Rok Merah dari Bapak (Part 7)
Tantangan Menulis Hari Ke -47
#TantanganGurusiana
"Mak, tadi Atik nanya roknya," kataku pada Umak sehabis makan siang. Umak sedang melipat mukena yang baru dipakainya.
"Kan baru dicuci. Disetrika dulu baru dikembalikan."
"Mak,"
"Ya,"
Aku ragu. Umak menunggu.
"Buat lomba di kabupaten pinjam rok Atik lagi?" Akhirnya keluar juga resahku.
"Lihat nanti," kata Umak sambil berdiri. Sorot matanya menyimpan sesuatu. Pertanyaan di benakku pun tak jadi kulontarkan. Pikiran tentang rok siapa lagi yang bisa dipinjam aku buang jauh-jauh.
Esoknya di sekolah. Atik berdiri di pintu kelas bergerombol bersama teman-teman lain. Aku teringat roknya yang belum disetrika.
"Atik, maaf. Rokmu belum disetrika. Kata Umak nanti baru mau disetrika." Aku langsung minta maaf sebelum ia bertanya duluan. Atik tak bereaksi.
"Pinjam itu nggak boleh lama-lama. Tuh Atik pake rok lama jadinya" sambut Gina yang berdiri menyandar ke dinding di sisi pintu. Jengah, aku pun buru-buru masuk.
Bel jam masuk berdentang. Pelajaran matematika dimulai. Bu Rongga menuliskan rumus-rumus di papan tulis lalu asyik menjelaskan. Aku memandang kosong ke arah papan tulis. Ekor mataku menangkap Atik dan Gina yang duduk semeja di bangku depan asyik berbisik-bisik sambil sesekali melirikku yang duduk di baris bangku nomor dua di lajur yang berbeda. Perasaanku tak enak. Bolpoin kuputar-putar di atas kertas berisi rumus-rumus. Angka-angka itu di mataku seperti menari-nari. Ah hari ini rok Atik harus dikembalikan.
Bel istirahat pun berbunyi. Kuhembuskan desah lega terbebas dari pelajaran matematika. Gemuruh tapak-tapak kaki melangkah setengah berlari dan riuh suara terdengar dari luar kelas. Dalam hitungan detik setelah Bu Rongga menghilang dari pintu, hampir seisi kelas telah menghambur keluar.
"Nurul, kita latihan pulang sekolah," kata Bu Nisma saat aku berpapasan di teras kelas.
"Ya, Bu," jawabku takzim.
"Kasih tahu Filda dan Ahmad," ujar Bu Nisma sambil bergegas ke arah kantor guru.
Di siang yang terik itu kami pun berlatih. Bu Nisma menirukan beberapa gerakan tambahan saat kami menyanyi. Ahmad terlihat enggan dan malu saat harus banyak bergerak. Bu Nisma beberapa kali menyemangati. Ahmad garuk-garuk kepala. Guru Bahasa Indonesia kami itu pun menyerah saat menyadari betapa canggungnya gerakan Ahmad. Akhirnya hanya aku dan Filda yang diberi tambahan koreografi.
Sore hari selepas Ashar Umak berangkat ke rumah Atik. Rok merah Atik sudah disetrika. Tadinya aku mau ikut. Tapi film kartun kesayanganku akan segera tayang. Cepat-cepat tumpukan piring kucuci. Kakak perempuanku pun seperti biasa menjerang air dan memasak nasi. Habis mandi dan sholat aku duduk manis di depan televisi. Bapak yang baru pulang dari masjid mengusap-usap kepalaku sambil lewat. Aku tau Bapak bangga aku dan tim vokal grup sekolah akan berangkat mewakili kecamatan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang sangat menarik dengan rangkaian kata yang berpadu serasi
Ahh...crya yg sng syahdu, Buu...sprti ikut lrut sy dlm crta Ibu. Hebat.
Terimakasih Bu
Terimakasih Bu
Terimakasih Bu
Terimakasih Bu
Terimakasih Bu