Koneksi Materi Modul 3.1
KONEKSI MATERI
MODUL 3.1.a.8.1
FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat di kenal dengan Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia. Kelahiran Ki Hajar Dewantara di Indonesia di peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Beliau mencetus asas-asas pendidikan dikenal sebagai Pratap Triloka dengan semboyan, sebagai berikut :
Ing ngarso sung tuladha (Di depan memberikan teladan). Sebagai seorang pemimpin seharusnya memberikan teladan bagi guru-guru yang dipimpinnya dengan menjunjung nilai-nilai yang diyakini di lingkungan sekolahnya.
Ing madya mangun karsa (Ditengah memberikan motivasi). Sebagai seorang pemimpin senantiasi memberikan dukungan dan motivasi bagi guru- gurunya dalam menggali potensi dan ide-ide kreatifnya.
Tut wuri handayani (Di belakang memberikan dukungan). Seorang pemimpin seharusnya memberikan dukungan untuk guru- gurunya dalam mengembangkan kompetensi dan wawasannya.
Ketiga semboyan tersebut, tak lekang oleh zaman artinya masih kontekstual dengan keadaan sekarang di tengah derasnya arus perkembangan informasi dan teknologi. Saat ini, di era globalisasi dan perkembangan IPTEK peran guru sebagai pemimpin pembelajaran di tuntut agar mampu mengelola pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan seluruh sarana dan prasarana yang tersedia. Guru tidak lagi berperan sebagai seseorang yang lebih tahu segalanya dari murid, tapi guru diharuskan mampu menjalin kolaborasi dengan murid dalam proses pembelajaran sehingga sebagai pemimpin pembelajar di ruang kelas guru harusnya mampu menjadi teladan, memberi motivasi, dan memberi dukungan kepada murid dalam upaya mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan kodrat zamannya.
NILAI DAN PERAN
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang beberapa tahun terakhir ini di kobarkan pemerintah dalam pendidikan Bangsa Indonesia. Karakter yang positif dalam pembelajaran dapat diciptakan dari lingkungan sekolah yang menerapkan budaya-budaya positif. Di mulai dari budaya positif yang dibiasakan di luar pembelajaran atau dalam kegiatan sekolah sampai budaya positif yang terintegrasi dalam pembelajaran. Nilai-nilai dalam budaya positif dapat diterapkan guru dalam pembelajaran sosial emosional. Secara tidak langsung guru menanamkan emosional yang positif kepada murid melalui kegiatan bernafas sebelum pembelajaran, meditasi, mengungkapkan perasaan, jujur, tanggung jawab dalam pembelajaran dan lain sebagainya. Dalam penerapan pembelajaran maupun budaya positif tersebut, tentu kita menghadapi dilema antara nilai yang sama-sama benar menurut kita. Nilai-nilai tersebut yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Bagaimanapun juga fokus utama kita sebagai pendidik adalah murid sehingga dalam menghadapi dilema dalam proses pembelajaran kita perlu menerapkan beberapa tahapan langkah yang kita tempuh sehingga dapat menghasilkan keputusan yang bijaksana dan berpihak pada murid sesuai dengan tujuan kita
COACHING
Kegiatan coaching yang kita lakukan pada pengambilan keputusan memiliki peran yang sangat besar sebagai pemimpin pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bahwa coaching adalah kegiatan pengambilan keputusan dimana coach (orang yang memiliki permasalahan) membimbing coachee menemukan potensi dirinya dalam menemukan solusi dari permasalahannya. Kegiatan coaching ini dapat kita lakukan dengan murid atau rekan sejawat. Dengan melakukan coaching dengan murid, kita dapat melatih murid untuk mengambil keputusan terhadap permasalahannya sendiri dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kegiatan ini juga dapat melatih murid untuk mengenali potensi dirinya, berfikir tentang solusi atas permasalahannya dan mempertanggungjawabkan sendiri apa yang sudah dia tetapkan sebagai solusi atas permasalahannya.
KOMPETENSI SOSIAL-EMOSIONAL
Sebagai seorang guru yang bertugas sebagai fasilitator dalam pembelajaran, guru bertugas membimbing murid dalam menemukan nilai-nilai yang perlu dikuasai murid dalam pengambilan keputusan. Termasuk mengenai pembelajaran sosial emosional murid dalam pengambilan keputusan. Sebagai guru, kita harus sabar dalam membimbing murid menemukan potensinya karena hal tersebut adalah tujuan kita dalam menjadikan murid yang dapat memiliki bekal untuk memanfaatkan dan menggali potensinya dalam memecahkan masalah. Guru harus menahan diri untuk tidak memberikan solusi permasalahan tetapi tetap memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang dapat menggiring murid menemukan potensinya dan menentukan rencana aksi apa yang akan dilakukannya untuk menyelesaikan permasalahannya. Dengan murid mampu menyusun rencana aksi nya sendiri, diharapkan murid akan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah direncanakan. Peran guru dalam hal ini hanya sebagai pemantau terhadap tanggung jawab yang dilakukan murid
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya keputusan yang tidak berpihak pada satu pihak/aspek dan memiliki resiko yang sangat minim menjadikan keputusan tersebut merupakan keputusan yang bijaksana bagi semua pihak. Dengan kebijaksanaan keputusan tersebut tentunya menjadikan suasana lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Kemampuan semua warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak positif di lingkungan sekolah yang nantinya akan menjadikan bekal siswa dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat
Pepatah mengatakan tidak akan ada kegiatan tanpa kesulitan, dan tidak akan ada kesulitan tanpa jalan keluar. Segala sesuatu yang kita putuskan, pasti juga memiliki resiko kesulitan. Meskipun kesulitan tersebut dapat kita minimalisir, tetapi kesulitan tersebut tidak dapat kita hilangkan begitu saja. Pengambilan keputusan yang bijaksana pasti sudah memikirkan jalan keluar dari kesulitan yang akan dihadapi. Kasus dilema etika yang kita hadapi pasti memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya. Perubahan paradigma tidak bisa kita jadikan masalah dalam kesulitan pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan perubahan paradigma yang positif tentu akan memudahkan kita mengambil suatu keputusan yang tepat.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN
Pengambilan keputusan yang kita ambil tentu sangat berpengaruh terhadap pembelajaran yang memerdekakan murid. Pengaruh tersebut dapat baik dan dapat juga buruk. Pengambilan keputusan yang menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dan mempertimbangkan beberapa nilai memusatkan pada kebaikan siswa tentu akan menjadi dampak yang positif bagi siswa. Dengan demikian, guru sebgai pemimpin pembelajaran harus memusatkan perhatian dalam pengambilan keputusan kepada kepentingan siswa. Sebagai guru, tentu tujuan kita adalah menjadikan siswa generasi yang dapat kita andalkan dalam masa depan, sehingga apapun keputusan yang kita ambil, kita juga harus menjadikan kebaikan bagi siswa kita sebagai pertimbangan utama. 8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
Kesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar