MATAHARI DI BALIK AWAN (Tantangan #3)
@Viefa#part4
“Apapunlah yang terjadi harus Kinan hadapi”, seru Kinan tak menghiraukan orang-orang yang melongo kaget dengan suara nyaringnya yang tiba-tiba.
Kinanti gadis belia berumur 15 tahun, kini kelas tiga Madrasah Tsanawiyah swasta di lingkungan pondok pesantren kota itu, sekolah menengah tingkat pertama yang berbasis pendidikan islam yang banyak diminati.
Kedua orang tuanya memang mewajibkan dia dan kakaknya untuk mengenyam pendidikan berbasis islam. Latar belakang orang tua dan kehidupan mereka yang dekat dengan lingkup pesantren tua yang disegani di daerah mereka tampaknya memiliki pengaruh yang kuat dalam keluarga tersebut.
Kinanti Ayudya Putri. Kinan biasa ia dipanggil, meskipun ia tidak secantik kedua kakak perempuannya tapi ia memiliki senyuman yang sangat manis dengan mata cerah yang selalu berbinar seperti matahari kembar yang singgah di bola matanya, selalu bersinar, tak dipungkiri itulah letak kecantikan alaminya.
Terlahir sebagai anak bungsu dari tiga saudara, Kinan pembawaanya ceria pintar bercerita dan suka berlenggak-lenggok di depan kaca, beda jauh dengan kedua kakak kembarnya yang kini sudah kelas tiga Madrasah Aliyah di kota itu, sekolah setingkat SMA, yang cenderung pendiam, serius sekali dalam belajar, tetapi ada kesamaan mereka yang membuat ruang dapur kecil itu selalu ramai, bila ibu sudah membuat telur dadar favorit mereka, layaknya kucing yang tiga hari belum makan, ketiga hidung anak gadis itu mulai mengendus, berebut siapa duluan yang mendapatkan, kalau sudah begitu ibunya hanya bisa menggeleng-geleng melihat tingkah ceri ketiga anak gadisnya.
Perhatian orangtuanya terhadap kinan cukup membuat iri kakak-kakaknya, perhatian itu adakalanya kelewat sayang, hal ini disambut dingin kakak kembarnya, Sekar dan Mayang, bagi mereka berdua selalu Kinanti, Kinanti, dan Kinanti lagi yang dinomor satukan, begitu yang selalu dikeluhkan kedua kakaknya itu.
Pernah suatu ketika Sekar dan Mayang protes langsung pada ibunya, “Ibu mestinya kan kita yang dapat perhatian lebih, Kinan, Kinan lagi semua selalu Kinan yang diutamakan, telur dadar yang lebar untuk Kinan, Roti hantaran dari bu De Nah juga untuk Kinan, dapat bedak hadiah sponsor juga untuk Kinan, Kinan terus”, kedua saudara kembar itu bersahutan protes pada ibunya.
Bila kedua anaknya protes seperti itu ibunya hanya tersenyum kecil, “Hee, kalian kakak harus mengalah pada adik, ndak baik iri sama adik sendiri”, begitu sahut ibu bila kedua anak kembar itu sudah protes.
Kinan yang mendengar pembelaan ibu dari celoteh kakak-kakaknya, tersenyum penuh kemenangan, “Yess, Kinan kok..”, serunya sambil cengar-cengir di depan cermin sambil belajar bergaya.
Sebenarnya mereka berdua sangat sayang pada Kinan, Cuma tak ditunjukkan, “Biar ilang tuh manjanya”, gitu selalu selalu alasan Sekar dan Mayang kalau ibu sudah mengingatkan bila mereka sudah keterlaluan.
Gerimis makin deras, Kinan mempercepat langkahnya untuk cepat sampai ke rumah. Tiba-tiba, “Ahhh,,,”, seru Kinan.
SELANJUTNYA...
#Tantangangurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjuut... Kinan... Eh bunda vie... Hehe
shiaap bund..hehee