Nur Ismanidarti

Nur ismanidarti terlahir pada hari sabtu dini hari 40 th silam, mengajar dan mendidik menjadi panggilan hati nurani dan cita-citanya. Ada kebanggan dan ke...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ku Datang Ceraipun Tiba  Hari Ke-15

Ku Datang Ceraipun Tiba Hari Ke-15

Ditolak Kedatangannya di Tengah Wabah Covid-19

Perkembangan pandemi virus corona dari hari ke hari semakin pesat, bukan saja di kota-kota besar, pelosok daerah dan perkampungan juga menjadi incaran, banyaknya korban jiwa yang berjatuhan karena terkena virus yang satu ini, tak peduli tua, muda, dan anak-anak.

Semua masyarakat merasa ketakutan dan panik karenanya. Dimana-mana selalu memberitakan seputaran covid-19 ini, baik di jejaringan sosial, media masa dan media elektronik. Seluruh warga dapat menyimak dan memantau perkembangan dari mana saja. Begitu pula gadis desa yang satu ini, Ratih begitu panggilannnya.

Ratih tak luput sedikitpun mengikuti setiap perkebangan berita yang di tayangkan setiap hari dilayar kacanya. Rasa takut yang teramat dalam menyelimuti pikirannya, tentu saja, sudah 2 tahun ini Ratih di tinggal suaminya Asep yang bekerja di Jakarta.

Inginnya hati Ratih hidup bersama sang suami namun karena sulitnya pencarian di kampung, maka suaminya memutuskan untuk pergi merantau. Dengan harapan dapat merobah keadaan sulit yang tenggah di jalaninya.

Dua tahun bukan waktu yang sebentar buat Ratih, rasa rindu dan kangen yang mendalam kepada Asep dirasakan ratih setiap waktu, begitu pula Asep yang merindukan Ratih istrinya tercinta.

Dengan adanya virus corona ini, semua aktivitas dibatasi, anak-anak sekolah dan pekerja kantorpun diliburkan. Aktivitasnya di lakukan di rumah saja. Begitu pula Asep yang bekerja sebagai pedagang kecil di Jakarta sudah merasa sepi, bahkan setiap hari dagangannya nyaris tak ada yang laku.

Aseppun memutuskan untuk pulang kekampung dan kembali kepangkuan Ratih. Moment ini Asep jadikan untuk melepaskan rasa rindu yang menderanya sudah sekian lama.

Rencana kepulangan Asep tanpa memberi kabar terlebih dulu pada Ratih, alih-alih Asep ingin memberikan surprise kepada istrinya. Sudah terbayang bagi Asep kedatangannya yang tak terduga membuat kaget, terharu sekaligus bahagia sang Istri.

Tiket pesawatpun di pesan Asep lewat telphone genggamnya, tak lama menunggu Asep dapat terbang menuju kampung halaman, senang hati bercampur was-was, kenapa tidak, karena di setiap kedatangan bandara harus ada pengecekkan dan sterilisasi orang-orang yang akan berpergian. Asep juga ikut di periksa, ada atau tidaknya terkena virus corona.

Setelah melaui pemeriksaan dan perjalanan yang melelahkan, Asep akhirnya tiba di kampung halamanan dengan menggunakan jasa travel. Berjuta rasa menyelimuti perasaan Asep, sudah lama tak berjumpa Ratih.

"Apakah Ratih masih secantik dulu?" gumam Asep dalam hati. Asep juga berfikir kalau Ratih akan selalu setia menunggunya.

Langkah kaki Asep terhenti di depan pintu, suara ketukan pintu terdengar dari luar. Tok! Tok! Tok! " Assalamu'alaikum. Ratih! Ratih!" terdengar suara asep dari luar rumah.

Ratih yang dari dalam ngintip dari balik kain jendela, tau kalau itu suara Asep sumainya, Ratih hanya diam tanpa suara di balik jendela, tak mau hatinya membukakan puntu dan menyambut kedatangan Asep suaminya.

Lama menunggu, ternyata pintu yang diharapkan Asep akan segera terbuka tak kunjung terbuka untuk menyambut kahadirannya. Aseppun mencoba menghubungi Ratih melalui telephone genggamnya, namun, lagi-lagi Ratih tak mau mengangkat, sirna sudah harapan Asep, rona wajahnya di penuhi rasa kecewa.

Dengan rasa yang bercampur aduk, Aseppun melangkah keluar, tiga langkah menuju halaman kaki Asep terhenti seketika, seperti ada suara yang memanggil namanya dari arah belakang, Asep segera memalingkan wajahnya kearah sumber suara. Ternyata, Ibu mertua Asep telah berdiri di depan pintu.

"Sep, kamu ya?, Ibu harap kamu jangan kesini dulu, ketempat orangtuamu saja, kami belum bisa menyambut kedatanganmu saat ini, apa lagi kamu baru dari Jakarta banyak virusnya." ucap Ibu mertua asep.

"Kok begitu bu, aku kan ndak apa-apa, aku sehat-sehat saja kok bu." jawab Asep.

"Yang jelas kamu pergi aja dulu, kemana kek kami tak bisa menerimamu." timpa Ibu mertua asep.

"kalau begitu, baiklah bu, saya pergi." Ulas Asep lagi.

Asep segera berlalu dari hadapan ibu mertuanya, rasa sedih, kecewa, dan pasrah di bawa asep bersama langkah kakinya yang semakin lemah tak berdaya keluar dari halaman rumah istri tercinta.

Tak tau lagi arah yang akan dituju Asep, deraian air mata tak henti mengiringgi langkah kakinya hanya rumah orang tua satu-satunya jalan yang akan di tempuh Asep.

Belum berhenti disana, keesokkan harinya, pesan singkat di layangkan Ratih untuk Asep melalui ponselnya. isi dari pesan yang dikirim Ratih melainkan melarang agar Asep tak menemuinya lagi. Dengan kalimat tegas Ratih juga mengakhiri pernikahan yang telah di rajutnya bersama Asep selama ini.

Sontak saja Asep kaget dan hampir tak percaya dengan pesan singkat yg telah di terimananya dari Ratih.Tak menduga sedikitpun kalau sikap Ratih akan berubah secepat itu terhadapnya, apa yang menyebabkan Ratih mengambil keputusan konyol ini. Dan ini menjadi tanda tanya di benak asep, pertanyaaan yang berkecamuk di benaknya dipertanyakan kembali oleh Asep terhadap Ratih.

"Ada apa sebenarnya Ratih?, kenapa kamu tak mau menerima kedatanganku?" ucap Asep sedikit menyentuh

Ratih mengatakan kalau ia tidak ingin menerima Asep lagi.

"Maafkan aku ya, keputusan ini kuambil untuk kebaikan kita, sekarang kamu tak usah temui aku lagi, hubungan perkawinan kita cukup sampai disini." kata-kata terakhir Ratih untuk Asep.

Ratih mengira kalau Asep orang yang telah terkena virus corona. Karena ia takut akan ketularan virus yang di bawa Asep pulang dari Jakarta. Maka Asep di tinggalkan Ratih tanpa ada perbincangan sebelumnya.

Trauma Ratih akan kejadian tempo hari yang menimpa tetangganya, yang meninggal karena tertular virus corona gara- gara suaminya pulang dari Malaysia, hal ini yang menghantui Ratih untuk tidak menerima kepulangan Asep suaminya.

Ratih merasa takut kalau-kalau Asep terkena virus corona. Dan ia takut akan tertular oleh virus yang di bawa Asep, sementara Asep belum pasti ada terpapar virus tersebut.

Malangnya nasib Asep karena corona harus berpisah dengan istri tercintanya. 😭😭😭

Payakumbuh, 19 April 2020

Tantangan menulis hari ke-15

Gurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik buk...salam.

19 Apr
Balas

nice short story pagi ini byk, I like it

19 Apr
Balas



search

New Post