Misteri Jum'at Legi
"Gubrak!" tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup sendiri.
Bu Shinta terperanjat. Pandangan matanya nanar tertuju ke kamar mandi.
"Ah, mungkin tertiup angin," gumamnya.
Kembali dia membantu Asih mempersiapkan bahan-bahan untuk membatik. Sejak pagi, mereka berdua sibuk membuat video untuk lomba FLS2N di tingkat kabupaten. Perlombaan diadakan secara daring dan luring. Daring, dengan cara mengirimkan video proses membatik dari awal sampai akhir dan tidak boleh di skip. Luring, dengan membawa hasil akhir ke tempat lomba.
Suasana semakin gelap. Matahari bersembunyi di ufuk barat. Berganti dengan bintang gemintang yang menghiasi angkasa. Bu Shinta memandang ke langit, menikmati kerlip bintang yang bertaburan bak mutiara yang begitu indah. Asih masih asyik dengan pekerjaannya. Mewarnai gambarnya dengan warna-warna yang indah. Semakin malam, semakin sunyi. Semua guru sudah pulang sejak siang tadi . Hanya tinggal mereka bertiga, Bu Shinta, Asih dan Mas Ilham, penjaga sekolah.
Suara jengkerik di belakang kelas, berpadu dengan rintihan belalang daun di atas pohon mangga membuat bulu kuduk Bu Shinta berdiri. Mas Ilham dan Asih tak menunjukkan reaksi apapun. Mungkin mereka tak mendengar suara-suara itu karena mereka berdua adalah tunarungu. Bu Shinta mendekati Asih, melihat pekerjaannya yang sudah hampir selesai. Tiba-tiba...
“Gubrak,” pintu kelas pojok tertutup sendiri.
Bersamaan dengan itu, lampu di sekolah padam. Suasana mendadak menjadi gelap gulita. Asih menghambur ke pelukan Bu Shinta. Ada bayangan berkelebat dibalik pohon mangga. Pelukan Asih semakin erat hingga membuat Bu Shinta susah bernafas. Mas Ilham sibuk mememeriksa kabel-kabel listrik, siapa tahu ada kabel yang putus.
“Ibu, saya takut,” kata Asih terbata-bata sambil terus memeluk Bu Shinta dengan erat.
Bu Shinta terdiam. Tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Lidahnya kelu. Bibirnya terkatup rapat. Kembali dia melihat, sesosok wanita berkelebat memasuki ruangan, menerobos pintu yang tertutup rapat. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Badannya gemetar. Untunglah, beberapa saat kemudian, lampu kembali menyala.
“Ibu, mari kita pulang,” pinta Asih mengisyaratkan kata.
“Tapi kita belum selesai. Besok video ini harus diserahkan ke panitia,” jawab Bu Shinta sambil mengisyaratkan kata.
“Asih takut Ibu,” kata Asih sambil memegang erat tangan Bu Shinta.
“Kita selesaikan sedikit lagi. Setelah itu, kita pulang,” jawab Bu Shinta berusaha terlihat tenang walau sebenarnya dia juga takut.
Asihpun segera melanjutkan proses pewarnaan yang sempat tertunda. Setelah itu, cepat-cepat ia melakukan penguncian warna.
“Ibu, kita rebus di rumah. Saya takut,” katanya menghiba setelah selesai melakukan penguncian warna.
“Iya,” jawab Bu shinta pendek.
Asihpun segera melipat kain batiknya lalu memasukkannya ke dalam kantong plastik. Kemudian mengemasi alat-alat membatik dibantu oleh Bu Shinta dan Mas Ilham. Mereka memasukkan semua alat itu ke dalam kelas. Mas Ilham mengunci semua ruangan.
“Ibu, saya pulang,” kata Asih berpamitan pada Bu Shinta.
“Iya, hati-hati di jalan,” jawab Bu Shinta.
Asih mengambil kantong plastik berisi kain batik hasil karyanya hari ini, kemudian berjalan ke tempat parkir, mengambil sepedanya dan bergegas pulang. Demikianpun dengan Bu Shinta. Setelah berpamitan dengan Mas Ilham, diapun segera menyalakan motornya dan bergegas pulang, meninggalkan Mas Ilham seorang diri yang masih mengunci pintu pagar sekolah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ceritanya misteri yang menawan. Sukses selalu buat Ibu Nur Imamah Dwiyanti.
Terimakasih Bapak. Sukses juga buat Bapak Bambang Heru Istiyanto