Nur Indriyati, S.Pd.I.

Seorang Guru di MI Darwata Karangasem, Sampang, Cilacap yang tengah belajar menulis. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bersahaja (7)

Bersahaja (7)

Sabtu siang sampailah aku di kampung halaman, turun dari kendaraan umum, kulangkahkan kakiku sepanjang 750 meter. Udaranya masih segar, kanan kiri jalan terlihat pepohonan melambai-lambai diterpa angin menyambut kepulanganku. Aku melangkah lebih cepat, tidak sabar ingin segera tiba di rumah. Rumah yang sederhana tapi mengandung banyak makna dan kenangan. Tidak hanya itu, aku kangen adik-adikku. Pasti mereka repot mengurus diri sendiri. Aku tahu ada Bapak di rumah, namun Beliau juga banyak hal yang harus dikerjakan. Dari mengurus rumah, mengurus sawah, ternak ayam dan bebek yang butuh diperhatikan, juga mengurus masjid tempat Beliau biasa berjamaah. Adik-adikku dituntut untuk mandiri.

"Assalamu'alaikum....." Kubuka pintu rumah yang terlihat sangat sepi. Sepi karena rumahku berada di pelosok desa, jarak rumah satu dengan rumah lainnya agak berjauhan. Di tambah penghuninya tidak tahu entah ke mana. Sangat sepi. Kuulangi lagi salamku, "Assalamu'alaikum... ." Karena tidak ada sahutan, kulanjutkan masuk rumah yang tidak terkunci. Kubuka kamar, terlihat adikku yang masih TK sedang tertidur lelap. Kupandangi wajahnya yang polos, tak terasa meleleh air mata, teringat ibu yang biasanya ada di sampingnya untuk menemani tidur siangnya. Kuhapus air mataku, aku harus tegar di hadapan adik-adikku. Mereka juga harus tegar, kuat, dan mandiri. Kulanjutkan langkah mencari adik perempuanku. Ternyata dia sedang sibuk di dapur. Agak kaget melihat aku tiba-tiba ada di dekatnya,"Eh, mba.. sudah pulang? "Perasaan senang tersirat di wajahnya melihat kepulanganku. Terus kubantu dia berkutat di dapur sembari bercerita begitu sibuknya dia setelah ibu memutuskan untuk mencari maisyah di negeri tetangga. Luar biasa dia, masih SMP tapi sudah pintar mengurus diri sendiri dan adikku yang paling kecil. Kakakku ada di asrama, sementara aku tinggal di kost dekat sekolahku. Hal itu memaksa adikku untuk belajar mandiri dan tumbuh dewasa.

Memang setelah ibu berangkat, kami sangat kehilangan, terutama adikku yang paling kecil. Kami harus beradaptasi dengan hal-hal baru, yang biasanya hanya dilakukan ibu. Tapi di balik kesulitan pasti ada kemudahan.

#Tagursiana hari ke-27

Kalisalak, 26 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Di rumah tanpa ibu, memang sangat merepotkan. Namun lama kelamaan pastilah banyak hikmah yang didapat, kemandirian, tanggung jawab, disiplin waktu, akan terbentuk sesuai pengalaman.

27 Oct
Balas

Terima kasih Bunda, atas apresiasinya... semoga sehat dan sukses selalu

27 Oct

Cerpen yang menginspirasi bu. Kehilangan seorang ibu membuat hidup mandiri, meski sedih ada hikmah dibalik itu bu. Mantab..salam literasi bu

27 Oct
Balas

Terima kasih Pak... Sehat selalu..

29 Oct



search

New Post