Perempuan berwajah teduh itu telah berkali-kali dicabik tajamnya belati cobaan. Ganasnya gelombang ujian kerapkali mengombang-ambingkan dirinya hingga kemudian menghempas dan menenggelamkannya ke lautan terdalam.

Dan kini, Ia pun tengah ditoreh luka, didera lara dan dihempas nestapa, namun sepedih apapun belati kehidupan melukainya, sedalam apapun luka menganga di hatinya kini ia mulai membenahi diri; mengumpukan serpihan sayapnya yang remuk dan patah.

Kerapkali hatinya bertanya;

Jika ia semakin hanyut dan tenggelam dalam kesedihan seperti ini; lalu siapa yang akan kembali menyatukan serpihan sayap-sayapnya yang remuk dan patah? Jika bukan dirinya sendiri.

Seringkali hatinya dihantam beribu tanya; Apakah mungkin ia hanya berdiri sampai disini dan berhenti untuk tidak kembali membangun tekad dan meneguhkan hati untuk kembali melangkah menuju arah yang akan ditempuhnya?

Bagaimanakah akhirnya?

Ia akan terus mempertanyakan hingga waktu membuatnya kembali bangkit.

Ia telah berhenti berkeluh kesah. Air matanya pun kini telah mengering. Bahkan segunung duka dan sesamudera lara itu tak lagi terbaca di kedua netranya.

Dengan segenap keyakinan dan seluruh kemampuan ia pun bangkit menyatukan kembali serpihan-serpihan harapan yang telah hancur berkeping-keping berserakan di beranda hatinya. Ia mulai merajut kembali asa yang sempat hancur lebur hingga sirna selayaknya debu. Ia bertekad menganyam kembali harapan yang pernah musnah oleh rentetan peristiwa pahit yang tak henti-henti menerpanya.

Ia pun menyadari untuk kembali memulangkan seluruh kehidupannya kepada yang seharusnya; genggaman kuat dari Rabb Semesta, Sang Pencipta jagad raya. Ia akan kembali terbang dengan mimpi-mimpinya, menuju keridhoan Rabbnya.

Nurmalia Siregar

Pekanbaru, 07.02.2020

Saturday, 05.00 PM

Dedicated to my friend.