Meraih Prestasi dengan Ahlak
Hari itu Sabtu pagi, (21/12/2019) ada yang tidak biasa di sekolahku MIN 3 Banyuwangi. Halaman penuh sesak kendaraan yang berjajar-jajar bahkan terkesan semrawut karena daya tampung halaman yang tak memenuhi. Hari pembagian raport siswa untuk semester ganjil tahun ini.
Suara anak-anak berceloteh, saling bersahutan tidak tampak pada pagi itu. Kegiatan itu hanya menghadirkan wali murid saja, yang memang digelar secara rutin. Bukan saja untuk memberi laporan nilai belajar kepada mereka, yang terpenting adalah menjalin tali silaturrohim antar sesama wali murid juga dengan pihak Madrasah sebagai lembaga pendidikan anak-anaknya.
Masing-masing orang terlihat sibuk dengan agendanya sendiri-sendiri, tentunya masih dalam konteks pembagian hasil nilai belajar pada semester awal ini.
Demikian pun dengan aku yang saat itu benar-benar ekstra mengeluarkan tenaga. Setelah rapat dinas pagi itu langsung menata kelas sendiri karena anak-anak memang diliburkan. Alhasil kelasku paling akhir selesai dalam agenda kegiatan tersebut.
Banyak hal yang dibahas pada pertemuan dengan wali murid itu dan menjadi agenda kegiatan kelas. Rata-rata semuanya mencermati tentang peningkatan kualitas akademik siswa agar mereka menjadi siswa yang berprestasi. Apakah ada yang salah dari kegiatan ini?, tidak! tentu saja tidak ada yang salah.
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya mempunyai prestasi yang membanggakan. Pengumuman 10 besar peringkat kelas juga sangat ditunggu. Sebuah kebanggaan bagi seorang anak bila dikatakan sebagai siswa berprestasi, apalagi itu masuk "The Best Ten".
Yang tak kalah bangga justru pada orang tuanya, tidak heran muncul luapan kegembiraan yang luar biasa karena telah berhasil menjadi orang tua yang menjadikan anaknya berprestasi di kelas.
Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak masuk dalam 10 besar, bahkan kategori urutan belakang. Ada rasa ketidak nyamanan bagi orang tua ketika mendapati anaknya tidak masuk dalam peringkat 10 besar.
Padahal tingkat kecerdasan anak tidak bisa diukur hanya dengan kalkulasi nilai, meskipun itu akumulasi nilai dalam satu semester. Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda yang menjadi sisi unik dimiliki seorang anak.
Kita orang tua sering mengesampingkan sisi keistimewaan masing-masing anak tersebut. Semestinya prestasi itu bisa dikembangkan dari sisi unik yang dimiliki masing-masing anak itu.
Pernahkah kita berpikir bahwa kategori 10 besar peringkat pada anak itu belum menjamin kesuksesan mereka di masa depan. Ada banyak hal yang mengiringi kesuksesan anak itu kelak, justru yang paling dominan adalah kemampuan dasar yang dimiliki seseorang, menjadi faktor penunjang utama keberhasilan tersebut.
Lantas bagaimanakah HASIL PRESTASI yang harus dimilki seorang anak?, pernahkah kita menghargai seorang anak yang memiliki karakter ahlak mulia, yang kita akui itu sebagai sebuah prestasi?.
Ahlak adalah penopang dasar sesorang dalam berkarya. Sepintar apapun bila ia tidak memiliki dasar ahlak yang baik, kepintarannya justru menjadi perangai jahat yang menguntungkan dirinya, tetapi justru merusak dan menghancurkan orang lain bahkan biang kehancuran sebuah negara.
Mulailah untuk menghargai bahwa AHLAK adalah sebuah prestasi yang harus diraih oleh setiap orang.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisannya sudah bagus banget. Keren, Bu. Lanjutkan
Setuju sekali, akhlak mulia yang pertama
Shiiap pak leck Murman
Benar bu Ihat prestai ahlak sering dilupakan