Sudah lazim terjadi, ketika kita masih berada di alam dunia, semuanya serba bisa, karena kesempatan terbuka. Si kaya dengan mudah berkata kamu pemalas tak mau bekerja keras, maka menjadi miskin papa layak untuk kamu yang tak bisa bekerja. Sepantasnya kamu hidup menderita. Si pintar enteng mencecar mereka yang tidak pintar,  pakai otakmu, pahami dengan teliti, bodoh kamu, dasar otak udang. Sementara yang berkedudukan sesukanya memperlakukan siapa saja sebagai bawahan, melakukan apa saja tanpa halangan,  apa yang dikehendaki mesti dituruti, Lain pula yang sehat, dengan bangga berkata, dasar ceroboh jangan asal makan, asupan mesti bergizi, nomor satukan olah raga. Itulah ungkapan spontan yang terlahir dari mulut mereka yang diberi kelebihan atas orang kebanyakan. Manusia sering lupa bahwa itu semua anugrah,  Kelebihan seharusnya menjadi peluang kebaikan, diberdayakan untuk kemaslahatan, karena semua itu amanah yang harus ditunaikan. Semua orang ingin kaya, pintar, terhormat, sehat dan sederet kelebihan, namun fakta di lapangan kehidupan mengajarkan, bahwa dengan usaha yang sama sering  lahir produk yang berbeda, itulah kuasaNYA yang tidak semua orang dapat mencerna dan memahaminya.

Pada saatnya akan tiba semua buku tentang perilaku terdahulu dibuka, rekapan kejadian akan ditampakkan, dan yang lebih penting kita akan dipertemukan dengan mereka yang didunia pernah terhina karena perilaku kita. Mereka akan menuntut balas dari apa yang pernah terjadi didunia fana, mereka yang menganiaya akan di pertemukan dengan yang teraniaya, sang koruptor dipersandingkan dengan yang dirugikan, yang didunia mencaci akan didudukkan bersanding dengan yang pernah tercaci,  Sang pencuri harta akan tertunduk lesu tak berdaya karena dihadapkan si empunya harta. Begitu seterusnya. Berlari, menghindar, bersembunyi  mungkinkah ? jawabnya TIDAK. Sekali lagi TIDAK,  karena disini tidak ada tempat untuk bersembunyi. Justru sebaliknya kita akan merugi karena mereka yang terhina dan tersakiti akan menerima kebaikan kita, bahkan bisa jadi kejelekan mereka akan kita terima karena kebaikan kita sudah habis buat mereka yang pernah terdzolimi, maka jadilah kita orang yang bangkrut tak berbekal apa-apa untuk menghadapNYA. Naudzubillah.

Selama hidup didunia inilah tempat kita berkarya. Setelah mati kita tinggal menikmati hasilnya. Kebaikan mengantarkan kebahagiaan, sementara kejelekan dan kejahatan menyeret kita dalam penderitaan. Jangan tertipu dengan kehidupan yang sebentar masanya,  tata dan kelola hidup ini untuk kehidupan yang panjang dan abadi yaitu hidup setelah mati. Dan semoga bisa.

Balung 3 Desember 2020