Nurhusna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tak kusangka

TAK KUSANGKA, TERNYATA BAPAK ITU MENYANGKA....

By : Nana

Setelah aku tamat SD, Aku melanjutkan pendidikan ke sebuah Pesantren, seperti hal nya saudara-saudaraku, karena ini sudah jadi komitmen orangtua, bahwa semua anak-anaknya melanjutkan pendidikan ke pesantren. Kami pun tidak menolak dan tidak ada yang merasa terpaksa, karena semenjak kecil, kami sudah dibiasakan dengan suasana agamis dan religius. Ayahku seorang ulama yang cukup dikenal dan disegani saat itu, dalam keseharian kami memanggil dengan sebutan “ Buya ” , sedangkan ibuku yang kami panggil “Ummi” juga orang yang taat beragama. Sebenarnya latar belakang pendidikan mereka berasal dari sekolah umum. Tapi mereka sangat serius dan punya keinginan yang kuat untuk belajar, memahami, mendalami ilmu-ilmu dan kajian tentang agama serta berusaha mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dengan banyaknya buku-buku agama di rumah yang sudah dibaca dan dipelajarinya secara otodidak. Kelihatan juga dalam keseharian di berbagai aktifitasnya, serta cara dan pola didik yang mereka tanamkan kepada kami anak-anaknya. terutama untuk shalat lima waktu, selalu di awal waktu, dan berjamaah di mesjid. Memang terasa suasana kehidupan beragama menemani keseharian dan kehidupan kami. Alhamdulilah...

Pesantren ku ini khusus untuk puteri yaitu Pesantren Diniyyah Puteri Padang Panjang yang didirikan pada tahun 1923 oleh Bunda Rahmah Elyunusiyyah, seorang tokoh perempuan Minangkabau hebat dan luar biasa, seorang organisatoris ulung dengan pemikiran-pemikiran brilliannya, berani melakukan terobosan, mencetuskan ide dan gagasan untuk memperjuangkan nasib kaum perempuan dari keterpurukan dan keterpenggiran (Marginalisasi), Menjadi perempuan yang diakui dan dihargai eksistensi, dedikasinya dalam melakoni profesi apapun, cekatan, terampil dan mampu bersaing dalam melakukan berbagai aktifitas dan kreatifitas secara kompetitif. Sebuah cita-cita yang mulia tentunya. Dahsyat....

Perjuangannya menunjukkan hasil yang membanggakan dan tidak diragukan lagi, hal ini terbukti dengan begitu banyaknya alumni yang sukses dan memegang peranan penting, berkiprah di berbagai sektor kehidupan, baik di dalam maupun luar negeri. Lebih menarik lagi adalah menurut informasi dari teman ku mengatakan “Alumni Diniyyah Puteri Padang Panjang yang bernama Ibu Dra. Hj Halimah Syukur merupakan salah satu pendiri Pesantren Diniyah Puteri Lampung, di kampung halamannya sendiri yang didirikan tanggal 24 Februari 1974”. Demikian dikatakan Linda Asrul, salah satu alumni disana. Sekarang pesantren itu sudah memiliki siswi lebih dari seribu orang, hal ini menunjukkan bahwa pesantren Diniyah Puteri Lampung ini cukup diperhitungkan dan masih eksis sampai saat ini. Wow.. keren....

Pesantren ku ini berada di kota Padang Panjang, kota kecil tempat ku lahir dan dibesarkan disana. Kota yang dijuluki dengan kota hujan. Kota yang asri, sejuk dan dingiin di kelilingi oleh gunung Merapi dan Singgalang yang menjulang tinggi dan juga ada perbukitan yang indah dan berbunga, serta masih banyaknya kebun-kebun dan sawah-sawah terhampar luas. Membuat daerah ini semakin elegan, indah, menarik, menawan hati, mempunyai magnet, pesona dan daya tarik tersendiri untuk dinikmati dan dirasakan kesejukan dan keademan nya. Memberikan kenyaman dan kesegaran untuk ditinggali dan ditempati. Subhanallah

Selanjutnya, Pesantren ku ini memiliki bangunan gedung yang megah dan bagus, luas pekarangannya dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan asrama yang mampu menampung hampir ribuaan santri, yang tidak saja dari warga pribumi, namun juga datang dari berbagai daerah baik dari dalam maupun luar negeri, seperti Thailand, Malaysia, Singapura dan lain sebagainya. Pesantren ini ada untuk semua jenjang dan tingkatan pendidikan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Aku mulai masuk pesantren ini, pada tingkat SMP/MTs, namanya DMP (Diniyyah Menengah Pertama). Seperti halnya Pesantrren lain, Pesantren ini mempunyai kurikulum tersendiri, mayoritas mengampu mata pelajaran bidang keagamaan. Disitulah kelebihannya kalau belajar di pesantren, banyak mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama. Guru-guru nya pun tidak diragukan lagi kedalaman ilmu dan profesionalitas kerjanya. Sungguhpun demikian pesantren ini tetap menggunakan mata pelajaran umum sebagaimana halnya pelajaran yang ada di sekolah umum. Amazing....

Kisahku berawal disini, kejadiannya baru hitungan bulan aku masuk pesantren ini, aku belajar di kelas 1d DMP. Suatu pagi, Jam menunjukan 7.30 sebagai petanda pelajaran pertama pelajaran Bahasa Inggris akan segera dimulai. Kami sudah harus siap untuk menerima pelajaran selama dua jam mata pelajaran, dengan guru yang bernama pak Pidri susanto. Orangnya cool dan smart , kalau wajahnya jangan ditanyakan lagi guanteng bangets... Jadi, karena kami perempuan semuannya menjadi lebih bersemangat belajar dengan bapak itu. Hehehe....

Ketika bapak itu sudah masuk kelas, ketua kelas ku Yuli orang Palembang langsung menyiapkan, memberi aba-aba dan kami berdoa bersama sebelum belajar. Lalu kami diabsen, nama kami dipanggil satu persatu. Kemudian bapak itu menerangkan pelajaran dan kami mendengarkan dengan penuh perhatian, serius dan kosentrasi. Alhamdulillah rata-rata kami dapat memahami pelajaran yang dijelaskan bapak itu, karena bapak itu mampu menerangkan pelajaran dengan menggunakan kata-kata yang tepat dan bahasa yang jelas serta uraian yang detail dan sistematis.

Selang beberapa waktu, seperti biasanya kami disuruh membuat latihan ke papan tulis, sebelum membuat latihan dibuku latihan masing-masing. Hampir seluruhnya saling berebutan menunjuk tangan dan berharap ditunjuk untuk tampil ke depan mengisi jawaban dari pertanyaan yang telah dituliskan di papan tulis terlebih dahulu oleh bapak tersebut. Pada saat itu, entah kenapa, ketika bapak itu sudah siap menulis soal dan akan memilih, menunjuk salah satu diantara kami untuk tampil kedepan, secara spontan aku mengacungkan tangan dengan suara datar dan lirih, mengatakan “permisi pak”. Melihatku mengacungkan tangan dengan senyum manis tentunya, spontan bapak itu datang menghampiriku, sambil berkata “Aaaa yaaa Bagus....” sambil menyerahkan kapur tulis ke tanganku. Akan tetapi aku tidak menghiraukan respon dan kata-kata itu, karena dalam pikiranku, aku mengacungkan tangan bukan untuk tampil kedepan, malah mau ke toilet karena sudah kebelet. Alhasil bukannya mengambil kapur dan maju kedepan justru sebaliknya aku berbalik dan memutar badan kebelangkang, sambil meringis menuju pintu kelas,karena sudah dari tadinya menahan. Waduh......

Eits..., apa gerangan yang terjadi, seisi kelas sontak riuh tertawa ngakak terbahak-bahak karena saking geli dan lucunya menyaksikan tindakanku barusan. Aku yang merasa tidak kenapa-kenapa, dan tidak tahu apa-apa, kaget juga, dan rasa ingin tahu mendera, apa gerangan yang telah terjadi, ku langsung menoleh ke belakang melihat suasana kelas yang sudah riuh, ribut dan cekikan ketawanya. Sekilas kulihat pula bapak itu sedang terbengong-bengong dengan kapur yang masih menggantung ditangan sambil tersenyum melihat kearahku. Melihat keadaan ini aku baru tahu dan menyadari, ternyata suaraku tidak kedengaran oleh bapak itu, ketika aku minta permisi tadi, dan tidak kusangka ternyata bapak itu menyangka aku menunjuk tangan untuk membuat latihan di papan tulis. "Ternyata dirimu keliru dan salah menduga pak.." gumamku. Eeeeh rupa-rupanya sikap dan tindakanku, telah membuat guruku salah paham alias Miss communication, Oh my god... I am sorry mister

Ups.., Mukaku memerah, rasanya muka dan badan ini mau dibawa dan disembunyikan dimana, karena saking menahan malunya. Dalam keadaan karuan dan suasana tidak menentu, aku jadi tidak menghiraukan, karena sudah tidak tertahankan lagi. aku langsung berlalu, berlari keluar kelas sambil tertawa-tawa sendiri sampai ke toilet. Dalam hati kecil ku jadi berkata-kata dan bertanya-tanya, kenapa bisa ya... aku lakukan tindakan konyol ini, aku juga menyadari kesalahanku, bahwa tindakanku tidak tepat dan tidak bisa dibenarkan saat itu, tapi bagaimana lagi, aku sendiri juga tidak mengerti, semua itu terjadi secara spontan, kebetulan dan begitu saja..... Ahh.....Ada-ada saja....

Sekembalinya dari toilet, menjelang masuk kelas lagi, aku jadi risih, ragu dan takut, jangan-jangan bapak itu memarahiku setelah di kelas nanti. Tapi biarlah aku beranikan diri masuk kelas dan sudah siap untuk dimarahi, walaupun aku tidak merasa bersalah juga sebenarnya seeh, habis betul-betul tidak sengaja gitu looh... Setibanya di kelas, dengan perasaan was-was, aku berjalan pelan-pelan menuju tempat duduk ku, sambil celingak-celinguk melihat sekelilingku yang masih terasa suasana riuhnya, kulihat teman-teman masih sumringah dan tertawa kecil melihat kearahku, sekilas kupalingkan wajahku ke bapak itu yang tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa diam membisu dan duduk manis sambil tersenyum dan terus memandangku, seolah-olah pandangannya mengantarkanku sampai aku terduduk lagi di bangkuku. "Untungnya... bapak itu tidak marah", kataku dalam hati. Mungkin bapak itu mengerti juga, namanya juga anak ingusan yang baru tamat SD. uuuh.... malunya setengah mati....

Dari peristiwa ini dapat ku ambil pelajaran untukku, sebagai seorang guru yang menjadi profesiku saat ini, agar berusaha mempelajari, memahami usia dan perkembangan serta latar belakang karakteristik peserta didik, sehingga dapat menyikapi, memperlakukannya sesuai dengan kualitas dan kapasitasnya. Ketika mereka melakukan suatu kesalahan dan kekhilafan jangan cepat marah dan bertindak kasar apalagi menvonis, lakukanlah pendekatan, bicarakan baik-baik, pahami akar permasalahannya, berikan solusinya, sampai dia tidak ada beban psikologis lagi, permasalahannya dapat terpecahkan dan diselesaikan dengan baik-baik pula.

Karena menurutku, kiat suksesnya seorang guru adalah selalu belajar dan belajar secara kontiniu untuk meningkatkan skill dan kompetensi. “Long Life Education” senantiasa mendidik kesabaran, memberikan keteladanan, menciptakan rasa aman dan nyaman bagi peserta didiknya dalam belajar, kalau ini sudah dilakukan, , tentunya mereka akan merasa fresh dan enjoy, mengena dan berkenan di hati. Dengan sendirinya, seorang guru akan mempunyai wibawa, disegani ,dihormati dicintai olehnya. Diyakini proses pembelajaran akan dapat berjalan dengan baik pula, Insha Allah tujuan dan sasaran pembelajaran bisa tercapai sesuai dengan target dan sasaran yang diharapkan. Jangan pernah berhenti belajar, karena hidup tidak akan pernah berhenti memberikan pembelajaran. Wallahu A’lam

MAN 2 Kota Padang Panjang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap buk. Lanjutkan...

13 Feb
Balas

makasih...

18 Feb

makasih kakak ku...

05 Mar
Balas

makasih guru...

10 Mar
Balas

Goodjob my pren

13 Feb
Balas

tq pren...

18 Feb

Mantap Nte Nana...

05 Mar
Balas

semoga sukses

10 Mar
Balas

makasi guruuu

10 Mar

Alah sudah wak baco

10 Mar
Balas

yo lah guru.. syukran

10 Mar



search

New Post