Cara untuk bangkit dari kegagalan
Jangan Pernah Berhenti Kawan!
Bicara soal kegagalan, siapa sih yang mau mengalami kegagalan. Pasti ga ada.
Sudah capek-capek nyiapin, sudah capek-capek mengerjakan, meluangkan waktu, menunda tidur dan banyak banget pengorbanan-pengorbanan lain. Tapi hasilnya tidak sesuai. Gagal total.
Rasanya tentu ada yang berkecamuk dalam diri. Kita mulai nanya pada diri sendiri, “kita sebenernya bisa ga sih?” “mampu ga sih?” “Kenapa gagal ya?” dan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan lain yang intinya adalah bikin kita ga nyaman. Bukan cuma ga nyaman tapi juga jadi cemas dan takut.
Tapi saya kasih tau nih, kegagalan itu satu-satunya hal yang bakal bikin kita makin bisa ningkatin kemampuan. Jauh jika dibanginkan ketika kita mengalami kesuksesan.
Kok bisa?
Iya, karena dengan kegagalan kita bakal dituntut buat merombak banyak hal yang sudah kita bangun. Revisi total istilahnya. Dan tentu saja revisi total itu lagi-lagi melelahkan. Membuat kita frustasi dan takut kembali untuk mengalami kegagalan.
Saya belum lama ini mengalami banyak kegagalan dalam bisnis dan juga karir kreatif.
Menjadi penulis itu ga gampang, apalagi jadi pebisnis tulisan. Sulitnya gila men. Karena kita tidak hanya harus punya banyak topi peran, tapi juga harus bisa bertindak cepat mengambil keputusan bagaimana harus mengembangkan perusahaan, kemudian produktif, dan tentu saja menghadapi permintaan revisi dari klien.
Yang bagian terakhir itu yang saya yakin kalian sering mengalaminya. Revisi, revisi, dan revisi. Belum lagi kalau ternyata tulisan dan karya kalian dianggap belum layak untuk tayang di media, atau di publikasi tertentu. Uh sakitnya bangett.
Saya mau ga mau harus banyak instrospeksi lagi terkait karir ini. Apa yang seharusnya saya lakukan. Mengapa gagal? Apa yang kurang ya. Rasanya campur-campur. Antara sedih, gemas dan tentu saja marah.
Tapi saya harus sadar kalau kegagalan adalah bentuk dari respon yang baik. Bisa jadi saya gagal karena terlalu nyaman dengan situasi sebelumnya. Situasi yang sempat membuat saya tidak banyak belajar dan berlatih.
Dalam hal membangun kemampuan dan menghadapi kegagalan tentu kita harus belajar dari para atlet. Mereka itu harus menghadapi kegagalan hampir setiap latihan. Di latihan itulah kegagalan terus menerus dilakukan sampai akhirnya bisa mencapai kesuksesan dalam latihan.Tapi latihan itu hanya semacam ruang bermain. Pertunjukan sesungguhnya tentu saat ada di depan sorotan. Bisa berbentuk kompetisi, bisa berbentuk momen penentu dan sebagainya. Jika kita udah nyiapin diri, kemungkinan berhasil tentu saja meningkat.
Sayangnya nih, kegagalan masih bisa terjadi lho. Jadi jangan keburu jumawa ketika udah belajar, ketika udah latihan kemudian yakin banget akan sukses. Ini jebakannya.
Dengan latihan kita cenderung terlalu percaya diri akhirnya tidak hati-hati dan lengah. Kita itu diakui atau tidak, terlalu mudah untuk menggampangkan sesuatu. Ngeremehin, tapi kita ga mau diremehin. Saat gagal malah nyalahin orang lain, cari kambing hitam. Padahal ya yang salah atau kurang mampu itu kita sendiri. Nah, yang gini ni namanya sombong kebangetan.
Jangan sampai deh punya etos kaya gitu.
Padahal, ada banyak hal yang bisa dilakuin buat menebus kegagalan yang kita alami dari pada menyalahkan situasi dan keadaan. Apa aja cara untuk kembali bangkit dari kegagalan?
1. Terima situasiHadapi kenyataan bahwa kita sudah mengalami kegagalan. Kegagalan yang kita alami itu nyata dan jangan pernah untuk tidak mengakuinya. A it. Dengan menerimanya dengan lapang dada maka kita bakal siap untuk melakukan evaluasi diri.
“Always acknowledge a fault. This will throw those in authority off their guard and give you an opportunity to commit more.” — Mark Twain -
2. Lampiaskan emosi sesegera mungkinKetika kita gagal, kita akan merasakan emosi yang sangat tinggi. Emosi itu bisa berbentuk macam-macam, yang paling umum adalah sedih dan kemarahan. Emosi-emosi ini harus sesegera mungkin dilampiaskan dalam bentuk apapun yang kamu bisa.
Misalnya teriak-teriak, menangis, menyanyi, memasak, menggambar atau bahkan menulis.
Jujur, tulisan ini adalah bentuk pelampiasan saya saat mendapatkan informasi kalau tulisan yang saya submit ke salah satu senior pelaku ahensi gagal diterima dan saya ga lagi dapet kesempatan untuk mengirimkan naskah ke beliau. Itu artinya kesempatan untuk berkarya pada beliau telah tertutup saat ini. Kecewa sekali pastinya
Jadi, jangan pernah kabur dari emosi karena kegagalan. Jangan pernah tidur usai merasakan emosi yang memuncak. Karena dengan tidur, kamu bakal menghabiskan banyak waktu dan ga nuntasin kebutuhan psikologi kita untuk melepaskan sesaknya jiwa.
Lampiasin dulu, baru ketika kelelahan baru istirahat.
3. Evaluasi dan buat perencanaanSetelah melampiaskan emosi, kamu mulai bisa berpikir jernih. Mulai bisa mengatur nafas. Di tahap ini kamu perlu untuk melakukan evaluasi apa yang mungkin bisa diperbaiki. Apa yang harus dibangun dan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Buat sedetil mungkin. Tips sedikit dari saya, waktu evaluasi diri sebisa mungkin jangan pernah melakukan penolakan ataupun sensor. Tulis selengkap-lengkapnya.
Cara yang cukup efektif menurut saya adalah dengan bermain peran ibarat kita menjadi orang lain yang sedang menasehati kita.
Penyampaiannya pun bisa beragam, bisa lewat tulisan seperti surat pada diri sendiri. Ataupun dengan melakukan percakapan imajiner.
4. Lakukan tindakan perbaikan dari yang paling sederhanaDari hasil evaluasi yang sudah kamu lakukan. Selanjutnya adalah take action. Jangan ditunda-tunda untuk melakukan perbaikan. Lakukan hal paling sederhana yang bisa lakukan, yang kamu anggap sebagai bentuk perbaikan.
Misalnya, tidak tidur larut malam. Sering kali ketika kita mengalami stres dan frustasi, pola tidur adalah salah satu yang paling terpengaruh. Ya kan?
Nah mulai sekarang kamu harus bisa memperbaiki pola istirahat dengan baik. Bisa jadi kemampuanmu menurun karena kamu kurang tidur dan akhirnya mempengaruhi kualitas kerja otak.
Padahal kinerja otak itu penting banget apalagi kalau kamu bekerja di bidang kreatif yang menuntut kerja otak secara maksimal.
Perbaiki kebiasaanmu mulai dari sekarang dan lakukan secara konsisten.
5. Buat program latihan yang baruHapus semua program latihanmu yang lama kemudian buat dengan program latihan yang baru. Program latihan yang baru yang mungkin benar-benar berbeda dengan sebelumnya.
Semakin menantang latihannya, semakin bisa membuatmu meningkatkan kualitas diri. Dan kamu saja akan lebih banyak mengalami kegagalan. Dan itu bagus!
Lebih baik mengalami kegagalan ketika latihan dari pada harus gagal di momen penting yang menentukan.
Coba renungkan.
Kamu pasti punya kan film favorit yang selalu ingin kamu tonton? Tahukah kamu kalau para aktor di film itu menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk berlatih naskah yang akan mereka perankan di depan kamera. Durasi aktingnya pun mungkin hanya berlangsung beberapa menit atau bahkan detik!
Muaro Sijunjung
17/06/2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar