Nurhayati

Lahir di Desa Buniseuri kecamatan Cipaku Kab.Ciamis Sekolah SDN SUKAMAJU Cijoho MTsN Buniseuri SPGN Probolinggo IKIP PGRI UT PGSD Menulis untu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merajut Asa di Ujung Senja

Merajut Asa di Ujung Senja

Bismillahirrahmanirrahim,

#Hari ke-34

#cerpen

Merajut Asa di Ujung Senja (12 )

Hawa dingin malam terasa menusuk tulang. Suara binatang malam pun bersahutan mendirikan bulu roma. Membuat pelupuk mata seakan enggan untuk terbuka. Tapi semua itu tak menyurutkan tekad dan semangat bagi insan yang hatinya telah terpaut kepada Rabbnya. Yang jiwanya selalu yakin berada digenggamanNya. Yang selalu mengadukan segala permasalahan hidupnya hanya kepadaNya. Kepada Yang tidak pernah tidur, Yang menguasai seluruh jagat raya. Pak Harun dan seluruh anggota keluarganya beserta para pembantu telah terbiasa bangun pada sepertiga malam terakhir. Mereka penuhi waktu itu untuk berdzikir dan bermunajat kepada Allah. Mengadukan segala perkara. Tak terkecuali Kemal, dengan sangat khusyuk dan penuh pengharapan, diserahkannya segala urusannya di dunia ini. Kali ini dia memohon petunjuk agar diberikan jodoh sesuai yang diharapkan semua orang. Seorang istri yang shalihah, yang dapat menjadi pakaian dan perhiasan di dunia ini. Dan dapat menjadi ratu bidadari di surga kelak.

"Ya Rahman Ya Rahiim, Ya Mujibass saailiin, sungguh Engkau Maha Pengasih, Maha Penyayang Engkau Maha Mengabulkan Permohonan makhluk.... Doa-doa pun dipanjatkan lirih. Bulir-bulir bening mengalir menganak sungai. Jiwa yang pasrah, luruh seiring lantunan pinta kedua orang tuanya. Dan manakala semua hajat telah dicurahkan ketenangan batin pun akan dirasa. Tiada lagi rasa gundah, tiada lagi rasa gusar, tiada lagi rasa cemas. Tinggallah rasa pasrah, sabar berserah diri hanya kepada keputusan Yang Maha Adil. Begitulah ujung malam-malam orang-orang yang terpilih.

Di sebuah bilik di panti asuhan, di setiap ujung malam, bersimpuh May dengan penuh harap. Harapan akan ampunan Yang Maha Pengampun.

"Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, Engkau Maha Pemurah, ampunilah segala khilaf dan dosa hamba. Hamba pasrah, hamba ikhlas dengan ketentuan ini ya Rabb..." Derai air mata tak kuasa lagi ditahannya. Lantunan kalimat-kalimat thayyibah terus diucapkan disertai tangis penyesalan. Ketika adzan subuh berkumandang, May bangkit untuk salat qabliyah. Dengan mengenakan mukena dia beranjak menuju mushalla yang ada di panti itu. Beberapa anak panti yang sudah baligh juga Bu Panti bersiap melaksanakan salat subuh berjamaah yang diimami oleh Pak Mahmud, sopir sekaligus penjaga di panti itu. Hidmat, shalat subuh saat itu kemudian diikuti tadarus Alquran. Di salah satu sudut musholla itu May masih bersimpuh dalam doanya. Dia meraih Al-Qur'an yang ada di rak sebelahnya. Membacanya sampai pagi menjelang.

Ketika pagi menyapa, anak-anak panti mulai sibuk dengan aktivitas rutin mereka. Membantu beres-beres tempat tidurnya, mencuci baju dan menyapu halaman dan ruang di panti itu. Ada juga yang membantu mengurus saudara mereka yang masih kecil. Tangan-tangan mereka begitu cekatan mengerjakan semuanya, bahu membahu dan saling membantu. Sementara Bu Panti seperti biasa berkeliling memeriksa semua lini. Dari dapur, ruang tidur, ruang belajar sampai halaman depan, samping dan belakang. Memberikan arahan-arahan kepada anak-anak asuhnya sambil sesekali membelai kepala mereka yang berpapasan. Senyum ceria tersungging dari bibirnya yang mulai keriput selalu mampu meneduhkan anak-anak yatim di panti itu. Mereka sangat menghormati dan menyayanginya. Mereka menganggap dia sebagai malaikat penolong hidup mereka. Sehingga terkadang ada yang tidak bersedia diadopsi oleh sebuah keluarga. Begitu pula May, dia merasa Bu Panti adalah ibu kandungnya. Yang telah menolong hidupnya sejak kecil. Beberapa saat kemudian, anak-anak yang akan belajar daring mulai bersiap. Beberapa laptop diperoleh dari para dermawan yang telah menjadi donatur.

Siang itu dengan diantar Pak Mahmud, Bu Panti mengajak May menemaninya belanja bulanan. Di dalam mobil Bu Panti bertanya, " Gimana May, Ustadz Kemal beberapa kali menelpon Bunda, menunggu jawabanmu"

"Gak tahulah Bun, saya ragu..."

"Nak, dengar Bunda yah, Ustadz Kemal itu bukan orang sembarangan dia aja lulusan Al-Azhar, pasti ilmu agamanya mumpuni".

"Tapi mengapa dia mau nikahin May, bukankah banyak gadis baik-baik yang lebih pantas untuknya, bukan perempuan kotor ..."

"Sssstt, sudaaah... jangan lanjutkan" Bu Panti memeluk May ketika melihat mata dibalik niqab itu mulai berkaca-kaca.

"Tapi bagaimana Bunda mau jawab kalau tiba-tiba Ustadz Kemal datang atau menelpon lagi??"

May hanya diam membisu.

"Gini sayang, mau dengar usulan Bunda?" May hanya mengangguk.

"Kamu ta'aruf saja dulu, mohonlah pertolongan Allah, istikharah... Bunda bantu doa yah?" Setelah terdiam sejenak, May kembali mengangguk pasrah.

"Eee... jangan sedih lagi yah serahkan semuanya kepada Allah, Insya Allah yang terbaik akan didapat". Bu Panti membelai wajah May yang tertutup niqab. "Baiklah Bunda, May akan turuti semua saran Bunda" Bu Hamidah tersenyum lega.

"Bunda siap jadi Mak comblang.." ujar Bu Panti mantap.

Bersambung

Wringinagung,28Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Bu ceritanya, sukses selalu.

28 Jul
Balas



search

New Post