Puisi
-- Tercecer --
Logika tercecer dalam rakus hasrat bertopeng malaikat,
Adalah negeri, setiap hari dijejal bual
Idealisme kerontang diserang janji berbalut opini seksi
Akal menjadi brutal
Tendensius menjadi sakral
Rasa tercecer dalam empati yang tergerus,
Adalah negeri, setiap hari dijejal bual
Pembenaran menjadi kamuflase menyerbu serempak di rumah-rumah elektronik, mendoktrin isi kepala demi menjunjung idola yang sama, bagai dewa.
Benar
Salah
tentang kepentingan saja
Benar
Salah
Sering tertampar, berbirat
Acapkali berontak, tapi kuat terpasung.
Di sebuah negeri,
Penyebar hoax hura-hura mengibarkan huru-hara
Berpilin jarinya menghentak-hentakkan benci, wajib menembus aorta
Berkelit lidahnya mengunyah diksi, berkeras, agar lobus otak manusia lainnya percaya, Kebenaran miliknya saja.
Di sebuah negeri,
Peradaban
Kemanusiaan,
tercecer
Medan 290219
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ini, bahasa tingkat dewa, Bu Guru. Tak semua orang bisa. Mantafff jiwaa. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru Syantiiiqqqq.
masih terus berproses insyaAllah ibu syg.. segala punji hanya bagi Allah.. salam hormat dan salam rindu selalu bu..
Bagus .....saya mau coba juga buat puisi ah....
trmksh ibu sdh singgah.. ayukk bu qt buat..