Nurhayati

Guru PAI SMPN 8 Banjar Belajar menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Mengabdi sebagai pendidik merupakan pekerjaan mulia. Khairunnaas anfa'uhum ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Rumah Surga 15

Hari ini ibu mulai lagi bangkit untuk menulis lagi di Gurusiana. Setelah ibu terjun bebas dari lantai 162. Sore tadi ibu Nampak chatting dengan sesama rekan di grup Majalah Literasi Indonesia. Salah satu topiknya adalah kedisiplinan para gurusianer dalam menulis. Konsisten tiap hari setor tulisan. Menabung di blog para guru. Sambung menyambung sampai tiba pada curhatan mereka. Yang mengawali curhat bunda Suriati yang terjun dari lantai 86, bangun lagi.

Yang lebih mengharukan Bunda Juni Damajanti. Bukan haru. Tapi Salut tepatnya. Beliau telah jatuh, bangun dan jatuh, bangun lagi, jatuh lagi hingga 4 kali. Bayangkan. Seperti apa njarem-nya tuh? Lha ibu saja yang jatuh sekali sudah kapok. Tapi yaw ajar.. hawong ibu jatuh dari ketinggian 162. Kasihan, kasihan..

Sambung Pemred Mas Eko. Yang telah remidi dua kali. Karena sakit dan alasan yang sama.. ke ti dur an.. Hawong memang benar sih. Kalau sudah tidur itu lupa segala-galanya. kadang pintu rumah belum dikunci, motor belum dimasukkan garasi, karena lelapnya tidur. Makanya kalau orang yang tertidur itu bisa dimaafkan, karena tergolong orang yang hilang akal sehatnya. Sewaktu tidur lho…, dan tidur juga menjadi salah satu sebab batalnya wudu. Itu kata ibu kalau ngajar di kelas VII.

Ada juga bunda Niar yang empat kali juga remidi. Ada juga bu Vera, rekan satu sekolah. Remidi dua kali. Merembet curhatan sore tadi dengan Pak Ali Mohammad yang juga terjun bebas dari ketinggian 82. Bangkit dan terjun lagi dari angka 17. Mancap kan?

Makanya sekarang ibu Nampak ogah-ogahan menulis di Gurusiana. Sepertinya frustasi. “Coba bayangkan,” katanya waktu itu. “tinggal 18 hari lagi menuju Piagam Platinum, tiba-tiba dengan nyamannya sudah berada di lantai dasar lagi. Nyesek Mol…” Kata ibu padaku. Aku manggut-manggut saja, biar ibu gak keterusan meratapi kisahnya. Kayak frustasinya Pak Menteri. Di sebuah berita online, ibu membaca judul itu. Menghadapi pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Mas Nadiem frustasi. Begitu judulnya. Wallahu alam. Hanya Mas Menteri yang merasakan. Para orangtua sejak awal pandemi sudah pada frustasi dengan system pembelajaran ini. Tapi mau apa lagi ya? Manusia wajib ikuti aturan protokol kesehatan.

Kalau aku mah enggak.. aku kan Cimol. Kekasihnya Cimeng..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisannya mantul bucan, penuh dengan semangat.....yuks jgn dibuat kendor semangatnya, salam literasi

18 Jul
Balas

Maaf bun baru buka lagi. Setelah jatuh kok rasanya bebas merdeka. Gada teman yg bikin semangat

05 Oct

Semangat maning bu, ibu sudah sukses menyemangati saya untuk gabung ke gurusiana.

08 Sep
Balas

Ya ayuh batiri mbakyu

05 Oct

semangat bucan, Keren bunda, salam sukes dan salam literasi

18 Jul
Balas

Harus semangat bun. Trims motivasinya

05 Oct

Semangat bun

18 Jul
Balas

Yap bun.. Semangat TNGP

21 Nov



search

New Post