Nurli Yanti

Hanya seorang guru bagi anak-anak di sekolah , istri bagi suami tersayang, dan ibu bagi anakku. Tidak sering menulis, baru mau belajar rajin menulis 😁...

Selengkapnya
Navigasi Web

Reset

Hari ke-64 #TantanganGurusiana

"Bun, kita mau naik perahu?" tanya anak perempuan berkepang dengan pancaran mata penuh semangat.

Dian mengangguk, "Iya, nak. Dulu ayahmu sering mengajak Bunda naik perahu di sini."

"Jadi Bunda dan Ayah bertemu di perahu?"

Dian tersenyum. Rupanya sang anak menyimpulkan terlalu cepat. "Ana, bukan seperti itu. Tempat pertemuan Bunda dan Ayah bukan disini. Tempat ini sering kami kunjungi saat dirimu belum lahir."

Ana mengangguk. Walau pun ia tidak tahu seperti apa sosok sang ayah. Lelaki kebanggaan Bundanya sudah lebih dahulu pulang, menemui pencipta. Ana sama sekali tidak mempunyai kenangan bersama Ayah. Tidak heran, setiap membahas tentang ayah, rasa penasaran terus menghinggapi Ana.

"Dian?" tiba-tiba seseorang memanggil Dian dari belakang.

Dian menoleh, hatinya terkejut. "Bagas?"

Laki-laki bernama Bagas itu mendekati Dian dan Ana.

Ana mengernyitkan kening, "Siapa, Bun? Bunda kenal? Teman Bunda?"

Dian terdiam. Pikirannya kembali ke masa itu. Dimana ia dan Bagas bertengkar hebat di tempat ini. Penyebab utama adalah restu yang tidak berhasil didapat keduanya. Bagas adalah lelaki masa lalunya yang sudah ia reset. Mengapa sekarang hadir?

"Bunda?"

Dian menyadari terlalu lama menjawab pertanyaan dari Ana. "Maaf, nak. Iya, ia teman Bunda dahulu."

"Dunia memang sempit ya." Bagas tersenyum. "Aku senang melihatmu bahagia dengan malaikat kecilmu."

"Terimakasih." Dian tersenyum. Ia bersikap biasa. Rasa terkejutnya telah hilang. Dian berdamai dengan masa lalu. "Kami duluan."

Bagas mengangguk. Tampak raut kecewa darinya. Wanita pujaannya dahulu benar-benar sudah melupakannya. Ia bukan lagi lelaki spesial bagi Dian.

Dian dan Ana mulai menaiki perahu. Didampingi oleh satu orang pengayuh. Mereka mengelilingi danau besar yang indah.

"Bunda. Adakah yang ingin bunda sampaikan padaku?" Ana bertanya hati-hati. Walau pun usianya baru 10 tahun, namun ia memang gadis yang cerdas. Ana pandai membaca situasi. Ana menyadari tadi sang bunda sempat tidak nyaman bertemu lelaki itu.

Seperti biasa, Dian tersenyum menanggapi reaksi anaknya.

"Ok, aku paham. Bunda sudah tidak ingin membahasnya lagi ya."

"Ayahmu adalah sosok lelaki terbaik bagi Bunda. Ayah sangat menyayangimu, nak."

Ana mengangguk. "Aku juga sayang Ayah. Apalagi Bunda. Aku sangat sayaaang."

Dian tersenyum. Daun gugur beterbangan tertiup angin. Beberapa mendarat di kerudungnya. Dian kembali terkenang saat suaminya membawa naik perahu untuk pertama kali.

Suaminya tahu betul, saat itu Dian baru saja putus dengan kekasihnya.

Takdir yang menyatukan mereka. Dian tidak berpikir panjang saat ada lelaki lain yang melamarnya. Baginya, restu orangtua sangatlah penting. Namun ia tidak bisa menutupi bahwa hatinya masih terluka. Anehnya, setelah lamaran, calonnya itu malah mengajaknya ke tempat yang ia benci. Tempat yang penuh kenangan buruk dengan masa lalunya.

"Mas, mengapa mengajakku kesini? Aku keberatan."

"Aku tahu hatimu masih belum sepenuhnya bebas."

Dian terkejut. Jadi ia tahu?

"Maaf, Mas. Aku yakin, waktu akan menghapus semuanya."

Lelaki berbadan tegap itu menggeleng, "Tidak! Selama apa pun waktu yang kamu lalui nanti, tidak akan mengubah apa-apa. Karena kunci dari semuanya adalah di sini," ia menunjuk dadanya.

"Bolehkah Mas menyarankan sesuatu?"

Dian mengangguk lemah.

"Lakukan reset dalam hatimu. Berdamailah dengan masa lalumu. Setelah kamu berhasil reset, maka restart bersamaku."

Kalimat panjang sang suami masih Dian ingat. Ia bersyukur karena telah melalui reset. Kalau pun masa lalu itu hadir, maka hanya akan sebatas hadir dan berlalu. Reset membuatnya ringan dalam menjalani takdir. Dian pun berjanji untuk menggunakan reset hanya satu kali dalam hidupnya. Saat sang suami meninggal, Dian akan terus hidup bersama kenangannya. Baginya, cinta sejati akan terus ia pegang. Dian ingin berkumpul lagi bersama sang suami di surgaNya kelak.

Dian menatap Ana yang asyik menikmati pemandangan danau. Suatu hari nanti, ia akan mengajarkannya pada Ana. Satu rahasia hidup dari ayahnya. Hanya satu kata saja, yaitu reset.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post