Sains dalam Literasi
Pengertian Kemampuan Literasi Sains secara pemahaman kata, adalah kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Namun dalam konteks yang lebih luas literasi dapat diartikan sebagai kemampuan melek teknologi, politik, berfikir kritis dan peka terhadap lingkungan. Dalam pembelajaran sains sering kita menemukan seorang anak yang memiliki kemampuan menguasai konsep matematika dengan baik, namun ketika dihadapkan dengan permasalahan di dunia nyata anak tersebut tidak siap menyelesaikannya dengan ilmu pengetahuan yang di dapatnya karena kurang menguasai kemampuan bernalar dan kecakapan berfikir.
Ketika melaksanakan proses pembelajaran sains di kelas, siswa banyak di tuntut untuk melakukan aktivitas belajar yang merangsang siswa dapat berfikir kritis, melakukan kegiatan yang dapat memamahami konsep sains, banyak melakukan pengamatan, melakukan kegiatan percobaan, menyimpulkan suatu hasil percobaan maupun melakukan kolaborasi dengan siswa lain dalam membangun kemampuan kooperatif siswa di sekolah.
Terdapat 5 komponen proses sains dalam penerapan literasi dalam pembelajaran, yaitu :
1. Membuat pertanyaan ilmiah, yaitu : menyusun atau menjawab pertanyaan ilmiah dengan mengidentifikasi pertanyaan ilmiah.
2. Mengidentifikasi bukti ilmiah, yaitu : suatu kegiatan identifikasi untuk mengumpulkan bukti menjawab pertanyaan sains dalam suatu penyelidikan sains.
3. Menarik Kesimpulan, yaitu : kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari kesimpulan itu.
4. Mengkomunikasikan Kesimpulan, yaitu : Mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang ditarik dari bukti yang ada.
5. Mendemonstrasikan konsep sains, yaitu : Kemampuan menggunakan konsep sains dalam situasi kehidupan nyata.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk memahami konsep pembelajaran literasi dalam pembelajaran fisika adalah melaksanakan pembelajaran dengan menghubungkan konsep fisika dalam aplikasi proses sains di kehidupan nyata siswa. Misalnya dapat saja memberikan pertanyaan sederhana seperti " Mengapa pengikat rel ke bantalan rel ketera api harus terbuat dari bahan yang elastis dan tidak mudah pecah?" dan guru memotivasi siswa dengan memberikan penjelasan bahwa memberikan jenis pengikat rel yang elastis dimaksudkan untuk meredam getaran pada frekuensi tinggi yang diakibatkan oleh kereta api yang bergerak diatasnya. Untuk selanjutnya siswa diajak mencari referensi tentang Konstruksi Rel Kereta Api, boleh secara browsing di internet ataupun membaca buku referensi tentang materi tersebut.
Demikian artikel ini ditulis melanjutkan tulisan Kemampuan Literasi Sains pada Pembelajaran Fisika.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bantalan rel yang terbuat dari beton lebih banyak keuntungannya dari bantalan rel yg terbuat dari kayu karena lebih tahan lama. Namun bantalan beton harus lolos dari uji tarik ataupun uji dinamis berdasarkan Standart yang sudah di tentukan. Termasuk kemampuan beton tersebut untuk mampu meredam getaran yang ditimbulkan oleh kereta api.
Bantalan rel sekarang terbuat dari beton . Apakah bahan itu bagus utk meredam getaran
Bantalan rel sekarang terbuat dari beton . Apakah bahan itu bagus utk meredam getaran