Nurhayati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Best Practices Pengawas Sekolah

SUPERVISI KLINIS TEKNIK GROW ME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

POBLEM BASE LEARNING DI SMK PERTANIAN NEGERI 2 TUGUMULYO

Oleh

Dra. NURHAYATI, M.Pd.

NIP 196706261994122001

ABSTRAK

Laporan Best Practices ini dilatarbelakangi oleh kemampuan guru SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning yang masih membutuhkan pembinaan. Masalah yang diungkap pada best practices ini adalah “Apakah Supervisi Klinis Teknik GROW ME dapat meningkatkan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo ?” Hasil analisis data observasi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo melalui supervisi klinis Teknik GROW ME. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil observasi penilaian guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum tindakan sebesar 68 dengan kriteria ketercapaian cukup meningkat menjadi 86 dengan kriteria ketercapaian baik, dan rata-rata nilai hasil observasi penilaian guru dalam pelaksanaan pembelajaran sebelum tindakan sebesar 56 dengan kriteria ketercapaian cukup meningkat menjadi 83 dengan kriteria ketercapaian baik

Kata Kunci : Kemampuan Guru, Supervisi Klinis, Teknik GROW ME

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Supervisi yang dilakukan oleh pengawas bertujuan untuk melakukan perbaikan situasi belajar mengajar dengan menggunakan ketrampilan mengajar yang tepat. Kegiatan supervisi seorang pengawas akan membantu guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, merancang lembar kerja siswa, menjelaskan model pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Melalui pelaksanaan supervisi oleh seorang pengawas, permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 pada proses pembelajaran dapat diatasi.

Hasil supervisi kunjungan kelas terhadap dua orang guru kejuruan di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo menunjukan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik masih rendah. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor yaitu belum mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses, menyusun lembar kerja siswa dan belum paham cara melaksanakan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Melalui wawancara terungkap ada keinginan guru memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran, namun masih bingung dalam memilih model pembelajaran yang tepat. Untuk membantu kesulitan yang dialami guru tersebut, penulis memilih supervisi klinis teknik GROW ME

Supervisi klinis dilakukan berdasarkan adanya keluhan atau masalah dari guru yang disampaikan kepada pengawas sekolah. Bentuk supervisi difokuskan pada peningkatan pembelajaran, melalui perencanaan pembelajaran, pengamatan proses pembelajaran, dan analisis dengan cermat tentang penampilan mengajar yang bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Sedangkan teknik GROW ME merupakan teknik pendampingan yang berorientasi pada pengembangan manusia yang di kembangkan oleh Ng Pak Tee (2005) dengan tahapan awal menentukan tujuan, realitas menilai dirinya sendiri, alternatif solusi, langkah selanjutnya monitoring, dan evaluasi dari tujuan yang ditetapkan.

Supervisi klinis teknik GROW ME , dilaksanakan atas dasar inisiatif dari para guru yang mempunyai masalah dan perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diperbaiki dengan menciptakan kebebasan setiap guru mengemukakan apa yang dialaminya. Kemudian melalui diskusi guru diberi kebebasan memilih solusi yang ditawarkan oleh pengawas sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru tersebut, dengan demikian seorang guru merasa dihargai pendapatnya dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan untuk meraih kesuksesan mencapai tujuan pebelajarannya.

Atas dasar tersebut di atas, maka penulis tertarik malakukan pembinaan dengan judul “Supervisi Klinis Teknik GROW ME untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran Problem Base Learning di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo”.

B. Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam pembinaan ini “Apakah Supervisi Klinis Teknik GROW ME dapat meningkatkan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo ?”

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan pembinaan ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo melalui supervisi klinis Teknik GROW ME.

D. Manfaat Best Practices

Best Practices ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang diharapkan dari Best Practices ini yaitu:

1) Pengawas Sekolah,

Meningkatkan kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi dan pembinaan agar guru-guru yang ada di wilayah binaan mampu menerapakan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik, khususnya model pembelajaran Problem Base Learning

2) Kepala Sekolah

Hasil Best Practices dapat dijadikan acuan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi upaya meningkatkan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik, sesuai Kurikulum 2013.

3) Guru

Guru-guru memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran dan menerapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

5) Sekolah

Sekolah akan memiliki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan standar proses .

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Guru dan Perencanaan Pembelajaran

1. Kemampuan Guru

Majid, A. (2008: 5-6) menjelaskan bahwa kemampuan merupakan seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu untuk melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah pengelolaan pembelajaran yang mencakup (1) penyusunan perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan proses pembelajaran; (3) penilaian prestasi belajara peserta didik; (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.

Atas dasar pendapat ahli di atas, maka guru harus memiliki kemahiran, ketepatan dan kebenaran tindakan dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi, maupun etika. Guru yang berkemampuan akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Guru tersebut bukan hanya harus pintar tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Keberhasilan guru mentransfer ilmunya tidak lepas dari kemampuan guru menyusun rencana pembelajaran. Semakin berkualitas guru menyusun rencana pembelajaran maka semakin efektif guru dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Proses pentransferan ilmu tersebut berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan kegiatan praktik baik di dalam ruang kelas maupun di luar kelas.

1. Perencanaan Pembelajaran

Sanjaya, (2010: 23-24) menjelaskan bahwa perencanaan berasal dari kata rencana yang berarti pengambilan suatu keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Perencanaan merupakan hasil proses berpikir yang mendalam; hasil dari proses pengkajian, penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi. Perencanaan adalah awal dari semua proses suatu pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional.

Pembelajaran adalah sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang berasal dari diri siswa (bakat, kemampuan dasar, gaya belajar) maupun dari luar siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Sanjaya, 2010: 26).

Atas dasar pendapa ahli di atas, maka rencana pelaksanaan pembelajaran mutlak harus disusun oleh guru karena memuat serangkaian tindakan sebagai hasil proses berpikir, pengkajian yang mendalam yang memiliki nilai efektivitas dan efisien, yang harus dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

B. Supervisi Klinis

1. Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi diartikan sebagai pengawasan utama, pengontrolan tertinggi. (Mulianto. Dkk., 2006: 181). Di dalam Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Sedangkan supervisi klinis diartikan sebagai supervisi yang dilakukan oleh supervisor yang atas dasar formal dan perofesionalnya melakukankegiatan supervisi terhadap petugas pelaksanaan di bawahnya yang mengalami masalah-masalah nonakademik, seperti faktor psikologis, kesulitan berkomunikasi, dan lain-lain yang sulit diatasi sendiri (Arikunto, 2002: 25). Sedangkan dalam buku Superdik Pengawas, dijelaskan bahwa supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan Pembelajaran dengan melalui siklus sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis merupakan proses bimbingan yang bertujuan meningkatkan profesionalitas guru, dengan penekanan pada penampilan mengajar, melalui prosedur yang sisematis yang dimulai dari pertemuan pendahuluan, observasi kelas, dan pertemuan balikan guna mendapatkan perubahan tingkah laku mengajar yang diharapkan. Dengan kata lain supervisi klinis yaitu pelaksanaan supervisi yang berpusat kepada penampilan guru mengajar.

2. Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan supervisi klinis adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan memfokuskan pada perbaikan penampilan guru mengajar di kelas secara lebih rinci dan spesifik.

Tujuan supervisi klinis menurut Acheson dan Gall adalah sebagai berikut:

a. Memberikan gambaran secara obyektif kepada guru mengenai penampilan mengajar yang nyata. Supervisi klinis dapat diibaratkan sebuah cermin bagi guru, sehingga mereka dapat melihat kondisi penampilan mengajarnya yang sebenarnya di depan kelas.

b. Mengdiagnosis dan memecahkan permasalah Pembelajaran. (Azhar, 2003:19).

Supervisi klinis menggunakan teknik pertemuan dan catatan observsi dalam membatu guru melihat ketidaksesuaian/penyimpangan dari yang seharusnya (penampilan mengajar ideal). Pada akhirnya guru diharapkan dapat melakukan diagnosis sendiri tentang ketidaksesuaian perilaku mengajarnya tanpa harus dibantu supervisor. Namun hal ini bukan berarti sudah tidak membutuhkan lagi supervisor. Pada saat dan aspek tertentu guru tetap memerlukan campur tangan supervisor.

3. Pelaksanaan Supervisi Klinis

Tahap-tahap pelaksanaan supervisi klinis dapat juga disebut dengan siklus, karena tahapan-tahapan ini merupakan proses yang berkelanjutan. Supervisi klinis dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu:

a. Pertemuan Pra Pengamatan

Pertemuan pra pengamatan adalah pertemuan yang dilakukan oleh supervisor dengan orang yang disupervisi sebagai kegiatan pendahuluan. Dalam pertemuan pra pengamatan ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Supervisi bersama dengan orang yang disupervisi, mulai membirakan rencana mengajar pada hari itu. Apa yang akan disajikan, bagaimana ia menyajikan bahan, sejauh mana siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar, bagaimana guru mengetahui proses dan hasil siswa dan seterusnya.

2) Ada kesepakatan antara supervisor dengan yang disupervisi untuk memusatkan perhatian/pengamatan pada salah satu komponen Pembelajaran, misalnya keterlibatan siswa dalam proses belajara mengajar.

3) Diadakan kesepakatan mengenai bagaimana sebaiknya supervisor merekam atau mencatat hasil pengamatannya.

4) Karena tujuan supervisi klinis adalah membantu seseorang yang disupervisi, maka supervisi klinis bersifat terbuka. Artinya orang yang akan disupervisi berhak untuk mengetahui apa saja yang akan diamati selama yang bersangkutan melaksanakan tugas mengajar di kelasnya.

b. Pelaksanaan Pengamatan

Dalam kegiatan supervisi klinis yang akan ditujukan kepada guru, ada tiga kemungkinan pemusatan perhatian, yaitu: guru, siswa, atau interaksi siswa. Kegiatan guru yang mendapat fokus pengamatan, antara lain ialah bagaimana memulai tugasnya. Adakah kegiatan apersepsi, memancing pengetahuan siswa yang akan dipergunakan untuk memahami bahan ajaran baru? Bagaimana guru memberikan respon terhadap siswanya? Adakah ia mendukung terjadinya proses belajar siswa, atau bahkan menimbulkan kecil hati siswa, membunuh inisiatif atau kreatifitas siswa dan seterusnya.

Dalam proses belajar mengajar akan tampak apakah guru yang mendominasi kelas atau siswa yang lebih aktif ?. Seberapa banyak teknik bertanya yang mendorong siswa berpikir, mencari jalan untuk menyelesaikan masalah.

Jika pusat perhatian pengamatan ditujuan terhadap siswa, maka supervisor dapat mencatat beberapa banyak siswa memberikan respon terhadap pertanyaan atau pertanyaan guru. Hal lain yang dapat diamati dari siswa ialah berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas belajar, seperti membaca, berdiskusi, mencatat, membuat soal dan sebagainya. Mungkin sekalin dapat diamati adanya seorang siswa di kelas yang lebih banyak tidak mengikuti pelajaran, tetapi melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, misalnya bercakap-cakap (ngobrol, bercanda), dan sebaginya. Selama pelajaran berlangsung, dalam kaitan ini apakah guru memperhatikannay atau ia asyik dengan siswa yang tekun dan rajin belajar dan tidak peduli terhadap yang lainya.

Selanjutanya pengamatan juga sangat penting dilakukan adalah pengamatan terhadap interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya selama pelajaran berlangsung. Interaksi tersebut ada yang tidak direncanakan dan ada yang direncanakan. Yang dimaksud dengan interaksi yang tidak direncanakan ialah bentuk reaksi siswa terhadap penjelasan guru atau tehadap respon seorang siswa yang lain sebagai tanggapan dari pertanyaan guru. Lain halnya kalau siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendiskusikan suatu topik. Kerja kelompok semacam ini memberikan kesempatan yang besar kepada siswa untuki berinteraksi, namun ada kalanya dapat diamati bahwa satu dua sisa tetap saja pasif dalam kelompok kerja tersebut. Dalam hal ini perlu diamati bagaimana sikap guru terhadap siswa yang demikian.

c. Pertemuan Pasca Pengamatan

Selesai pengamatan di ruang kelas, supervisor akan bertemu dengan guru yang sudah diamati. Pertemuan akhir ini sangat berguna bagi kedua belah pihak, baik guru maupun supervisor sendiri. Pada bagian awal telah disebutkan kesepakatan yang dicapai pada pertemuan pendahuluan (pra pengamatan) akan dijadikan titik tolah pembahasan antara supervisor dengan guru yang diamati tersebut. Pembicaraan akan berkisar pada hasil pengamatan yang terpusat pada komponen-komponen yang disetujui sebelumnya.

C. . Teknik GROW ME

Kata GROW ME: Goal, Reality, Option, What Next, Monitoring, dan Evaluation yang dikembangkan oleh Ng Pak Tee (2005) dalam buku supervisi akademik, di jelaskan; Goal (G), yaitu menyusun tujuan atau target yang diharapkan; Reality (R), yaitu menganalisis kondisi saat ini; Option (O), yaitu mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan tindakan untuk dapat meraih tujuan; What's Next atau Will (W), yaitu menentukan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan dan melakukan tindakan untuk meraih tujuan; Monitoring (M), yaitu mengecek atau mengamati tindakan-tindakan yang dilakukan dan kemajuannya; Evaluation (E), yaitu melakukan refleksi terhadap semua tindakan dan kinerja yang dihasilkan.

Adapun tahapan GROW ME yang dilakukan adalah seperti berikut.

1) Goal

Pada tahap penetapan tujuan, harus diketahui terlebih dahulu kemampuan awal partisipan. Sehubungan dengan hal itu, untuk melihat sampai di mana kemampuan awal para partisipan pada tahap ini dapat dilakukan dengan memberikan pretes. Pretes yang diberikan didasarkan pada keperluan yang dibutuhkan guru misalnya; berupa (1) pretes pengetahuan meliputi pengetahuan tentang kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dengan standar-standar nasional pendidikan; (2) pretes pembuatan produk berupa penyusunan silabus dan RPP dengan menggunakan format-format tertentu; (3) pretes kinerja mengajar yang dilakukan di sekolah.

2) Reality

Hasil dari pretest tersebut kemudian dianalisis bersama. Setiap aspek: pengetahuan, pembuatan produk, dan kinerja mengajar dianalisis dan ditemukan kelamahan masing-masing. Setiap peserta diberi kesempatan untuk mengomentari kinerjanya sendiri maupun kinerja rekannya, Semua keadaan awal tersebut dianalisis secara mendalam. Setiap partisipan harus menyadari di mana kelemahannya, apa yang menyebabkan kelemahan tersebut. Narasumber dapat membantu partisipan untuk melihat penyebab dari kelemahannya yang kemudian diberi penguatan oleh Narasumber.

3) Option

Pada tahap ini, kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil pretest, dijadikan acuan oleh partisipan untuk mempelajari tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, Setiap tindakan yang diusulkan harus diperhitungkan untung ruginya. Partisipan dapat meminta narasumber untuk memberikan materi penguatan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja partisipan .

4) What Next

Berdasarkan analisis atas hasil pretest, ditentukan tindakan yang akan diambil. Berdasarkan pembekalan yang diberikan oleh Narasumber partisipan diminta untuk membuat action plan yang akan dijadikan acuan dalam menyelesaikan masalah di sekolah masing-masing.

5) Monitoring

Setelah mendapat penguatan partisipan kemudian kembali ke sekolahnya masing-masing. Mereka melakukan apa yang telah disusun dalam perencanaan, kemudian dilaksanakan dengan dukungan bahan dan media yang sudah disiapkan. Partisipan menerapkan hasil pengetahuan dan keterampilan yang difasilitasi Narasumber

6) Evaluation

Tahap akhir dari GROW ME ialah evaluasi. Pada tahap evaluasi, partisipan harus menilai apakah dia telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memerhatikan kelemahannya sebelum pemberian tindakan.

III. METODE

A. Prosedur Pelaksanaan

1) Melakukan Supervisi Konvensional

Dalam tahapan ini pengawas melakukan supervisi konvensional dengan teknik kunjungan kelas terhadap 2 orang guru di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo. Tindak lanjut dari supervisi kedua guru perlu pembinaan dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya, dan diakhir pembinaan ada niat guru memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran.

2) Melakukan Supervisi Klinis Teknik GROW ME

a. Tahap Awal Pertemuan

Pada tahap ini pengawas menciptakan suasana kolegialitas, dengan menentukan tujuan melalui dialog sebagai berikut:

1. Goals (G) –Tujuan

Coachee (guru) menentukan sendiri tujuan pembelajaran dan indikator ketercapaian keberhasilan

Coach (pengawas) bertanya tentang tujuan, makna dan indikator keberhasilan

2. Reality (R) – Realitas

Coachee (guru) menilai dirinya sendiri, bagaimana kondisi sproses pembelajaran dan mengapa sukses belum tercapai optimal

Coach (pengawas) bertanya tentang kondisi pada proses pembelajaran dan upaya yang pernah dilakukan

b. Tahap Observasi Kelas

Pada tahap ini pengawas melakukan pengamatan guru mengajar dan mencatat semua peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran

3. Option (O)- Alternatif

Coachee (guru) bertanya kepada dirinya tentang solusi dengan menggunakan model pembelajaran

Coach (pengawas) meminta Coachee(guru) mengekplorasi alternatif dan menawarkan beberapa jenis model pembelajaran

4. What`s Next/Will- Langkah-langkah selanjutnya

Coachee (guru) mengungkapkan rencana alternatif menerapkan model pembelajaran Problem base Learning

Coach (pengawas) meminta Coachee(guru) memegang teguh pilihan rencana tindakan dan mengindentifikasi langkah, hambatan, dukungan, cara mengatasi, serta waktu yang diperlukan

Coach (pengawas) dan Coachee(guru) membuat komitmen tentang rencana tersebut dan mengamati menggunakan instrumen

5. Monitoring (M)

Coachee (guru) mengecek dan mengulang langkah-langkah model pembelajaran Problem base Learning

Coach (pengawas) bertanya tentang teknik penilaian dukungan yang dibutuhkan dalam menentukan skor dan nilai

Coach (pengawas) dan Coachee(guru) berbagi pengalaman tentang hasil pengamatan pada proses pembelajaran

Coach (pengawas) memberi umpan balik yang kreatif dan memotivasi tentag Problem base Learning

c. Tahap Pertemuan Balikan

Dengan suasana akrab pengawas bersama guru menganalisis hasil observasi dan membuat kesimpulan

6. Evaluasi (E)

Coachee (guru) mengevaluasi pencapaian tujuan menerapkan model Problem base Learning

Coach (pengawas) bertanya tentang hasil evaluasi pencapaian

Coach (pengawas) memberikan hasil evaluasi, bahwa langkah-langkah kegiatan model pembelajaran Problem base Learning, telah dilaksanakan dengan optimal.

Coachee(guru) merayakan kesuksesan dan Coach(pengawas) menyatakan dukungan atas usaha yang telah dilakukan Coachee(guru) menerapkan model pembelajaran Problem base Learning

B. Instrumen Observasi

Lembar instrumen observasi yang digunakan adalah instrumen observasi Kurikulum 2013. Lembar instrumen observasi terdiri dari instrumen observasi rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran. Instrumen ada di lampiran.

Untuk menentukan ketercapaian keberhasilan, Jihad (2009: 130) membuat formula sebagai berikut:

Jumlah skor yang diperoleh

Nilai = ------------------------------------ x 100

Jumlah skor maksimal

Selanjutnya nilai yang diperoleh dikonversikan dengan skala nilai ketercapaian. Jihad (2009: 131) menentukan kriteria keberhasilan , seperti pada Tabel 3. 1

Tabel 3. 1 Kriteria Pencapaian Keberhasilan

No

Rentang Nilai

Kriteria Penilaian

1

90 - 100

Sangat Baik

2

70 - 89

Baik

3

50 - 69

Cukup

4

30 - 49

Kurang

5

10 - 29

Sangat Kurang

Jihad (2009: 131)

Indikator keberhasilan seorang guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran di kelas bila telah mencapai kriteria keberhasilan Baik

C. Cara Pemecahan masalah

AJ.R.David, (dalam Sanjaya, 2010: 126) menjelaskan bahwa strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, strategi pemecahan masalah adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Strategi cara pemecahan masalah yang dilakukan dalam pembinaan dan pendampingan ini adalah Strategi Supervisi Akademik karena merupakan serangkaian kegiatan membantu pendidik mengembangkan kemampuannya dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan melaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Stategi cara pemecahan masalah dalam membimbing guru SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo dalam menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning, melalui supervisi klinis teknik GROW ME yaitu pengawas sebagai supervisor melakukan tindak lanjut sebagai berikut; 1) Pengawas memberikan penguatan berupa pujian kepada guru yang baru saja mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning dalam suasana yang akrab; 2) Pengawas bersama guru membicarakan kembali kontrak yang disepakati untuk diperbaiki yang solusinya dipilih oleh guru sendiri mulai dari penyusunan sesuai dengan standar proses dan penerapannya dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas; 3) Pengawas menunjukkan hasil observasi yang telah dilakukan berdasarkan format yang telah disepakati, kemudian berdiskusi tentang hasil observasi dan menanyakan kembali alternatif solusi apa yang dipilih untuk mengatasi kesulitan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning di kelas; 4) Bersama guru membuat guru mengevaluasi tentang pencapaian tujuan dan penyamaan persepsi pencapaian kriteria keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran Problem Base Learning; 5) Guru merayakan kesuksesan dan pengawas menyatakan dukungan atas usaha dan motivasi yang telah dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning dalam proses pembelajaran di kelas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Supervisi

1. Keadaan Awal

Hasil supervisi dengan teknik konvensional terhadap dua orang guru di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo, nilai ketercapaian keberhasilan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pelaksanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas diperoleh nilai seperti pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Supervisi Sebelum Tindakan

Nomor Guru

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

G 1

67

57

G 2

69

54

Rata-rata (Kriteria)

68 (cukup)

56 (cukup)

Dari tabel nilai 4.1 dapat ditampilkan dalam gambar grafik batang 4.1

Gambar 4.1 Hasil Observasi Sebelum Tindakan

Keadaan awal nilai hasil observasi sebelum diberikan tindakan Best Practices oleh pengawas sekolah diperoleh rata-rata nilai guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran mencapai kriteria pencapaian keberhasilan cukup. Nilai ini belum mencapai indikator kriteria keberhasilan guru yaitu baik.

2. Proses Pembinaan dengan Supervisi Klinis Teknik GROW ME

Tindak lanjut hasil kegiatan supervisi konvensional, ada keinginan guru untuk memperbaiki kelemahannya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Menyambut keinginan guru, maka pengawas sebagai supervisor melakukan pembinaan dengan supevisi teknik GROW ME dengan tujuan memberikan kebebasan guru menentukan alternatif solusi sendiri dalam memperbaiki kelemahannya pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajarannya.

Proses pembinaan dilakukan dengan sistem kolegial dan suasana diskusi yang akrab, sehingga guru berani mengemukakan pendapat dan memilih solusi yang ditawarkan oleh pengawas, sesuai dengan kemampuan guru dan karakteristik siswa. Strategi ini membuat guru merasa dihargai kemampuannya dan menghasilkan kedekatan emosional antara pengawas dan guru. Hal ini menciptakan bahwa seorang pengawas adalah tempat guru bertanya dan berdiskusi untuk mengatasi kesulitan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru di sekolah, sehingga menciptakan kondisi, bahwa seorang pengawas merupakan sosok yang dirindukan kehadirannya di sekolah.

3. Hasil Akhir Pembinaan Supervisi Klinis Teknik GROW ME

Hasil supervisi klinis teknik GROW ME terhadap dua orang guru di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo dengan menggunkan model pembelajaran model problem base learning, nilai ketercapaian keberhasilan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pelaksanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas diperoleh nilai seperti pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Supervisi Setelah Tindakan

Nomor Guru

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

G 1

85

80

G 2

87

86

Rata-rata

86 (baik)

83 (baik)

Hasil akhir nilai hasil observasi setelah diberikan tindakan Best Practices oleh pengawas sekolah diperoleh rata-rata nilai guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran menerapkan model pembelajaran problem base learning telah mencapai indikator kriteria pencapaian keberhasilan guru yaitu baik. Dari tabel nilai 4.2 dapat ditampilkan dalam gambar grafik batang 4.2

Gambar 4.2 Hasil Observasi Setelah Tindakan

B. Pembahasan

Setelah dilaksanakan pembinaan dengan supervisi klinis teknik GROW ME diperoleh nilai hasil observasi kedua guru mengalami peningkatan. Peningkatan nilai hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Supervisi Setelah Tindakan

Nomor Guru

Pra Tindakan

Setelah Tindakan

RPP

Pembelajaran

RPP

Pembelajaran

G 1

67

57

85

80

G 2

69

54

87

86

Rata-rata

68 (cukup)

56 (cukup)

86 (baik)

83 (baik)

Dari tabel nilai 4.3 dapat ditampilkan dalam gambar grafik batang 4.3

Gambar 4.3 Hasil Observasi Setelah Tindakan

Sesuai dengan tujuan diadakannya best practices dengan supervisi klinis teknik GROW ME yakni membantu guru mengatasi kesulitannya dalam menjalankan tugas sebagi guru, maka kegiatan ini memberikan dampak perubahan yang sangat positif terhadap peningkatan kemampuan guru-guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem base learning di kelas.

Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata nilai hasil observasi menggunakan lembar instrumen penilaian guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata nilai hasil observasi penilaian guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum tindakan sebesar 68 dengan kriteria ketercapaian cukup meningkat menjadi 86 dengan kriteria ketercapaian baik, dan rata-rata nilai hasil observasi penilaian guru dalam pelaksanaan pembelajaran sebelum tindakan sebesar 56 dengan kriteria ketercapaian cukup meningkat menjadi 83 dengan kriteria ketercapaian baik. Dengan demikan ada peningkatan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo melalui supervisi klinis Teknik GROW ME.

V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil observasi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Problem Base Learning di SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo melalui supervisi klinis Teknik GROW ME. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil observasi penilaian guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum tindakan sebesar 68 dengan kriteria ketercapaian cukup meningkat menjadi 86 dengan kriteria ketercapaian baik, dan rata-rata nilai hasil observasi penilaian guru dalam pelaksanaan pembelajaran sebelum tindakan sebesar 56 dengan kriteria ketercapaian cukup meningkat menjadi 83 dengan kriteria ketercapaian baik

B. Rekomendasi

Kegiatan best practices supervisi klinis teknik GROW ME efektif dalam upaya membantu guru mengembangkan kemampuan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang sesuai standar proses dengan pendekatan scientific Oleh karena itu, kegiatan ini dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam kegiatan peningkatan kemampuan profesionalitas guru, melalui kegiatanprogram supervisi oleh kepala sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta:

AV Publisher.

Jihad, Asep. ( 2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Press Indonesia.

Majid, A (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ng Pak Tee, Grow Me Coaching For Schools, Second Edition (Singapore: Pearson Prentice Hall, 2005), h.1.

PPTK Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan

dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. (2012). Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta:

Kemendikbud.

Ridwan, Achmad, Peer Coaching: Pemahaman Istilah dan Penerapannya. (Jakarta: Makalah dalam workshop microsoft, 2007).

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Prenada Media Group.

------------------ (2010). Strategi pembelajaran berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

------------------- (2012). Supervisi Akademik. Jakarta: Kemendikbud.

------------------- (2014). Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post