BARU SADARI BUTUH SOSOK ITU
BARU SADARI BUTUH SOSOK ITU
“Mama,jangan lupa ke sekolah aku ya!”teriak putri sulungku,”iya,nggak mungkinlah mama lupa,”jawabku,sambil memandangi kedua buah hatiku naik ke mobil sekolahnya.
“Aku tidak boleh terlambat,”pikirku dalam hati,karena hari ini adalah hari yang sangat bersejarah bagi putri sulungku,hari yang sangat ditunggu-tunggu,dan juga merupakan hari terakhirnya di sekolah ini.Pengumuman kelulusan kelas 6 sebentar lagi akan di umumkan.
“Selamat ya buk,putri ibuk rengking satu,”kata kepala sekolah,aku bahagia sekali mendengar berita itu,ternyata putriku bisa membawa nama baik keluarga kecilku,memang putriku itu sudah kelihatan cerdasnya sejak dari umur dua tahun,di umur dua tahun dia sudah banyak menghafal ayat-ayat pedek dan sudah pandai membaca meskipun terbata-bata,di SD tulisannya sangat rapi dan bersih.
“Buk,nanti putri ibuk baca puisi ya ,di acara perpisahan,”ujar kepala sekolah,”Baiklah,terima kasih telah percayakan putri saya membaca puisi,”jawabku,aku tahu putri ku itu pintar berpuisi dan mudah juga melatihnya,karena cepat dapatnya.”Ma, buatkan puisi,” untuk perpisahan,”pinta putriku,”Iya,nanti dibuatkan,”ujarku,aku buatkan putriku puisi yang berjudul “Rinduku sekarang”
Puisi dibuat dengan hati,aku tidak menyangka putriku sangat bisa menghayati puisi yang ku tulis,pada hal aku belum menjelaskan isi dari puisi itu,tapi putri sulungku itu seakan sudah tahu apa yang aku tuang dalam tulisan itu.begini puisinya.
Rindu ku sekarang
Tak ada yang abadi........
Rumput ilalang menyapa
Selamat datang wahai raga
Diiringi semilir angin senja
Ku peluk papan nama tertancap di gundukan sana
Tumpahkan rindu memuai rasa
Tak ada yang abadi ...........
Tertoreh dalam perjalanan tanpa jeda
Suara tawa masih terngiang di telinga
Kau gendong aku dalam manja
Aku di punggung ,adikku di dada
Tak ada yang abadi........
Sekarang luka mengoyak rasa
Aku tahu jiwa telah lepas dari raga
Terbang jauh bermasa-masa
Tinggalkan cerita berbalut duka
Tak ada yang abadi.....
Saat akan merenda asa
Saat hati ingin berbagi cerita
Saat itu terlanjur kau tiada
Tak ada yang abadi........
Tidak sedikit guru-gurunya meneteskan air mata ikut terharu dengan puisi yang dibacakan putriku.Menurutku puisi itu tidaklah elok,aku hanya menuangkan apa yang dirasakan putriku saat itu,aku memperhatikan tingkahnya semenjak kelas enam ini,agak sedikit berreda,mungkin karena putriku sudah mulai memasuki masa pancaroba,jadi banyak perobahan-perobahan yang terjadi,baik dari segi fisik juga pola pikirnya.
Memasuki masa remaja ini,putriku mulai sering bertanya tentang papanya,terakhir ketika ziarah ke kuburan dua minggu yang lalu sebelum ujian,dia menangis,aku tidak menanyakan mengapa putriku menangis,selama ini sering ziarah tapi tidak pernah menangis,perubahan itulah yang aku baca pada diri putriku,dan aku yakin sekali saat ini ia sangat merindukan sosok itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar