Nurhidayah Ilyas

Merupakan putri kedua pasangan Almarhum Bapak H.M.Ilyas HM dan Almarhumah Ibu Hj.Arifah Arif. Saat ini bertugas di SMPN 2 Suppa Kabupaten Pinrang, Sulawesi Sela...

Selengkapnya
Navigasi Web
BAJU BARU DARI MAMA

BAJU BARU DARI MAMA

Aku menatap baju yang terlipat rapi di atas meja belajarku. Kuraih dan kubuka lipatan baju itu dengan hati – hati. Seketika aku tertegun, tak percaya. Bukankah ini kain yang kemarin dibeli mama di toko kain dekat pasar? Batinku. Baju baru buatan mama itu sungguh indah. Aku tak menyangka akan dibuatkan oleh mama baju baru menyambut lebaran yang tinggal seminggu lagi. Kombinasi kain merah bergaris vertikal hitam dengan kain polos berwarna putih sungguh cantik. Cocok sekali dengan suasana lebaran yang penuh kebahagiaan.

“Ma... Maaa...” Aku berteriak girang. Ingin rasanya kupeluk erat wanita yang telah melahirkanku itu. Pulang dari les sore hari, tetiba mendapat kejutan itu rasanya sungguh luar biasa. Dan kejutan itu adalah baju baru yang sangat kunantikan. Bukan apa – apa, tadi di sekolah kawan – kawanku sudah pada ramai bercerita tentang baju baru untuk lebaran, sementara aku hanya terdiam. Aku yang saat itu masih duduk di kelas 2 SMP sudah bisa memahami kondisi keuangan orang tuaku yang merupakan Pegawai Negeri Sipil yang hidupnya tidak semewah para pengusaha. Yaa, saat itu gaji PNS belumlah seperti saat sekarang ini.

“Jangan suka teriak – teriak. Apalagi sama orang tua. Nda sopan, Nak” Sahut mama sambil menatapku. Seolah heran, mengapa aku bisa segaduh itu hanya karena mendapatkan baju baru.

“Terima kasih bajunya, Ma. Cantik sekali... Kak Ira dan Mila juga dapat ‘kan, Ma?” Kembali aku bertanya. Tak peduli dengan teguran halus mama. Aku mematut baju itu di badanku, cocok sekali dengan warna kulitku yang hitam manis. Warna kulit yang sama dengan warna kulit mama. Jauh berbeda dengan kedua saudara perempuanku, yang mengikuti warna kulit bapak yang cerah.

“Iya, modelnya juga sama semua”. Mama menjawab sambil terus menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Sore ini mama membuat Nasu bale cakalang, olahan ikan khas dari Sulawesi Selatan. Seketika terbit seleraku melihat masakan mama. Namun karena waktu makan masih lama, aku berlari ke kamar menemui kakak dan adikku.

“Kak Ira, Mila... ayo kita pakai baju baru kita terus kita liatkan ke mama dan bapak”. Ajakku. Aku memang paling aktif diantara kakak dan adikku yang kelihatan lebih tenang.

“Sekalian habis mandi aja Nung baru kita pake. Kalau sekarang kau saja masih bau keringat”. Tegur Kak Ira, kakakku dan diiyakan oleh Mila, adik bungsuku. Keduanya lalu tertawa melihatku cengengesan di pintu kamar.

Selepas maghrib, dan selesai makan malam, kami berkumpul di ruang keluarga. Ramai sekali, oleh bapak dan mama kami memang dibiasakan bercerita tentang apa saja yang terjadi siang tadi. Aku yang memang paling cerewet di antara saudara – saudaraku itu mendominasi percakapan. Aku bercerita tentang teman – temanku di sekolah. Tidak peduli dengan tatapan bosan kakak dan adikku.

“Kau nda capek kah, Nung? Daritadi nda berhenti ngomong...” celetuk kak Ira, disambut tawa bapak, mama dan adikku. Aku nyengir, baru nyadar kalau sedari tadi aku memang tak pernah berhenti ngomong. Sungguh kehidupan keluarga yang sederhana namun penuh kebahagiaan.

Malam itu, kami bertiga mencoba baju baru hasil jahitan mama. Ada rasa bahagia di wajah kedua orang tua kami melihat ketiga putri mereka nampak sangat gembira. Baju baru yang modalnya tidak seberapa pun menjadi sangat mewah dan istimewa di mata kami karena rasa syukur yang tinggi.

“Bersyukurlah, Nak. Meskipun harganya tidak seberapa, tapi alhamdulillah tetap tidak kalah daripada baju di toko” Kata bapak sambil menatap wajah mama. Mama yang ditatap seperti itu kelihatan terharu, matanya berkaca – kaca.

“Terima kasih, Mama... Terima kasih, Bapak...” Kami memeluk keduanya bergantian. Kami sangat paham betapa kasih sayang bapak dan mama kepada kami anak – anaknya. Meski terkadang kami harus menahan keinginan kami untuk bisa seperti kawan – kawan kami yang lain, namun kami bahagia.

Baju baru itu kemudian menjadi baju kebanggaanku. Aku bahkan sering memberitahu mama untuk tidak perlu membelikan kami baju di toko. Jahitan mama adalah baju terbaik untuk kami, anak – anaknya.

#Tantangan Hari ke-46

#Tantangan Menulis 60 Hari

#Tantangan Gurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masya Allah senangnya mendapat baju baru. Barokallah bu

01 May
Balas

Terima kasih Bu...

02 May

Alhamdulillah baju baru dari bunda sungguh bermakna....

01 May
Balas

Terima kasih Bu...

02 May

Jadi ingat masih SMP juga.. Saat menjelang lebaran d beli baju.. Pokoknya di coba berulang2 sambil tiba lebaran hehe. Salm kenal Bun

02 May
Balas

Salam kenal bu... Salam Literasi

02 May

Alhamdulilah sdh dapat baju lebaran

01 May
Balas

Hehehe, kisah masa kecil Bu... Terima kasih banyak

02 May

Alhamdulillah buku yang cantik barakahAllah

02 May
Balas

Terima kasih banyak Bu ... Barakallah fik

02 May

Bagus mengispirasi

03 May
Balas

Terima kasih banyak pak

07 May



search

New Post