Tadarus Cinta
Part 2 ( Tagur 5)
Hanya dia dan seorang lelaki gelandangan yang duduk di loket itu. Entah kenapa ia tidak merasakan takut sama sekali. Satu jam kemudian sebuah transportasi angkutan singgah untuk membawa penumpang. Laila masuk ke dalam mobil yang menembus keheningan malam di bawah rintik hujan. Dersik angin membisikkan syair pilu kepada Laila. Berselimut dingin malam yang membungkam belum kutemukan ujung di kejauhan. Hatiku berpayung mendung terhujam luka mendalam bagaimana bisa tak kuhiraukan jika masih ada perasaan.Temaram cahaya telah membiaskan kepedihan tak terpendam.
Laila terkulai di sandaran kursi mobil yang ia tumpangi. Tiada siapa yang tahu apakah ia temukan bahagia di alam mimpi. Hanya sendu yang mengalun menemani tidurnya.
@@@
Keesokan paginya ada yang hilang dalam diri Rama. Rumah terasa sepi. Biasanya usai salat Subuh Laila sudah terlihat sibuk menyiapkan semua keperluan Rama. Berat hati Rama berangkat ke kantor, tetapi di rumah pun hatinya tidak tentram.
Tiba di parkiran kantor, pandangan Rama menangkap sosok perempuan yang tidak asing baginya. Meski sudah hampir sepuluh tahun terpisah, Rama masih mengenal perempuan itu.
“Maisya . . .tunggu!. ucap Rama mempercepat langkah mengejar sosok perempuan berjilbab biru itu.
“Masya Allah...Rama! Kamu Rama kan?” balas Maisya meyakinkan.
“Iya Sya...aku Rama. Udah lama ya kita tak berjumpa? Oh iya, ngapain kamu di sini?”
Tanya Rama heran.
“Oh..ini adalah hari pertama aku dipindahkan tugas ke kantor ini. Sebelumnya aku bertugas di Jakarta. Kamu ngapain di sini?” tanya Maisya.
“Oh...kebetulan sekali. Aku juga kerja di kantor ini. Selamat bergabung Maisya.” Rama terlihat senang berjumpa sahabat lamanya.
Tiada hari antara Rama dan Maisya selain dari diskusi dan berbagi pengalaman kerja. Hingga di siang itu Maisya tak sabar ingin mengetahui kejelasan tentang status Rama sekarang apakah ia telah beristri atau masih lajang. Seberkas harapan yang dulu terpendam memberinya jalan untuk bertanya langsung kepada Rama.
"Rama, kamu sudah menikah?" Maisya melontarkan pertanyaan yang telah ia simpan sejak pertama mereka berjumpa.
Sontak Rama kaget dengan todongan pertanyaan Maisya. Tiba-tiba raut mukanya berubah. Wajah Laila membayang di pelupuk matanya.
Maisya menyesal telah membuat suasana tidak nyaman karena pertanyaannya. Rama yang tadinya menjadi teman yang asik diajak cerita, seketika lebih memilih diam.
"Aku minta maaf ya kalau kamu tersinggung dengan pertanyaanku. Cuma ingin memastikan aja, kan nggak baik jika ternyata kamunya udah jadi suami orang." Rajuk Maisya dengan kesan manja, bibirnya sedikit dimonyongkan sambil mendelik ke arah Rama.
Rama tersenyum melihat tingkah Maisya.
"Kamu tu lucu ya. Masih juga seperti Maisya sepuluh tahun lalu. Iyaa..tebakanmu benar. Aku sudah menikah. " Ucapan Rama menghilangkan senyum harapan di wajah Maisya.
***
Sejak hari itu, Maisya menjauhi Rama. Ia khawatir kedekatannya dengan Rama akan menimbulkan fitnah. Segala harapan untuk Rama biarlah ia simpan dan cukup menjadi kenangan masa lalu. Ia yakin Allah akan memberikan jodoh yang terbaik di kemudian hari.
Rama menyadari perubahan sikap Maisya kepadanya. Bagaimanapun ia sudah berstatus sebagai seorang suami. Melihat usaha Maisya menjaga hatinya, Rama teringat dengan Laila. Sudah hampir satu bulan ia bahkan tidak mendengar suara istrinya. Tutur sapa istrinya yang penuh perhatian membuat hatinya semakin rindu. Ia harus menjemput Laila ke Medan.
Berangkatlah Rama naik pesawat. Tujuannya agar ia segera sampai dan meminta maaf kepada Laila. Tekadnya dalam hati ia akan membawa Laila ke Pekanbaru. Masalah Laila dan mamanya akan ia selesaikan kemudian.
Betapa terkejutnya Rama ketika sampai di kediaman Laila, ternyata wanita yang ia rindukan tidak pernah pulang ke Medan. Orang tua Laila ikut terkejut dan cemas. Mereka meminta pertanggung jawaban Rama untuk segera menemukan Laila. Seluruh teman-teman Laila yang di Medan telah ditelusuri, namun nihil. Tak satu pun mengetahui di mana keberadaan Laila.
Panik dan cemas mulai menghantui Rama. Dalam hati ia berdo’a semoga Allah masih memberikan kesempatan untuk menjadi suami yang baik.
“Coba pula kau telusuri teman-teman Laila yang di Pasir Pengaraian. Siapa tahu ia balik lagi ke sekolah tempat ia mengajar dulu.” Ucap ayah Laila.
“Baik, Yah. Hari ini juga aku berangkat ke Pasir.” Jawab Rama penuh harap.
Tiba di sekolah Laila, Rama pun bertanya kepada security. Hasilnya masih sama, Laila tak berada di sana. Musnah sudah harapan Rama. Ia meninggalkan gerbang sekolah dengan penuh penyesalan. Tidak tahu lagi ke mana ia akan mencari Laila. Panas terik matahari memaksa Rama untuk beristirahat. Ia memutuskan untuk beristirahat ke Mesjid Islamic Centre yang letaknya tidak jauh dari lokasi sekolah Laila. Kenangan bersama Laila kembali hadir di depan mata.
Mesjid yang terkenal dengan menara 99 merupakan tempat favorit Laila. Rama membersihkan dirinya dengan air wudhu sebelum memasuki Mesjid megah itu. Hampir setengah jam ia larut dalam sujud. Segala do’a dan harapan ia sandarkan kepada Allah. Keputusan Allah pasti yang terbaik untuk dirinya dan Laila.
Rama beranjak dari dalam Mesjid. Ia masih menimbang apa yang akan ia sampaikan kepada kedua orang tua Laila. Tiba di pelataran Mesjid, Rama melihat sosok perempuan bergamis biru sedang duduk sendiri sambil memberi makan burung merpati. Sepertinya Rama mengenal baju gamis yang dikenakan wanita itu. Perlahan ia mendekat.
“Laila...” Panggil Rama.
“Abang. Kok Abang tahu Laila di sini?” Jawab Laila seraya berdiri menghadap laki-laki yang sudah lama ia rindukan.
Rama langsung memeluk istrinya, mendekapnya dengan penuh kerinduan. Tak ingin lagi berpisah. Namun tiba-tiba Laila merasa mual dan berlari menuju toilet. Rama heran dan tersenyum.
Ibu Maimun bahagia mendengar kabar kehamilan Laila. Anak laki-lakinya akan segera menjadi ayah. Mereka berjanji akan terus belajar memperbaiki diri. Mencintai itu sebuah proses, perlu waktu untuk belajar agar saling memahami posisi. Baik itu sebagai istri, suami, maupun mertua. Mentadarus diri agar layak dicintai.
The end
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar