"Pak, kapan dong kita praktek buat angka bilangan bulat. Bapak pilih kasih, kalau kelas VII yang lain aja praktek" Ujar Dhea protes dengan mimik wajah cemberut khas anak-anak.

Aku hanya senyum sambil menyambut salamnya. Belum juga duduk, Dhea lagi-lagi memberondong nada protesnya ke aku.

"Pokoknya kelas VIIA harus praktek kayak mereka" sela Dhea sambil duduk. Melihat wajahnya serta sambil memandang teman lainnya, sambil senyum aku akhirnya menjelaskan. "Anak-anakku yang pintar. Bapak bukan tidak mau tapi jadwal praktek untuk kalian dalam pelajaran matematika belum ada. Dalam dua Minggu ke depan jadwal kalian nanti praktek. "Hore.." Ujar mereka satu kelas gembira dengan suara gemuruh. "Betul ya pak. Jangan pilih kasih ya pak". Ujar Icha teman sebangku Dhea.

Aku melempar senyum ke seluruh ruang kelas. Senang rasanya melihat mereka begitu gembira kalau pelajaran matematika di selingi praktek ataupun semacam permainan.

Matematika, sebuah bidang studi yang membutuhkan ekstra berbagai cara agar mereka bisa menerima materi yang di sampaikan bisa mereka terima dengan baik dan menyenangkan. Tak gampang memang pada awalnya namun dengan berbagai cara akhirnya mereka bisa menerima materi matematika dengan baik bahkan mereka selalu menagih meminta soal. Kalau sudah begitu dengan mudah saya bisa mengkondisikan kelas dan pada akhirnya matematika bukan momok tapi menyenangkan. Suatu saat nanti saya akan share pengalaman saya setelah membaca sebuah buku"quantum teaching". Buku yang merubah saya dalam mengajar dan tentunya membuat anak-anak senang di dalam kelas walau yang mereka hadapi adalah pelajaran matematika.

@my little notes Coretan kecil pendidik matematika

075906 27052018