AKHIRNYA DIA PERGI JUGA
AKHIRNYA DIA PERGI JUGA
Dua bulan sudah suamiku dirawat di rumah sakit,saat ini sudah mulai berangsur pulih,dan sudah boleh berobat jalan,itu artinya aku dan suamiku sudah boleh pulang,aku dan suamiku sudah tidak sabar bertemu dengan buah hati kami,pasti mereka juga sudah rindu sekali bertemu papa,dan mamanya.
Walau sudah boleh pulang, suamiku belum masuk kantor ,karena kakinya belum boleh di injak sepenuhnya,jadi kalau berjalan masih dibantu tongkat,meski belum bisa ngantor,lumayan bisa ngumpul dengan anak-anak.
Kepulangan aku dan suamiku,membuat kedua buah hati kami gembira,mereka sangat rajin belajar,walaupun masih kecil-kecil mereka sudah rajin solat dan mengaji,”Berangkat ya ma,pa!”sambil mencium tanganku dan suamiku,”Ya,nak hati-hati!”jawab kami serentak,melihat mereka yang sedang lucu-lucunya membuat sebagian rasa letihku hilang.
Hari itu suamiku merasa tidak enak badan,tepat nya hari minggu,aku meraba kening dan badannya memang terasa panas, aku membawa beliau ke rumah sakit,setelah diperiksa dokter menyarankan agar suamiku dirawat.Selama dirawat aku dan suamiku banyak ngobrol untuk mengisi kejenuhan,dalam obrolan itu banyak kata-kata yang menurutku waktu itu biasa saja,misalnya waktu itu dia melihat anting yang aku pakai,lalu suamiku menyuruhku untuk membuka anting itu,”Aik,anting aik,udah suram sekali warnanya,buka ya!”ujar suamiku,tanpa pikir panjang aku membuka anting itu,dan memperhatikan sepasang anting itu,aku menjawab,”ya,kang udah suram sekali warnanya!”jawabku,yang anehnya, suamiku pandangannya tidak ke anting itu,tapi melihat wajahku dengan pandangan yang sayu,”Jangan dipakai lagi ya,”tuturnya lagi,dan tanpa pikir panjang lagi akupun menjawab,”Ya, Kang!”sambil menyimpan anting itu ke dopetku.
Hari ke empat tepatnya hari rabu,suamiku sudah boleh pulang,tapi aku masih terus mengompres kening suamiku,karena menurutku,suamiku belum pulih betul,kamis malam suamiku tidak bisa tidur,beliau gelisah,untuk mengisi kegelisahannya ,suami membaca ayat suci alquran,masih saja tidak bisa tidur,bahkan minta pindah-pindah kamar,tidak betah di kamar yang satu pindah ke kamar yang lain,kebetulan rumahku ada empat kamar,menjelang subuh suamiku ingin tidur di kamar anak-anak, kamar terakhir yang belum dicoba,mana tahu di situ bisa lelap,sebagai istri aku mengikuti semua keinginannya,sambil tetap mengompres keningnya,karena menutku suamiku masih sedikit demam.
Sebelum solat subuh ,suamiku sempat memegang tanganku dan berkata,”aik setia,”aku tidak mengerti apa maksut pembicaraannya,tapi aku lihat ada genangan bening di mata itu,aku masih tetap diam saja,dan tidak mau terbawa perasaan, tidak mengerti maksutnya itu pasti.
Tidak habis pikir mengapa suamiku,menatapku dengan wajah sedih seperti itu,setelah solat subuh beliau meminta sarapan,yang kebetulan sudah dibuat oleh ibuku,”Aik, mak masak apa ya?” suamiku bertanya ,”Mak masak bubur kacang Kang,” jawabku,”saya minta ya,” tegasnya lagi,akupun merasa senang,karena menurutku,kalau sudah mau makan,berarti tanda-tanda akan sembuh, kelihatan sekali makannya banyak,namun setelah itu di luar dugaan,beliau muntah, apa yang sudah dimakan tadi keluar semua,sepertinya tubuh suamiku tidak mau terima makanan di perutnya.
Pagi itu hari jumat anak-anak sudah mau berangkat ke sekolah,seperti biasa,mereka akan salaman terlebih dahulu,tapi entah mengapa suamiku tidak mau menyalami mereka waktu itu,bahkan beliau bilang,”Aik,anak-anak suruh berangkat saja,”tanpa curiga akupun mengantar anak-anakku kedepan rumah,karena mobil jemputan sudah menunggu.
Pukul 7.30 ,selesai mandi biasanya beliau duduk di ruang tengah,sambil nonton Televisi.Ketika itu aku melihat suamiku mengurut-urut keningnya, beliau mengatakan kepalanya agak pusing,dan sedikit sesak nafas,aku tidak tenang,lalu menelpon ke kantor suamiku,minta batuan untuk membawa suamiku ke rumah sakit,karena orang kantor selalu siap kapanpun aku dan suamiku butuh batuan.
Beberapa teman suamikupun datang, dengan membawa mobil kantor, namun sebelum dibawa ke rumah sakit,suamiku sempat minta ke kamar mandi,mau BAB temannya mau membantunya ke kamar mandi tapi beliau tidak boleh,”Biar istri saya saja,”ujarnya,setelah dari kamar mandi,beliau duduk lagi keruang tengah tadi, di sana aku sudah membentang kasur untuk beliau selonjoran sambil nonton televisi,dan kembali suamiku mengatakan kepalanya agak pusing,temannya ingin mengurut keningnya,tapi kembali suamiku bilang,”Jangan pegang kepala saya,”ujarnya,beliau sangat gelisah,aku bingung akan berbuat apa,dan pelahan aku mendengar ia menyebut kedua orang tuanya,”Ambu,Abah hapunten,”dan tidak berapa lama ia menoleh ke ibuku,lalu memegang kaki ibuku yang kebetulan juga ada di situ,”Mak,maafkan saya,jangan kasih saya dosa ya mak,”tuturnya,ibuku pun menjawab,”Ya nak,tidak ada dosa mu dengan Mak.” Suhut ibuku sambil menahan tangis , dan tetap gelisah,agak sedikit dipaksakan temannya,lalu membawa suamiku ke rumah sakit.
Diruang IGD dokter dan perawat mulai menangani suamiku,dokter yang sudah sangat propesional bagaimana cara menangani orang sakit pasti udah faham itu,”Pasang impusnya cepat!”perintah dokter kepada perawat,kalau aku perhatikan udah cepek perawat mencari urat nadi untuk dipasangkan inpus ,tapi anehnya sulit ditemukan, urat nadinya tiba- tiba menghilang , sepengetahuanku selama ini sangat mudah mencari urat nadinya,karena tubuh suamikuku kekar dan berotot,tapi kenapa ya,kok sekarang urat nadi itu,seolah-olah terbenam,dan tidak dapat ditemukan, saat itu suamiku mulai merasa dingin dan menggigil beliau minta diselimutkan,aku tidak tahu apa yang terjadi dengan suamiku saat itu,tidak terpikir olehku yang aneh-aneh itu.Hari menunjukkan pukul 11.00 ,dokter memanggilku kedalam ruangan lain,”Bu,kita bawa bapak ke kota ya ,di sana sarananya lengkap,”kata dokter,”Ada apa dengan suami saya dokter?kenapa tidak di sini saja,”jawabku ,aku mulai panik,”Ibu sabar ya,dan tetap berdoa yang terbaik,” jawab dokter,sambil memerintahkan perawat mempersiapkan segala nya untuk membawa suamiku ke Kota.
Jarak yang akan ditempuh memang tidak terlalu jauh,hanya 60 km saja,waktu berjalan, di dalam ambulan suamiku melantunkan ayat-ayat alquran,kebetulan beliau termasuk yang rajin menghafal alquran,yang aku salut waktu itu,kenapa suaranya jadi begitu merdu kudengar,tidak biasanya semerdu ini,di sepanjang perjalanan tidak putus.
Pukul 12.20 ,ambulan masuk pekarangan rumah sakit,tidak berapa lama,suara azan berkumandang dari masjid yang ada samping rumah sakit,suamiku bertanya,”Aik, ini hari jumat ya,”aku menjawab,”iya, Kang,”lalu ia mengikuti suara azan yang sedang berkumandang Allahu Akbar.....Allahu Akbar.....Allahu Akbar....dan suara azan itu membawa serta jiwa suamiku tercinta.
Innalillhi wa-inna ilayhi rajiun.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi!
terima kasih, salam literasi !