Nurlistiyati,S.Pd.AUD

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Mencintaimu Tanpa Syarat

Tugas 1-Kolom

MENCINTAIMU TANPA SYARAT

Menikah muda sebenarnya bukan impianku. Usia 20 tahun saat aku menikah, dan tanpa pacaran sama sekali. Dijodohkan oleh orangtua, ibarat kata sekarang memang bukan jamannya Siti Nurbaya, tapi inilah yang terjadi padaku. Disaat saat itu aku menggebu-nggebu ingin melanjutkan kuliah, tapi Alloh berkendak lain. Bapakku meninggal dunia, sehingga ibarat sebuah rumah tiang penyangga tidaklah terlalu kuat, dalam urusan ekonomi. Di saat lamaran datang Ibuku pun langsung mengiyakan saja, tanpa pernah sekalipun menanyaiku. Apakah aku setuju atau tidak, apakah aku mau atau tidak, Ibu seakan tutup mata dan telinga. Saat aku terpuruk menangis disudut kamarku, dengan tetesan air matapun, atau bahkan sampai air mata ini keluar darah seakan tak peduli.

Sebagai anak haruslah “mikul duwur mendhem jero” atau wujud bakti anak kepada orang tua. Apalagi Ibuku sekarang menjadi single parent maka pasrah dan sikap narimo harus aku lakukan sebagai wujud baktiku.

“Nduk malam Minggu besok kau akan dilamar Mas Ardi calon suamimu, bersiap-siaplah dan jangan pergi ,” pesan Ibu padaku malam itu sambil mengelus kepalaku. Ach, entahlah, kata-kata yang kudengar malam itu seperti suara petir yang menggelegar yang seakan, akan melumat dan meluluh lantakkan tubuhku. Elusan tangan Ibu dikepalaku seakan ratusan ribu voltase aliran listrik menggerayangi badanku, sakit dan sangat sakit kurasa. Lahir batin aku hancur lebur jadi debu, entah menguap kemana, aku limbung. Tak ada kata sedikitpun yang keluar dari mulutku ini. Tak ada keberanian sedikitpun aku untuk menolak, apalagi ini atas perintah ibuku yang telah mengukir jiwa ragaku dengan tetesan darahnya. Malam-malam menjelang lamaran aku hanya bisa menangis disudut ranjangku. Tengah malam kutumpahkan rasa ini dengan memohon kepada Dzat yang Maha Agung serta yang bisa mebolak-balikkan keadaan serta hati seseorang. Dalam sujudku, kupintakan hal yang terbaik bagiku dan keluargaku. Semoga calon suamiku adalah jodoh terbaik dunia dan akherat.

Tiba malam saat lamaranpun tiba, dengan jilbab sederhana kukenakan malam itu, lisptik bahkan bedakpun aku tak pakai. Seakan aku ingin menunjukkan rasa protesku secara tidak tersirat. Apabila Mas Ardi calonku melihatku, maka ia akan membatalkan lamaran malam itu. Dalam hati, malam itu aku rasanya ingin pergi “minggat” dari rumah dan melupakan semuanya, tetapi pergi kemanaaaa...........aku bingung. Bunuh diri ? Aku takut akan neraka jahanam dan rasa malu yang akan ditanggung Ibu dan adik-adik dan keluarga besarku. Kukuatkan hatiku malam itu, dan dengan niat bissmillah dengan bibir bergetar aku menerima lamaran Mas Ardi malam itu.

Tak berapa lama dari acaran lamaran malam itu, akhirnya 3 bulan berikutnya aku sudah dinikahkan. Tidak ada pesta yang meriah, yang ada hanya kesederhanaan, karena bertepatan dengan 100 hari kematian bapakku. Aku banyak diam selama awal pernikahan dan suamiku begitu sabar menghadapiku. Benar istilah Jawa”witeng tresno jalaran seko kulino” cinta akan datang karena terbiasa. Ketekunan, kesabaran, sikap ngemong dan tanggung jawab suamiku terhadap aku dan keluargaku sangatlah besar. Bahkan aku diperkenankan untuk kuliah lagi. 2 tahun pernikahan disaat aku usia 22 tahun alhamdullillah, Alloh Swt memberikan keturunan bagi keluarga kecilku. Perlahan –lahan rasa cinta, bila diibaratkan pohon tumbuh gersang tanpa daun dan kehidupan. Kali ini pohon itu mulai tumbuh daun, akar-akarnya semakin kuat. Itulah cintaku pada suamiku, bahkan yang membuatku tambah bersyukur, sebagai seorang suami, suamiku mau membantu pekerjaan rumah tangga. Dia berprinsip bahwa tugas dalam rumah tangga adalah tugas bersama. Aku makin sayang dan cinta. I love you Mas..........cintamu akan terpatri erat direlung hatiku. Terima kasih engkau telah menjadi suami terbaik bagiku. Semoga sakinah ma waddah buat keluarga kita, bahtera dan biduk rumah tangga kita langgeng dan penuh kebahagiaan. Saat ini ingin kubisikkan ditelingamu bahwa aku mencintaimu tanpa syarat. Terima kasih suamiku.

Oleh : Nurlistiyati

DIY

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

witing tresno jalaran soko kulino yo bu yang akhirnya indah pada waktunya

25 Apr
Balas

makaciih njh Bu ..asyik belajar nulis ya bu

25 Apr



search

New Post