Kemal tersenyum.  "Maap Bun apakah anak-anak sudah pakai masker?"

" Oh sudah, saya sudah selalu patuhi protokol kesehatan,  dan saya sudah bertahu anak-anak, mereka sudah menunggu" Bu Panti melangkah ke dalam diikuti Kemal. Benar saja melihat kedatangan Kemal, anak-anak berebut menyalaminya. Kemal pun menyambutnya dengan ramah. Mata Kemal menatap sekeliling, dia seperti mencari-cari sesuatu. Tapi dia tak menemukannya. Hatiny kecewa. Dan acara kajian sore itu diikuti sekitar dua puluh empat anak. Dalam sesi tanya jawab, dengan sabar Kemal melayani semua pertanyaan mereka sampai mereka puas.

 

 

 

Ketika hendak pulang Kemal tak kuasa lagi menahan perasaan, dia memberanikan diri bertanya pada Ibu Panti, "Maap Bun, boleh saya bertanya?", Kemal ragu-ragu. "Ada apa, Nak, Apa ada masalah?"

"Ee tidak Bun, itu... apakah wanita berniqab yang pernah saya lihat kemarin itu bernama May?" Bu Panti sedikit kaget, "Oh Nak Kemal sudah mengenalnya? Iya hanya itu nama yang dikenakannya kepada Bunda, dia datang beberapa bulan lalu. Sampai saat ini kami tidak pernah melihatnya membuka niqabnya. Setiap ada kesempatan dia selalu mengulang bacaan Alqurannya, dan  gelang tasbih tak pernah lepas dari tangannya". Jelas Bu Panti. 

" Bun, bolehkah saya bertemu dengannya?" Kemal ragu-ragu. Bu Panti terdiam, " Saya gak janji ya, Insya Allah akan saya sampaikan padanya tapi tidak sekarang ya" ujar Bu Panti. 

" Baiklah Bun, terimakasih sebelumnya". Kemal senang mendengar janji Bu Panti. Setelah itu Kemal minta diri.  Dan Bu Panti pun melangkah masuk sambil memutar otak mencari cara untuk membujuk May agar mau menemui Kemal. 

 

 

 

 

Semakin malam suasana panti kian sunyi, satu persatu anak-anak mulai lelap. Hanya satu dua anak yang masih terjaga karena tugas sekolahnya belum selesai. Juga para juru masak yang sibuk membereskan perabotan bekas makan malam dan mempersiapkan untuk makan pagi. Tepat pukul sepuluh malam, suasana telah benar-benar senyap. Hanya terdengar detak jarum jam di ruang tengah, dan nyanyian satwa malam. Seperti biasa Bu Panti berkeliling memeriksa kamar tidur anak-anak asuhnya.  Ada lima kamar tidur besar dengan enam tempat tidur. Tiap kamar berisi enam anak kecil yang dijaga seorang pengasuh.  Dengan lembut dibetulkannya selimut mereka. Terkadang memandangi wajah-wajah malang mereka atau mengelus kepala mereka penuh kasih, bak seorang ibu kandung yang selalu mendoakan mereka. 

 

 

 

 

Di kamar terakhir matanya menyapu seisi ruangan tidur itu, tak dilihatnya May di sana. Bergegas dia keluar kamar, dilihatnya May sedang menunggunya . "Ayuh, ikut Bunda", Bu Panti melangkah ke kamarnya diikuti May. " Bun, mengapa harus di sini?", Tanya May tak mengerti. " Gak papa, biar tak mengganggu anak-anak tidur", ujar Bu Panti sambil menutup pintu kamarnya." Duduklah, Nak." Ujarnya. May tak membantah, dia duduk di sofa dekat meja kecil di kamar itu. Mereka pun duduk bersebelahan. Bu Panti memegang tangan May yang masih memegang tasbih. " May, apa kau senang tinggal di sini?", Seketika May tersentak mendengar pertanyaan Bu Panti. Dia langsung bersimpuh di depan Bu Panti, "Bunda, May mohon jangan usir May, May tak punya siapa-siapa, May rela melakukan apapun asalkan diijinkan tinggal di sini selamanya Bun". Bu Panti tak kalah terkejutnya mendengar perkataan May. "Eh, siapa yang mau ngusir kamu, sinih", Bu Panti memegang kedua bahu May mendudukkannya kembali di sofa. 

" Nak dengarkan perkataan Bunda, jangan potong ya", May mengangguk. Bu Panti menghela nafas panjang.

" May kenal ustadz Kemal? Dia tadi menanyakanmu, katanya dia ingin bicara denganmu, apakah kamu bersedia, nak?", Ujar Bu Hamidah berhati-hati. Tiba-tiba May terisak. 

" Bun, apakah dia mau menagih hutang kepada May Bun?" Bu Panti mengernyitkan keningnya. "Memangnya May punya hutang apa?" Bu Panti penasaran. 

 

 

 

Untuk beberapa saat May terdiam, seolah sedang merangkai kata-kata yang tepat untuk disampaikannya kepada Bu Hamidah.  Tiba-tiba dia melepas niqabnya, kain hitam yang selalu menutupi wajah cantiknya. Bu Panti yang memperhatikannya sontak terkejut, 

" Ya Allah ,Ira...? Iraku yang cantik...Siti Humayrahku",  Bu Panti tak kuasa menahan perasaan, direngkuhnya tubuh May, dibelai dan diciuminya wajah May. Keduanya menangis haru bercampur bahagia. Lama sekali mereka berpelukan. Erat,  seakan tak ingin saling melepaskan. 

Kemudian dengan tersendat  dan sesekali terisak, May mulai menceritakan kisah perjalanan hidupnya yang malang. 

 

Bersambung

 

Wringinagung, 21 Juli 2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus ceritanya, Bu..

21 Jul
Balas



search

New Post