Sering kisah tentang perjalanan hidup seorang manusia, pastilah ia punya episode tentang cinta. Mungkin durasinya lebih kuat terkenang sebab memori yang mengandung emosi acapkali lebih kuat tertanam.

Kisahku dulu tentang cinta mungkin tak sepertimu. Aku mencari sendiri artinya dengan mengikuti jalan yang tak semestinya. Saat itu, aku pikir cinta hanya soal perasaan yang timbul akibat intensitas interaksi yang berlebihan. Tapi, kenapa pada akhirnya aku merasa bosan? Adakah benar cinta itu berdurasi?

Lalu sepanjang jalan kelam itu, aku memaknai cinta hanya dengan kebersamaan dan perhatian. Cinta itu bisa tumbuh jika intensitas bertemu kian bertambah. Tapi sayangnya, bukan cinta yang aku dapat. Melainkan bertambahnya maksiat yang kian menguat.

Aku pun berhenti mencari arti cinta dengan cara coba-coba. Mulai aku pelajari lewat membaca buku tentangnya. Lalu aku menemukan hidayahNya bahwa cinta yang aku cari hanya ada kelak setelah pernikahan terjadi. Bagaimana nasibku sebagai anak sekolahan saat itu ketika memahaminya?

Yang bisa aku lakukan ialah berkomitmen pada diri untuk kembali memurnikan cinta dari hitamnya noda yang dulu sempat menghinggapi. Lalu belajar kembali arti cinta dari mencintai Allah Robbul 'alamin yang menjadi sumber segala cinta.

Bagaimana bisa ada kemaksiatan dalam cinta jika kita tau bahwa sumber cinta kita ialah Allah Azza wa Jalla Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maka diperjalanan cinta ini, aku hanya ingin menuliskan segala rasa syukur atas nikmat penjagaan Allah Ta'ala atas diriku saat ini. Sebab dari perjalanan ini aku jadi belajar bahwa cinta adalah anugerah istimewa yang tak sembarang orang bisa mendapatkannya.

Diperjalan cinta menuju RidhoNya, aku hanya ingin menumbuhkan rasa cinta kepadanya yang juga sedang berjibaku menjaga taat dan menjaga hati untuk senantiasa menempatkan Allah di atas segalaNya.

Siapakah dia? Tak perlu menduga. Sebab sekenarioNya seringkali tak terduga. Mari kita jalani saja hidup ini dengan terus menumbuhkan rasa cinta kepada Allaah Azza wa Jalla, Rosulullah shollallahu Alaihi Wasallam orang tua, saudara, sahabat serta teman-teman.

Note: bukan kisah nyata, hanya sebuah cerita. Semoga menginspirasi. Didedikasikan kepada seluruh jomblo fisabilillah