Nurmalia Siregar

👤Guru bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Tambang Jl. Bupati Kec. Tambang kab. Kampar Provinsi Riau . 📝Menulis di akun media sosial: ✔Instagram ▶...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jangan Membangun Rumah Besar;  Nanti Menyesal!

Jangan Membangun Rumah Besar; Nanti Menyesal!

Berlomba-lomba membangun rumah besar dan megah adalah fenomena sosial yang terjadi saat ini. Keluarga-keluarga berpunya tak segan-segan untuk merogok kocek ratusan juta hingga milyaran rupiah untuk membangun rumah besar, mewah dan megah. Sebenarnya hal tersebut sah-sah saja, memiliki tempat tinggal yang nyaman dan besar merupakan hak setiap orang. Bukan sesuatu yang melanggar norma, lagipula mereka membangun rumah mereka dengan uang hasil jerih payah mereka sendiri.

Namun coba bayangkan, untuk apa membangun rumah besar padahal jumlah anak tidak lebih dari 2-3 orang? Tidakkah itu sesuatu yang mubazir dan berlebihan?

Disini saya ingin sedikit berbagi cerita. Dahulu ketika baru saja menikah, saya dan suami berencana untuk memiliki banyak anak. Oleh karena itu kami pun mempersiapkan tempat tinggal yang besar dengan kamar-kamar dan ruangan-ruangan yang besar agar anak-anak kami nantinya bisa hidup dengan nyaman.

Alhamdulliah, kami pun dikaruniai Allah Azza wa Jalla empat anak laki-laki. Ketika anak-anak masih kecil, anak-anak tidak mau tidur di kamarnya masing-masing sehingga kami sekeluarga tidur sekamar. Saya maklum, mungkin mereka masih membutuhkan kami ketika mereka terbangun di tengah malam.

Namun hal ini berkelanjutan, ketika anak-anak telah duduk di bangku Sekolah Dasar, mereka tetap tidak mau tidur di kamar sendiri. Bahkan sampai lulus SD, mas Ega, si sulungku masih tetap tidur di kamar emaknya. Faiz, si nomor dua pun demikian, hingga kini tidak mau tidur sendirian di kamarnya dengan alasan takut.

Lulus dari Sekolah Dasar si Sulung pun meninggalkan rumah untuk melanjutkan pendidikannya ke pondok. Pondok tempatnya menimba ilmu mengizinkan santrinya pulang ke rumah sehari dalam sebulan yakni di akhir bulan. Ketika pulang si Sulung tidak mau tidur sendiri. Bahkan ketika libur panjangnya, dia tetap bersikeras untuk tidur di kamar emaknya, padahal dia sudah kelas 3 SMP dan sebentar lagi akan masuk SMA.

Alhasil, hingga kini kamar-kamar berukuran besar di lantai dua yang telah kami sediakan untuk mereka tak pernah ditempati. Karena sudah hampir 3 tahun ini tidak mempunyai asisten rumah tangga, maka saya sendirilah yang harus menyapu dan mengepelnya. Hal ini menyebabkan saya kelelahan akibat naik turun tangga untuk membersihkannya.

Dengan banyaknya pekerjaan rumah tangga lainnya yang harus saya kerjakan, kamar-kamar hanya sanggup saya bersihkan sekali sebulan ketika sudah sangat kotor dan penuh debu. Lagipula saya sudah terlalu lelah dan kehabisan tenaga untuk membereskan rumah setelah hampir seharian mengajar di sekolah.

Sebenarnya rumah ini memiliki history dan kenangan yang tak terlupakan, karena di rumah inilah anak-anak dibesarkan, namun daripada mubazir dan saya sendiripun tak sanggup merawat dan membersihkannya maka saya berniat menjualnya.

Saya sudah memasang iklan penjualan rumah di beberapa media jual beli online namun hingga sekarang belum ada yang meresponnya dengan positif.

Saya pun berencana untuk membeli rumah yang sederhana dan tidak terlalu besar dengan 3 kamar yang tidak terlalu luas.

Di sini saya ingin memberi sedikit masukan bahwa membangun rumah yang terlalu besar adalah sebuah kemubaziran. Menurut pengalaman saya, lebih baik membangun rumah sederhana dengan jumlah kamar dan ruangan yang tidak terlalu banyak. Sebab kelak ketika anak-anak telah bersekolah, bekerja dan kemudian menikah rumah akan menjadi kosong dan lengang. Tinggallah sepasang suami-istri yang sudah menua dengan tubuh yang semakin lemah. Jangankan untuk membersihkan rumah besar, mengurus diri sendiri saja sudah tak mampu lagi dan membutuhkan bantuan orang lain.

Pada akhirnya rumah besar itu menjadi begitu dingin dan lengang. Rumah besar itu membeku dan hampa, terperangkap dalam sunyi yang paling senyap. Dan sepasang suami-istri tua dan lemah tak berdaya tinggal di sana hanya berkawan sunyi dan bersahabat dengan sepi.

.

.

📝Nurmalia Siregar

Pekanbaru, 13.12.2018

Thursday, 07.00 AM

______________________

Note: tulisan ini saya buat hanya untuk berbagi pengalaman saja. Tidak ada maksud apa-apa. Gambar rumah di atas bukanlah gambar rumah saya, gambar itu saya dapatkan dari mbah gugel.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rumah besar, tak dimungkiri menjadi mimpi setiap orang. Takhanya siapkan kenyamanan untuk keluarga terkasih, tapi bukti nyata kemapanan secara finansial sang pemiliknya terkadang kita lupa, sang buah hati akan terbang bersama kepak sayap pasangannya. Akhirnya meninggalkan sepasang merpati kembali berdua, di dalam rumah besarnya. Seiring buah hati beranjak dewasa, tempuh pendidikan ataupun mulai asyik dengan dunianya, rumah besar mulai mendingin dan pudar kehangatannya. Ditambah usia orangtua kian menua, taksanggup lagi bersihkan yang ada, maka rumah besar semakin tak bernyawa, sunyi dan sepi melanda. Seperti museum tua yang sesekali di jenguk kala liburan tiba. Terimakasih Bunda Nurmalia. Tak peduli sebesar apapun rumah kita, tak peduli sekecil apapun rumah kita, cinta yang besar akan membuatnya selalu ramai penuh warna. Baiti jannati.

13 Dec
Balas

Benar bunda, anak-anak takkan selamanya menjadi milik kita, kita menjadi sentral dan rotasi kehiduapan mereka hanya ketika mereka masih kanak-kanak. Ketika mereka beranjak remaja dan memdewasa, mereka akan mengepakkan sayap terbang tinggi untuk meraih cita-cita dan menciptakan kehidupan mereka sendiri. Sampai disitu, tugas kita mengasuh dan membesarkan mereka selesai sudah, namun keberadaan kita sebagai orang tua hanyalah sebagai pemberi nasehat dan penunjuk jalan. Semoga kelak, ketika mereka telah memiliki keluarga sendiri, mereka akan meluangkan banyak waktu untuk mengunjungi orang tuanya dan tetap menjadikan rumah ini sebagai tempat mereka berkumpul kembali. Sukses terus bunda. Syukron atas atensi dan apresiasi bunda yang luar biasa cetar membahana ini. Barakallaah ❤

13 Dec

Rumah saya tidak besar bunda, sebelum Hasna lahir kami sudah merasakan sepinya hanya berdua di rumah. Dan nanti ketika Hasna sudah dewasa mungkin kami pun akan kembali merasakan hal yang sama. Barakallah bunda

14 Dec
Balas

Sepakat Bunda Nurma....lebih baik tentu secukupnya saja.Seperti rumah orang tua kita, ketika semua anaknya pergi tinggallah ayah dan ibu berdua saja. Rumah besar pun menjadi begitu sunyi ( jadi baper ). Makasih tulisan yang mencerahkan. sehat n sukses Bund..barakallah

13 Dec
Balas

Benar bunda, ketika anak-anak sudah memiliki keluarga masing-masing, maka akan balik modal alias kembali berdua lagi seperti di awal pernikahan. Sehat dan sukses terus bunda Marlupi. Barakallaah ❤

14 Dec

Rumah besar menyimpan sejuta misteri yah Bund, untung tak punya rumah besar, sukses selalu dan barakallah

13 Dec
Balas

Benar bunda Siti, rumah besar menyimpan sejuta misteri dalam kabut sunyi yang paling sepi. Saya juga ingin punya rumah yang kecil saja. Sehat dan sukses terus bunda Siti. Barakallaah ❤

13 Dec

Benar bun,rumah saya kecil tapi terasa lengang tinggal sendiri karena anak-anak pada kos. Terimakasih sharinya, barakallah.

13 Dec
Balas

Iya, bunda. Ketika masih anak-anak kecil, rumah ramai tingkah pola mereka. Ketika mereka remaja, hanya tinggal berdua ditemani sunyi yang paling sepi

13 Dec

Iya, bunda. Ketika masih anak-anak kecil, rumah ramai tingkah pola mereka. Ketika mereka remaja, hanya tinggal berdua ditemani sunyi yang paling sepi. Semoga selalu sehat dan makin sukses bunda. Barakallaah ❤

13 Dec

Saya malah tidak punya rumah Bunda Nurmalia....cuma dititipin rumah sama mertua. Memang untuk keluarga kecil kami terlalu besar. Betul yang Bunda katakan untuk membersihkan rumah besar membutuhkan energi yang besar juga..menyapu....mengepel dll...Tulisan yang menginspirasi...Terimakasih Bunda Nurmalia...

13 Dec
Balas

Alhamdulillah, bunda Rini sudah punya tempat tinggal yang nyaman. Menurut saya, selain lelah membersihkannya, rumah besar juga terasa kurang hangat. Semoga bunda Rini selalu sehat dan makin sukses. Barakallaah ❤

13 Dec

Benar bund Nurmalia , saya juga punya anak empat orang anak dan mereka takut tidur dikamar yang telah disediakan untuk masing-masingnya. Malahan kadang kami sering ngumpul tidur bersama diruang tengah. Besar kecilnya tak jadi patokkan yang penting dihati kita, baiti jannati ya kan bund, salam Literasi, barakallah.

13 Dec
Balas

Tepat bunda Suryani, yang penting hati kita, jika hati lapang, rumah sekecil apapun menjadi lapang. Oh ya, enak bunda tidur sama anak-anak, puas-puaskan saja, nanti setelah mereka dewasa, kita akan merindukan momen-momen kebersamaan itu. Terimakasih atas kunjungan dan apresiasi bunda. Semoga selalu sehat dan makin sukses. Barakallaah ❤

13 Dec

Rumahku tidak besar tapi penghuninya banyak, Bu. Seiring berjalannya waktu si sulung di asrama. Sebentar lagi adikknya urutan... Mksh, tipsnya, Bu Lia. Sehat dan berkah utk ibu dan keluarga...

13 Dec
Balas

Alhamdulillah, enak bunda, hangat dan penuh kekeluargaan. Saya sebenarnya ingin anak banyak, tapi hanya dikaruniai empat saja, itu pun 2 anak sebentar lagi akan tinggal di asrama, makin sepi rumah saya. Semoga selalu sehat dan makin sukses bunda. Barakallaah ❤

13 Dec

Tampak di mata, punya rumah besar sangat menyenangkan, tenyata kebalikannya. Terimakasih atas sharing pengalamannya bunda. Sukses buat bunda.

13 Dec
Balas

Benar ukhty, terkadang apa yang terlihat indah, pada kenyataannya malah tidak indah. Sebab itu jangan jangan percaya pada tampilan, lihat lah ke dalam. Sehat dan sukses terus ukhty. Barakallaah ❤

13 Dec

Benar bunda, ketika orang tua semakin lanjut usia, anak-anak beranjak remaja dan mendewasa, pada akhir mereka tinggal berdua saja. Rumah lengang dan senyap. Ruangan-ruangan kosong tak berpenghuni, hanya berteman sepi bersahabat dengan sunyi. Sukses bunda Barakallaah

13 Dec
Balas

Masyaallaah, setuju ukhty, pada akhirnya akan tinggal berdua seperti awal pernikahan. Yang penting hati penghuninya lapang dan hangat, maka rumah sesederhana apapun akan membuat bahagia Syukron atas kunjungan dan apresiasi ukhty. Sehat dan sukses terus ukhty Hasna. Barakallaah ❤

14 Dec

Benar bunda. Saya melihat di lingkungan sekitar saya, banyak rumah besar yang sunyi tak berpenghuni. Sebelum membangun rumah, harus banyak pertimbangan dahulu. Sukses bunda

13 Dec
Balas

Saya juga melihat seperti itu pak. Rumah besar namun nyaris tak berpenghuni, sunyi dan sepi. Terimakasih atas kunjungan dan apresiasi Pak Andrian.

13 Dec

Saya juga melihat seperti itu pak. Rumah besar namun nyaris tak berpenghuni, sunyi dan sepi. Terimakasih atas kunjungan dan apresiasi Pak Andrian. Semoga selalu sehat dan makin sukses. Barakallaah

13 Dec

Benar bunda, rumah yang secukupnya saja, tidak terlalu besar san mewah namun tidak terlalu sempit .. Terimakasih sudah berbagi pengalaman bunda. Sukses buat bunda. Barakallaah

14 Dec
Balas

Masyaallaah, setuju ukhty, yang penting hati penghuninya lapang dan hangat, maka rumah sesederhana apapun akan membuat bahagia Syukron atas kunjungan dan apresiasi ukhty. Sehat dan sukses terus ukhty Dzaskia. Barakallaah ❤

14 Dec

Benar bunda, gengsi sosial adalah faktor utama. Tulisan bunda bikin introspeksi diri, makasih bun..

21 Dec
Balas

Begitulah fenomena sosial saat ini bunda, berlomba-lomba membangun rumah megah dan mewah hanya untuk sekedar menunjukkan gengsi dan eksistensi. Sehat dab sukses terus bunda. Barakallaah ❤

24 Dec

Zaman sekarang orang-orang membangun rumah besar dan megah bukan karena kebutuhan namun untuk menaikkan prestige atau gengsi. Sukses bunda.

14 Dec
Balas

Masyaallaah, terimakasih sudah merespon dan mengapresiasi tulisan receh ini. Semoga tulisan ini bermanfaat. Sehat dan sukses terus pak Damian. Barakallaah

14 Dec

Saya juga melihat orang-orang berlomba-lomba membangun rumah megah meskipun anggota keluarganya kecil untuk menunjukkan kepada dunia keberpunyaan mereka. Sukses bunda.

14 Dec
Balas

Masyaallaah, terimakasih sudah merespon dan mengapresiasi tulisan receh ini. Semoga tulisan ini bermanfaat. Sehat dan sukses terus pak Rangga. Barakallaah

14 Dec

Biarpun rumah saya tidak besar..Alhamdulillah...saya merasa lebih besar kehangatan isinya....sukses ya Bun....

13 Dec
Balas

Biarpun rumah saya tidak besar..Alhamdulillah...saya merasa lebih besar kehangatan isinya....sukses ya Bun....

13 Dec
Balas

Biarpun rumah saya tidak besar..Alhamdulillah...saya merasa lebih besar kehangatan isinya....sukses ya Bun....

13 Dec
Balas

Biarpun rumah saya tidak besar..Alhamdulillah...saya merasa lebih besar kehangatan isinya....sukses ya Bun....

13 Dec
Balas

Masyaallaah, benar bunda, yang penting hati penghuninya lapang dan hangat, maka rumah sesederhana apapun akan membuat bahagia Syukron atas kunjungan dan apresiasi bunda. Sehat dan sukses terus bunda. Barakallaah ❤

14 Dec

Tulisannya bagus. Memberi pencerahan dan menginspirasi.

14 Dec
Balas

Masyaallaah, terimakasih atas kunjungan dan atensi bunda Debby. Saya senang jika tulisan ini bermanfaat. Sukses bunda.

14 Dec

Ulasannya mantap bun.

14 Dec
Balas

Masyaallaah, terimakasih atas kunjungan dan atensi pak Julian. Sukses Pak.

14 Dec

Tulisan bunda mantap

17 Dec
Balas

Masyaallaah, syukron atas kunjungan dan atensi bunda. Sehat dan sukses bunda. Barakallaah ❤

24 Dec

Bagus tulisan bunda

18 Dec
Balas

Masyaallaah, syukron atas kunjungan dan atensi bunda. Sehat dan sukses bunda. Barakallaah ❤

24 Dec

Keren ulasan bunda

20 Dec
Balas

Masyaallaah, syukron atas kunjungan dan atensi bunda. Sehat dan sukses bunda. Barakallaah ❤

24 Dec



search

New Post