Nurhayati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Artikel

MENUMBUHKAN GENERASI CERDAS DAN BERKARAKTER

MELALUI TRILOGI DAN TRIPUSAT PENDIDIKAN

OLEH: Dra. NURHAYATI, M.Pd.

PENGAWAS DIKNAS KABUPATEN MUSI RAWAS DAN DOSEN DI STKIP PGRI DAN UNMURA

ABSTRAK

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu proses pembelajaran harus dapat melahirkan peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Menumbuhkan generasi cerdas dan berkarakter merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai pendukung pendidikan yang disebut sebagai tripusat pendidikan dan guru memiliki idealisme menjadi seorang pendidik. Guru dituntut untuk kembali seperti yang di ajarkan Ki Hajar Dewantara, yakni seorang guru yang ing ngarso sung tulado, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani yang dikenal dengan istilah trilogi pendidikan.

Kata Kunci: Generasi, Tripusat, Trilogi

A. PENDAHULUAN

Pendidikan berfungsi mengembangkan potensi dan akhlak peserta didik melalui proses pembelajaran. Pasal 1 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 , menguraikan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu proses pembelajaran harus dapat melahirkan peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Lingkungan pendidikan yang ada dalam keluarga, sekolah dan masyarakat juga harus mendukung pembentukan generasi cerdas dan berkarakter.

Untuk mewujudkan amanat undang-undang tersebut, dalam acara peringatan hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2015 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan tema “ Pendidikan sebagai Gerakan pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila”, dengan kunci tema “ Gerakan”. Pendidikan dipandang sebagai ikhtiar kolektif dalam menyelesaikan problematika degradasi karakter kebangsaan dan mengembalikan kesadaran tentang pentingnya karakter Pancasila. Persoalan karakter generasi kini menjadi permasalahan besar dalam masyarakat. Berbagai permasalahn tersebut diulas dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar wicara di beberapa media elektronik. Hampir tiap hari kita menyaksikan berita di televisi, melalui internet dan media koran tentang kekerasan dan pelecehan seksual terjadi di lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah bahkan di lingkungan keluarga, peristiwa tawuranpun tidak hanya terjadi antar pelajar juga terjadi antar warga. Berbagai strategi dilaksanakan untuk membentuk karakter anak bangsa melalui pendekatan agama dan pendidikan. Salah satu upaya pemerintah melaksanakan pendidikan karakter dalam pendidikan formal adalah dengan mewajibkan guru menyertakan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.

Esensi pendidikan adalah membangun manusia seutuhnya yaitu manusia yang baik dan berkarakter. Pendidikan terwujud melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran terjadi tidak hanya sekedar pada tahap transfer pengetahuan (knowledge), melainkan juga pada tahap transfer ketrampilan (skill) hingga pada tahap transfer nilai-nila (value) yaitu nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai spiritual keagamaan. Tahap inilah yang pada akhirnya mengarah kepada pembentukan karakter (character). Proses pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter dapat diimplimentasikan melalui lingkungan pendidikan yang baik dan melaksanakan ajaran pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu “Trilogi Pendidikan” dengan semboyan “ing ngarso sung tulada, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Pertumbuhan dan perkembangan anak selalu akan menerima pengaruh dari 3 lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan. Peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap penumbuhan generasi cerdas dan berkarakter tercapai bila ada keserasian kontribusi dan kerja sama yang erat dan harmonis antar tripusat pendidikan tersebut. Dengan demikian untuk mewujudkan amanat yang tertulis dalam Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 dibutuhkan komitmen pendidik mengimplimentasikan trilogi pendidikan dan komitmen kontribusi antar tripusat pendidikan. Dalam artikel ini, penulis merumusan masalah “Bagaimana menumbuhkan generasi cerdas dan berkarakter melalui trilogi dan tripusat pendidikan ?”.

B. PEMBAHASAN

1. Generasi Cerdas

Generasi artinya keturunan, sedangkan cerdas dalam kamus Bahasa Indonesia artinya sempurna perkembangan akal budinya, tajam pikiran dan pandai.Generasi cerdas adalah generasi yang mempunyai pengetahua luas, potensi diri yang tinggi, mempunyai keahlian dan ketrampilan serta sempurna akal budinya. Generasi merupakan aset bangsa yang sangat berharga, karena maju mundurnya suatu bangsa sangat bergantung pada generasi yang akan melanjutkannya. Tujuan pembangunan nasional dapat tercapai bila didukung oleh seluruh komponen bangsa, termasuk generasi muda. Pemuda mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan generasi yang cerdas agar mampu meningkatkan daya saing bangsa.

Namun ada dua faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan generasi cerdas dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersumber pada diri peserta didik sendiri, yaitu kemauan dan kemampuan untuk mengembangan dirinya. Sedangkan faktor eksternal adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Selain lembaga pendidikan yang bertugas untuk mencerdaskan bangsa, orang tua juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan generasi cerdas. Hal yang perlu dilakukan sebagai orang tua untuk mewujudkan anaknya menjadi cerdas adalah membangun harga diri, kepercayaan dan kemandirian anak.

1. Karakter

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Sedangkan kata karakter berasal dari bahasa Yunani”karasso” yang berarti “to mark”, yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berprilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia

Nilai tentang karakter meliputi; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan , cinta tanah air, menghargai, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Butir-butir nilai karakter dikelompokkan menjadi 4 nilai utama, yaitu; 1) nilai-nilai prilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, 2) diri sendiri, 3) sesama manusia, 4) lingkungan dan kebangsaan.

Nilai-nilai utama yang dimaksud adalah; 1) Nilai karakter dalam hubungan dengan Tuhan yaitu religius, pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran keagamaan; 2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (personal), yaitu jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu; 3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, yaitu sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial. Menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratis; 4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, yaitu peduli sosial dan lingkungan, nilai kebangsaan, nasionalis, menghargai keberagaman. Semua nilai karakter ini di tanamkan ke peserta didik melalui pendidikan, baik pendidik formal, informal maupun non formal.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran pada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter, semua komponen pendidikan harus dilibatkan, termasuk isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilain, pelaksanaan aktivitas pembelajaran dan etos kerja pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan demikian pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan pendidikan, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Pendidik membantu membentuk watak peserta didik, melalui keteladanan bagaimana perilaku pendidik, cara pendidik berbicara, bagaimana pendidik bertoleransi dan berbangsa. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membentuk pembentukan karakter secara optimal. Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai diantaranya metode keteladanan, pembiasaan, metode pujian dan hukuman.

Berkarakter Pancasila yaitu karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila, artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Karakter Ketuhanan Yang Maha Esa, tercermin sikap toleransi antar umat beragama, bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, tidak memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2) Karakter Kemanusiaan yang adil dan beradab, tercermin antara lain pengakuan atas persamaan derajad, hak dan kewajiban, saling mencintai, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, gemar melakukan kegiatan kemanusian, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

3) Karakter Persatuan dan kesatuan bangsa, tercermin sikap patriotik dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

4) Karakter Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, tercermin dalam prilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara, tidak memaksakan kehendak kepada orang laiin, mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, menegakkan nilai kebenaran dan keadilan.

5) Karakter Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, tercermin kedermawaan terhadap sesama, sikap hidup hemat, sederhana, kerja keras, menghargai hasil karya orang lain, dan menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia.

Untuk mewujudkan generasi cerdas dan berkarakter Pancasila, perlu implementasi nilai setiap aspek kelima sila Pancasila tersebut dalam kegiatan pendidikan di sekolah, dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.

2. Trilogi Pendidikan

Arti dari semboyan trilogi pendidikan adalah tut wuri handayani, artinya dari belakang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan; ing madyo mangun karsa, artinya di tengah atau diantara siswa guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan ing ngarso sung tulado, artinya di depan seorang pendidik harus memberikan teladan atau contoh tindakan yang baik.

Sudah waktunya guru-guru meninggalkan metode lama mengajar hanya sekedar melaksanakan tuntutan tugas dan mengejar target kurikulum, sehingga tidak memiliki idealisme menjadi seorang pendidik. Guru dituntut untuk kembali seperti yang di ajarkan Ki Hajar Dewantara, yakni seorang yang ing ngarso sung tulado, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Guru yang bukan hanya mengajar tapi juga mendidik. Aktualisme ajaran Ki Hajar Dewantara di era globalisasi ini untuk membangun karakter bangsa, sudah sangat mendesak diterapkan. Kalau itu dilakukan Indonesia akan bebas dari predikat negara yang terkorup, birokrasi terburuk, tindakan kekerasan, dan pelecehan seksual yang kesemuanya itu disebabkan lemahnya sistem pendidikan yang berkarakter budaya Indonesia. Perlu langkah bersama untuk mewujudkannya, sehingga Indonesia berubah menjadi bangsa yang berkarakter tinggi.

Tiga semboyan ini tak terpisahkan, tut wuri handayani pada hakikatnya bertolak dari wawasan tentang anak yang sama, yakni tidak ada unsur perintah, paksaan atau hukuman, tidak ada campur tangan yang dapat mengurangi kebebasan anak untuk berjalan mandiri dengan kekuatan sendiri. Dari sisi lain pendidik setiap saat siap memberikan uluran tangan apabila diperlukan oleh anak. Ing ngarso sung tulodo, didepan memberikan contoh maupun pertimbangan yang dibutuhkan anak. Ing madyo mangun karso , ditengah membangkitkan kehendak diterapkan dalam situasi kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi. Ketiga semboyan tersebut sebagai satu kesatuan menjadi asas penting dalam pendidikan di Indonesia.

3. Tripusat Pendidikan

1) Keluarga

Setiap anak sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari 3 lingkungan pendidikan yang utama yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan ketiganya disebut tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah membangun manusia seutuhnya. Pendidikan dalam keluarga memberikan kayakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.

Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang sempurna untuk melangsungkan pendidikan kea rah pembentukan pribadi yang utuh, bagi kanak-kanak juga remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, pengajar dan pemberi contoh.

Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena tugas pendidikan adalah mencari cara membantu orang tua dalam keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal. Keluarga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak seperti hidup sehat, menghargai kebenaran, tenggang rasa, menolong orang lain, hidup damai. Lingkungan keluarga selain sebagai tempat dasar penanaman dasar pendidikan watak/karakter pribadi juga pendidikan sosial.

2) Sekolah

Diantara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat, Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Untuk melaksanakan kebijakan nasional, salah satu alternatif yang dpat dilakukan sekolah adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan (training centre) manusia Indonesia di masa depan. Dengan kata lain, sekolah sebagai pusat pendidikan yaitu sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal IPTEK tapi tetap berpijak pada ciri keindonesiaan. Dengan demikian, pendidikan di sekolah seyogiannya secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan, dan pemilikan ketrampilan peserta didik.

3) Masyarakat

Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu; 1) masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan ( jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan; 2) Lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat baik langsung maupun tidak langsung ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif; 3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya, untuk meningkatkan kualitas dirinya.

Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakat. Salah faktor dalam lingkungan masyarakat yang makin penting peranannya adalah media massa. Pada umumnya media massa mempunyai 3 fungsi yaitu irformasi, edukasi dan rekreasi. Media massa dapat pula mempengaruhi perilaku manusia. Peranan media massa semakin menentukan di masa depan, karena kemajuan teknologi komunikasi, media massa dapat diterima langsung ke rumah, seperti radio,televisi dan internet.

C. SIMPULAN

Menumbuhkan generasi cerdas dan berkarakter merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai pendukung pendidikan yang disebut sebagai tripusat pendidikan dan guru memiliki idealisme menjadi seorang pendidik. Guru dituntut untuk kembali seperti yang di ajarkan Ki Hajar Dewantara, yakni seorang guru yang ing ngarso sung tulado, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani yang dikenal dengan istilah trilogi pendidikan. Fungsi dan peranan trilogi dan tripusat pendidikan, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan generasi yang cerdas dan berkarakter.

DAFTAR PUSTAKA

1. DEPDIKNAS. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta

2. Gunawan, Adi. 2003. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Kartika. Surabaya

3. Pandani. 2013. Pengertian Karakter. Pustakapandani.web.id/2013/03.html. on line

4. Sunarto. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Rineka Cipta. Jakarta

5. Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar pendidikan. PT.Reneka Cipta. Jakartayanto.

6. Budiyanto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga. Namdung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post